Devian yang melihat Yve sangat percaya diri dan tidak takut, membuatnya tidak yakin bisa menang. Dia memang membawa banyak orang untuk membunuh Yve. Tapi kemarin tuan Bai Lian sudah bercerita tentang Yve yang membunuh 10 orang bersenjata lengkap hanya bermodalkan serbet.
Dan sekarang... gadis itu membawa batu ditangannya, entah trik macam apa yang akan dipakai Yve dengan batu itu, yang jelas dari sorot matanya sangat percaya diri akan menang.
Devian kembali membenahi kacamatanya, ia harus mencari kelemahan gadis itu. Tapi apa? dilihat dari manapun tidak ada kelemahan!
Yve melirik cafe dibelakangnya. Sebenarnya ia sangat khawatir sekarang. Bukan soal dia dikeroyok, melainkan soal kakaknya Tina.
Yve tidak bisa bertarung tanpa menimbulkan keributan. Dan jika Tina mendengarnya, bisa-bisa dia tahu kalau Yve bolos sekolah. Tina yang sedang marah lebih menyeramkan daripada dikeroyok orang bersenjata lengkap.
Devian yang terus melihat Yve merasakan gelagat aneh. Gadis itu terus melirik cafe dibelakangnya. Dia masih belum menyerang, dan seperti melakukan pertimbangan dipikirannya. Cara apa yang sedang dia susun?
Seingatku dia tidak memiliki keluarga, hanya ada seorang perempuan yang merawatnya. Dan perempuan itu sangat baik pada gadis ini
Hmmm... kenapa dia terus melihat cafe dibelakangnya? apa dia takut kami akan menyakiti perempuan itu?
Ah sepertinya bukan!
Dia malah terlihat ketakutan
Tunggu dulu... aku baru sadar dia masih memakai seragam sekolah, bukankah belum waktunya pulang sekolah? apa dia bolos?
Benar juga! bolos sekolah!
Dia tidak ingin ketahuan kalau sedang bolos sekolah!
"Ehem!" Devian segaja berdeham dengan keras. "Kalian, buat keributan sebanyak mungkin" perintah Devian pada orang-orang yang mengeroyok Yve.
"A-apa?!" Yve langsung gelagapan
Sudah kuduga, Devian tersenyum puas, ternyata dugaannya benar.
Salah satu orang yang mengeroyok Yve langsung memasukkan peluru kedalam selongsongnya dan bersiap menembak.
Celaka! suara tembakan sangat keras!!! pikir Yve histeris. Ia dengan cepat mengambil sesuatu di kakinya.
Wush!
Yve menyiramkan pasir pada orang yang akan menembak itu.
"Ah! mataku!"
Bugh!
Di jarak pandang yang tiba-tiba menipis itu, Yve langsung memukul orang tadi dan merebut pistol ditangannya.
Cepat sekali!
Devian yang berdiri di barisan paling belakang dan tidak terkena siraman pasir begitu takjub melihat gerakan Yve. Dia sangat cepat.
Semua orang kembali terdiam saat Yve sudah memegang sebuah pistol dan satu orang babak belur disebalah tangannya.
Yve menempelkan moncong pistol kearah kepala orang ditangannya. "Aku akan menembak kepalanya, dan otaknya akan berceceran. Jika kalian tidak ingin melihat teman kalian mati, lemparkan semua pistol kalian!" ucap Yve dengan ekspresi serius.
Devian tersenyum melihat itu. Agar tidak menimbulkan keributan ya, dan dia bisa menghabisi kita semua dengan perkelahian tangan kosong.
"Tembak saja" Devian berteriak. "Dia bukan orang yang berharga" lanjut Devian dengan santai.
Dia tidak akan menembak
Yve melotot mendengar perkataan Devian. Sementara orang yang kepalanya dijambak oleh sebelah tangannya terasa bergetar, dia ketakutan.
"Tidak setia kawan sekali" Yve melirik orang ditangannya. "Maaf sobat, kau harus mati sekarang, salahkan orang itu ya, dan jangan lupa gentayangi dia saat kau sudah menjadi arwah"
Devian masih meneliti setiap gerakan Yve. Dia tidak pernah memegang pistol? cara dia membawanya sangat salah, dia amatir. Lalu selama ini dia membunuh orang dengan apa?
Brak!
Devian terkejut dari lamunannya. Ternyata Yve tidak menembak bawahannya yang disandera tadi, melainkan dia melemparkannya pada gerombolan orang yang mengepung Yve. Seketika mereka berjatuhan.
Duk!
Yve menendang pistol dari orang yang berjatuhan akibat lemparan besarnya. Dia menjauhkan pistol mereka sejauh mungkin, bahkan beberapa sampai masuk got.
"Zona dilarang menembak" Yve tersenyum sinis.
