"Tuan Bai Lian, tolong jangan berhentikan saya." orang bernama Mr. Watson itu berdiri dari kursinya dan hendak mendekati Bai Lian untuk memohon belas kasihan.
Tapi belum juga mendekat, Beng sudah menodongkan pistol kearah laki-laki tua itu. "Jangan mendekati tuan." ucapnya dengan tegas.
"Hanya sebatas ini. Dilarang mendekati tuan Bai Lian, atau anda akan kami anggap musuh." South ikut menodongkan pistol.
Yve merasa dirinya ketinggalan sesuatu. Setidaknya ia harus kompak. Dengan wajah tanpa ekspresinya, Yve ikut menodongkan senjata.
Bocah ini asal ikutan, Bai Lian melirik Yve.
"Beginikah sikapmu padaku? Lian, bahkan aku sudah melihatmu tumbuh. Aku bekerja untuk ayahmu sejak kau masih mengenakan popok." Watson kembali bicara dengan wajah marah. Ia merasa seolah berdedikasi besar selama bertahun-tahun, dan tidak Terima hanya Bai Lian anggap sampah yang dengan mudahnya dibuang.
"Tembak."
Dor!
Yve sempat terkejut, tangannya bergetar sebentar, tapi secepat mungkin ia berusaha mengendalikan tubuhnya.
Orang itu mati hanya dengan satu kata dari Bai Lian. Inikah kekuatan mafia? Yve sedikit ngeri membayangkannya. Jika suatu saat ia yang melawan Bai Lian, apakah Tina akan berakhir seperti Mr. Watson ini?
Yve menelan ludahnya dengan kasar. Ia masih harus berpura-pura tenang. Bagaimanapun sekarang ia sudah menjadi bodyguard boss mafia.
"Kak, ini tidak seperti dirimu yang biasanya. Kenapa tiba-tiba kau membunuh Mr. Watson?" tanya Lin dengan ekspresinya yang masih terkejut.
Dua orang bodyguard Mr. Watson terlihat kebingungan melihat bossnya mati. Mereka berdua juga ditodong pistol oleh Beng dan South, seolah tidak ada celah bagi mereka untuk bertahan hidup.
"Adikku, sudah kubilang jangan ikut campur" Bai Lian berdiri dari kursinya. "Inilah akibatnya kalau kau berusaha melawanku. Orang yang berada disisimu akan kuhabisi." setelah memberikan kalimat ancamannya, Bai Lian bersiap untuk pergi.
"Aku akan mengatakan pada ayah kalau kau menyalahgunakan kekuasaannya, dan membunuh orang yang penting."
Perkataan Lin membuat Bai Lian tertawa. Itu adalah sebuah tawa mengejek dan penuh arogan. Yve sendiri baru pertama kali mendengarnya.
"Kau tidak tahu apapun Lin. Kau hanya bisa mencoba melawanku, tanpa tahu orang yang kau ajak kerjasama adalah seekor rubah." Bai Lian berbicara dengan membelakangi Lin, ia tidak ingin melakukan kontak mata dengan adik berengseknya.
"Kita pergi, dan suruh orang untuk mengurus mayatnya" perintah Bai Lian, dan Beng langsung menyuruh bodyguard lain untuk melaksanakan titah bossnya melalui alat komunikasi.
"Bagaimana dengan pendukung Mr. Watson lainnya tuan?" South bertanya.
"Habisin mereka semua jangan sisakan seorang pun."
South langsung meneruskan perintah Bai Lian pada Devian, dengan begitu Devian bisa mengirimkan data orang-orang busuk lainnya yang bersembunyi dibelakang Watson. Lalu menghabisi mereka semua.
"Kakak tunggu! pembicaraan kita belum selesai." Lin ingin mengikuti Bai Lian, tapi dengan cepat Yve menghalangi.
Sekarang Yve paham. Bai Lian tidak suka didekati, dan siapapun itu harus menyingkir. Dilihat dari sikapnya pada sang adik, jelas Bai Lian tidak ingin didekati olehnya. Jadi tugas Yve menghadangnya kan?
Bocah kecil ini mudah paham, Bai Lian tersenyum tipis melihat Yve.
"Maaf tuan muda kedua Lin, tuan Bai Lian ingin pergi sekarang, jangan ganggu dia" Yve melirik tajam kearah Lin. Tadi Lin sempat menatap tajam pada Beng. Sekarang Yve ingin menunjukkan padanya, siapa orang yang memiliki tatapan mata tertajam disini, tentu saja hanya Yve.
Anak baru ini, dia berani memberikan tatapan seperti itu padaku?! Tunggu sebentar... suaranya perempuan. Heh... aku mengerti, lihat saja nanti. Lin kembali mengepalkan tangannya dengan emosi.
