"Baiklah, istirahat"
South yang menjadi pembimbing Yve selama latihan menembak, akhirnya menyuruh istirahat. Dia jarang sekali menyuruh Yve untuk istirahat. Benar-benar tegas.
Yve meletakkan pistol ditangannya.
"Kenapa wajahmu seperti itu? apa ada yang memukulimu?" South bertanya sambil menunjuk bekas kemerahan dipipi Yve.
"Hanya ulah kucing liar" jawab Yve santai.
"Biasalah anak perempuan, apalagi masih bocah. Palingan juga rebutan pacar" Beng berkomentar dan mendekati Yve.
Sempat dikira akan terjadi perang seperti sebelumnya, Yve ternyata mengabaikan Beng. Dia pergi menuju gazebo dalam diam.
Kenapa bocah itu? Beng terus memperhatikan Yve.
Setelah sampai di gazebo tempat para bodyguard istirahat, Yve meraih tas sekolahnya dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam. Meskipun aku benci belajar, tapi aku tidak boleh diam saja.
Beng dengan kejahilan tingkat tingginya, mendekati Yve.
"Eh apa nih?" Beng merebut buku Yve.
"Ck! kembalikan!" Yve hendak meraih bukunya kembali, tapi Beng menjauhkannya.
"Buku matematika?" Beng membaca judul buku dengan suara keras.
"Apa kau sedang ujian?" North yang sedari tadi menjadi penunggu gazebo membuka suara dengan wajah datar.
"Begitulah" akhirnya Yve dapat merebut bukunya kembali.
Beng akhirnya duduk disamping Yve. Meskipun gadis itu terganggu dengan keberadaan Beng, tapi ia mencoba untuk tidak menanggapi orang jahil emosian itu.
Yve mulai mengerjakan latihan soal.
"Jawabanmu salah, seharusnya begini" Beng memberi arahan.
Awalnya Yve pikir kalau Beng sangat mengganggu, tapi jawaban yang dikatakan Beng benar juga.
"Kau bisa mengerjakan ini?" Yve menatap Beng penuh harap. Meskipun Beng menyebalkan, tapi jika dia mau menjadi guru les dadakannya pasti akan semakin mudah untuk belajar.
"Saat SMA, aku ini kutu buku yang rajin. Soal seperti ini masih melekat dengan jelas di kepalaku"
"Ajari aku!" mata Yve berbinar-binar.
"Panggil aku kakak dulu" Beng menunjukkan ekspresi sombongnya.
"Kakak!"
Kenapa dia langsung menurut?!
Setelah terkejut dengan ucapan Yve yang cepat itu. Beng segera tertawa. "Hahaha ayo adikku, kakak akan membantumu"
❀
Berjalan dengan setengah energi, Devian mengarah ke lapangan tembak. Ia ditugaskan Bai Lian untuk mencatat perkembangan Yve.
Tapi membayangkan hal yang terjadi kemarin-kemarin, pasti hari ini pun akan ada pertengkaran Yve vs Beng, lalu South dan North akan mengeluarkan uang taruhan. Devian merasa kasihan pada dirinya sendiri karena menjadi satu-satunya orang yang waras.
Hidupku melelahkan
Jarak yang sudah dekat dengan lapangan tembak tapi gendang telinga Devian belum menangkap adanya suara pertengkaran.
Apa mereka sudah bertengkar dan mati?
Takut dengan pikirannya sendiri, Devian mempercepat langkah kakinya.
Hal yang mengejutkanpun akhirnya terlihat.
Yve duduk bersebelahan dengan Beng, mereka tampak tenang seperti membicarakan sesuatu yang serius. South dan North asik makan kripik kentang dan sesekali South memasukkan satu keping keripik kedalam mulut Yve.
Apa-apaan dengan pemandangan damai ini?!
South yang menyadari keberadaan Devian langsung mengangkat tangannya dengan tinggi, "kak Devian! ayo ikut belajar"
Belajar?! Devian mengerutkan keningnya dengan bingung.
Karena ingin mengetahui asal usul keajaiban dunia ini, Devian mendekat ke gazebo. Akhirnya ia bisa mendengar suara Beng yang ternyata sedang menjelaskan materi pelajaran.
"Kalau ada yang seperti ini, pakai rumus yang kuajarkan tadi. Lalu tinggal cari yang ini" Beng menjelaskan dengan serius, dan Yve mengangguk paham.
Mereka jadi terlihat seperti kakak adik, Devian tersenyum melihat adegan menyentuh itu.