Beberapa orang yang masih membawa pistol tidak bisa menembak Yve, mereka tidak bisa menyamai kecepatan gadis itu.
"Bagus, sekarang... mari kita bermain" Yve memainkan lehernya, seperti sedang bersiap untuk sesuatu.
"Kalian tunggu apa lagi? hajar dia!" ujar Devian cepat, dan semua orang langsung menuruti titahnya.
Bugh!
Duak!
Seperti yang Devian duga, mereka semua kalah satu persatu. Bawahan Devian berjatuhan setelah terkena serangan Yve. Bahkan beberapa dari mereka sampai tidak bisa bangun lagi. Mungkin tulang mereka patah.
Tidak bagus, mereka semua akan kalah sebentar lagi. Devian menatap Yve dengan ngeri. Dia seperti algojo.
Dengan cemas Devian segera mengambil ponselnya. Ia harus segera memanggil anak buahnya yang lain. Kalau tidak, ia akan menjadi sasaran Yve jika semua bawahannya sudah kalah.
"Kemarilah!" perintah Devian pada bawahannya di ujung telpon, dan suara mengiyakan terdengar setelahnya.
Tak berselang lama, orang-orang yang lebih banyak datang. Mereka mengerumuni Yve seperti sebelumnya. Devian dapat menghela nafas lega sekarang.
"Lebih banyak orang yang ikut main? boleh" Yve menyeka keringat di dahinya. Senyum misterius kembali mengembang di sudut bibirnya. "Ayo maju"
Perkelahian partai kedua hampir dimulai, tapi tiba-tiba sebuah suara menghentikan gerakan semua orang.
"CUKUP!"
Suara tidak asing itu terdengar sangat lantang dan membuat semua orang menoleh pada sumbernya.
Devian terkejut, dan seketika membungkuk didepan orang itu. Sementara Yve masih tersenyum sinis saat melihatnya.
"Tuan Bai Lian, seharusnya anda tidak usah kemari" Devian menyapa orang itu.
Dia adalah Bai Lian, laki-laki setinggi 190 cm itu terlihat gagah dengan jas warna hitamnya. Dia berjalan mendekati Devian dengan aura tegas yang mendominasi. Kulitnya yang putih dan bermata biru membuat darah campurannya terlihat dengan jelas.
"Kenapa kau lama sekali?" tanya Bai Lian setelah berada disisi bodyguard database-nya.
"Dia sangat kuat" Devian melihat kearah Yve lalu diikuti oleh tuannya.
"Kita bertemu lagi gadis kecil" Bai Lian menatap Yve sambil tersenyum.
"Apa maksudmu mengirim mereka? mana hadiahku?" Yve miringkan kepalanya dengan angkuh. "Ternyata kau ini tipe orang yang tidak bisa memegang kata-katanya"
"Kau-" Devian hendak marah, tapi tangan Bai Lian mengisyaratkan padanya untuk tetap diam.
"Jadilah bodyguardku. Lalu, aku akan memberikan hadiahmu"
"Kemarin perjanjiannya bukan seperti itu!" Yve mengambil pistol dari orang yang tergeletak didekat kakinya. "Tahu begitu aku tidak usah membantumu saja!"
"Kau berurusan dengan orang yang salah gadis kecil" Bai Lian masih tersenyum sambil menatap Yve.
"Bangga sekali menjadi orang yang tidak tahu terimakasih" Yve menodongkan pistol kearah Bai Lian, "lebih baik kau mati saja"
Bai Lian tidak terlihat takut dengan perkataan Yve. Dia masih tersenyum, seolah-olah sudah tahu kalau akan berakhir seperti ini.
"Karena membunuhmu sekarang juga tidak bisa, bagaimana jika aku membunuh keluargamu?"
"Aku tidak punya keluarga" jawab Yve enteng.
"Bagaimana dengan Tina?"
"Cih! tidak akan kubiarkan kau menyentuhnya!"
Benar, apapun yang terjadi pada Yve itu tidak masalah. Asalkan kakaknya Tina tetap aman. Yve akan melakukan apapun demi keselamatan orang itu.
Tina ada kaitannya dengan orang pertama yang dibunuh oleh Yve. Dulu ada pemabuk yang tiba-tiba masuk ke cafe dan hendak memperkosa Tina, dan Yve membunuhnya dengan pisau dapur. Seharusnya hanya Tina dan Yve yang mengetahui fakta itu. Tapi Devian menjadi salah satunya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mereka ini dr kecil makannya apa ya, kok bisa tinggi² banget.. 🤔🤔🤔
2024-04-20
4
Cata Leya
serasi lh 190 vs 175 🥰🥰🥰
2022-12-06
3
アチ
Gila nyaris 2 meter
2022-09-18
4