Rombongan Bai Lian akhirnya pergi. Lin segera menatap kedua bodyguardnya. "Lakukan."
Lin melipat kedua tangannya di depan dada. "Kakak, mari kita lihat, apakah kau bisa pulang dengan selamat." senyum licik mengembang di sudut bibir Lin.
Lin sebenarnya sudah memasang jebakan di sepanjang perjalanan Bai Lian sebelumnya, tapi sialnya tidak ada yang bisa mencekai kakaknya itu. Ia menebak kalau Devianlah yang mengetahui dan memberi instruksi pada Bai Lian untuk waspada.
Tapi kali ini berbeda. Perjalanan pulang Bai Lian pasti akan seru.
Setelah keluar dari gedung hotel, Yve mengikuti Bai Lian memasuki mobil. Kini posisi mereka seperti saat berangkat tadi.
Perasaanku tidak enak, Yve melihat kearah jendela, lalu mobil segera berjalan.
Yve sebisa mungkin mencoba menghilangkan rasa gelisah yang ia rasakan dengan melihat pemandangan di luar jendela.
"Pertemuan yang singkat, tidak selaras dengan perjalanan yang mengancam nyawa" kata Yve dengan pandangan yang masih tertuju di luar jendela.
"Kau benar! makanya aku tidak suka berpergian." Beng menimpali dengan tawa renyahnya.
Ya ampun, kalian masih bisa tertawa? apa hanya aku yang khawatir dengan perjalanan pulang ini? South menelan ludah dengan khawatir. Keringat dinginnya bahkan hampir menutupi seluruh keningnya.
Sebelumnya, Devian sudah menginstruksikan untuk tidak perlu khawatir di jarak 1 km dari gedung pertemuan. Itu karena North membawa senapan anti materiel dengan jarak tembak 1 km. Tidak hanya itu, North juga membawa senapan jarak 500 meter. Semua aman terkendali dalam radius tersebut. Karena hanya dengan perintah melalui alat komunikasi, peluru bisa ditembakkan kapanpun.
Tapi tetap saja, mereka merasa khawatir.
Suara Devian terdengar melalui earphone, "sebentar lagi kalian akan keluar dari zona aman 1 km."
Jantung South sudah mulai copot mendengar itu. Meskipun ia sudah berulang kali mengantar tuannya menemui kolega, tapi tetap saja ia tidak terbiasa dengan ketegangan ini.
Mobil berhenti, lampu lalu lintas berwarna merah sekarang. Yve sedikit geli melihatnya. Ternyata boss mafia taat rambu-rambu lalu lintas.
Yve melihat satu persatu kendaraan yang ikut berhenti di sekitar mobil yang ia tumpangi.
Sebuah sepeda motor yang dinaiki oleh ibu dan anak laki-laki kecil behenti tepat di samping mobil. Yve yang merasa anak laki-laki kisaran umur 5 tahun itu sangat lucu, memilih untuk terus memperhatikannya.
Tiba-tiba anak itu menoleh kearah mobil, tapi dia tidak melihat Yve. Anak itu malah melihat sesuatu dibawah mobil. Tentu saja itu aneh, tidak mungkin ada hantu atau mayat dibawah sana kan?
Anak kecil itu mulai tersenyum sendiri, lalu mulutnya bergerak seolah membuat nada yang konstan.
Yve merasa anak itu sedang menirukan sesuatu. Tapi apa?
Dengan serius Yve melihat gerak bibir anak itu yang dengan riangnya terus bergerak.
Tik! tok! tik! tok!
Yve menirukan gerak bibir anak itu.
"Kak Devian" Yve mendekatkan mikrofon kecil kearah mulutnya. "Menurutmu, benda apa yang berbunyi tik tok tik tok?"
Devian terdengar bergumam seolah sedang berpikir. "Jika kau menyuruhku berpikir dengan cepat, jawabanku adalah jam."
"Pembicaraan tidak penting seperti ini, lebih baik dilakukan di rumah saja" Beng ikut bersuara.
"Kalau tidak salah, bom juga ada jam nya, benarkan?"
Semua orang yang mendengarkan perkataan Yve merasa bingung.
"Ku-kurasa... ada bom dibawah mobil ini." Yve berkata dengan suara yang bergetar.
"Apa?! bom?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Yve kau memang sangat jelih..
2024-04-20
2
💕febhy ajah💕
daebak 👏👏👏👏👏👏aku suka cerita kek gini, menegakkan. ngak cerita romantis melulu tp suka yg ada action nya.
2023-04-11
2
nyebelline♋❗❗❗🤪
waduhhh gaswatttt piye iki jhon
2023-03-29
2