"Yve akan ujian. Kak Devian, ayo bertaruh. Menurutmu apa dia akan masuk ranking 5 besar?" South mengeluarkan pecahan uang 50 ribu seperti biasa.
"Memang sebelumnya kau ranking berapa Yve?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku, Yve menjawab "ranking 1 dari belakang"
"Mustahil bisa masuk 5 besar" Devian membenahi kacamatanya.
"Baiklah, itu pilihanmu. Kalau menurutku dia akan masuk 5 besar" South kembali memakan kripik kentangnya dengan santai.
Ditemani para bodyguard yang lain, Yve dengan rajin belajar. Sesekali Devian akan ikut berbicara jika Beng lupa tentang materinya. South dan North yang dahulunya menjadi murid setia penunggu ruang remedial, hanya bisa membantu Yve lewat cemilan.
Tidak terasa mereka belajar hingga malam hari. Jam menunjukkan pukul 8 malam saat Yve akhirnya menutup buku sekolahnya. Ternyata belajar sangat mengasyikkan jika bersama teman. Tunggu... teman?
Yve melirik Beng yang sedang memainkan pensil miliknya, sedari tadi Beng terus menulis rumus. Devian yang duduk tidak jauh dari mereka sedang menikmati kopi hangatnya. Sementara South dan North tidur dengan saling bertumpang tindih, mungkin penjelasan Beng seperti dongeng sebelum tidur bagi mereka.
"Terimakasih sudah membantuku belajar" Yve membuka suara dengan malu-malu.
"Tidak masalah" Beng segera menjawab. "Ini, rumus penting yang harus kau ingat" Beng menyerahkan secarik kertas.
Yve menatap kertas itu sebentar kemudian mengambilnya. Ia masih tidak percaya kalau Beng ternyata bisa bersikap baik. Selama mengajarinya tadi, Beng juga sangat serius tanpa candaan dan emosi. Mungkin inilah sisi baik Beng yang awalnya Yve pikir tidak pernah ada.
"Jangan sungkan meminta bantuan kami ya" Devian tersenyum sambil meletakkan cangkir kopinya.
Yve mengangguk pelan.
Ini pertama kalinya ada seseorang yang membantu Yve sampai seperti ini selain Tina. Soni hanya mengajari Yve hal negatif, sementara Orion jarang bertanya tentang kehidupan pribadi Yve.
Devian melirik jam tangannya kemudian berseru, "sudah malam, biarkan aku mengantarmu pulang"
Yve langsung menggeleng dengan cepat, "aku bisa pulang sendiri". Hal yang ditakuti Yve adalah Tina yang mungkin saja akan banyak tanya jika melihat Yve pulang bersama seorang laki-laki. Apalagi seperti Devian.
"Bodoh! sekuat-kuatnya kau, tetap saja perempuan. Bagaimana kalau ada bahaya di jalan?" Beng menasehati.
Yve kembali berpikir.
Satu-satunya orang yang terlihat normal disini adalah South dan North. Mereka masih muda dan terlihat seperti teman sekelas. Sayangnya si kembar itu sedang tertidur.
"Biarkan aku yang-"
"Baiklah kak Devian, antarkan aku" Yve segera memotong kata-kata Beng. Bisa lebih gawat kalau Beng yang mengantarnya pulang.
Setelah sepakat, akhirnya Devian benar-benar mengantar Yve pulang. Dan seperti dugaan Yve, Tina masih di cafe untuk menunggu kepulangan Yve.
Baru turun dari mobil Devian, Yve langsung didatangi oleh Tina dengan wajah khawatir.
"Yve! oh astaga! tidak biasanya kau pulang sekolah selarut ini" Tina segera memeriksa Yve. "Kau baik-baik saja kan? apa ikut balapan liar lagi?"
"Nona"
Belum sempat Yve berkata sesuatu, Devian segera bersuara dengan nada lembut dari dalam mobil.
"Eh? ya?"
"Tenang saja nona, Yve baik-baik saja. Saya mengantarnya pulang juga karena tidak ingin dia terkena bahaya" Devian tersenyum sambil membenahi kacamata melorotnya.
"Kamu siapa ya?" Tina terlihat bingung.
"Saya teman sekelasnya"
Mana mungkin teman sekelasku berwajah tua sepertimu!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kalau kasi penyelam yg manusia dikit dong Devian.. ya kali temen sekelas setuwir dirimu... yg ada Tina akan lebih curiga..
2024-04-20
3
Dewi Fajar
/Grin//Grin//Grin/
2024-03-06
1
N'Dön Jùañ Shakespeare
😁😁😁😁 astaga fikirannya menakutkan
2023-10-15
1