Setelah diantarkan pulang oleh Devian, Yve segera menuju kamarnya dan belajar lagi. Ia kembali menghafal rumus yang diberikan oleh Beng.
Tina yang tadinya terlihat sangat khawatir, menjadi lega saat melihat adiknya itu belajar. Dan setelah membersihkan cafenya, ia segera pulang ke rumah.
❀
Keesokan harinya.
Mata Yve terasa silau. Sinar matahari berhasil membangunkannya. Semalam ia lupa menutup jendela.
"Ugh!" dengan kesadaran yang masih setengah, Yve menutupi wajahnya dengan tangan. Sekarang ia benar-benar sudah bangun.
Jam berapa?
Yve dengan malas melirik jam dinding kamarnya. Itu menunjukkan pukul 6 pagi.
Aku harus berangkat ke sekolah.
Yve segera bersiap. Tubuhnya yang terasa lemas tidak lagi ia pedulikan. Yang harus ia lakukan sekarang adalah tetap bergerak.
Hari ini adalah hari ujiannya yang pertama, lalu itu akan berlanjut hingga seminggu kedepan. Hanya memikirkannya, Yve sudah merasa lelah. Rasanya ia ingin tidur seharian dan bangun keesokan harinya.
Setelah selesai bersiap, Yve menuruni tangga menuju cafe. Seperti dugaannya, disana sudah ada Tina. Lalu tak jauh dari tempat kakaknya berdiri, terdapat roti panggang hangat dan segelas susu rasa plain.
"Pagi" sapa Tina sambil tersenyum.
Yve mengangguk lalu segera menyambar roti panggang itu dan memakannya dengan terburu-buru.
"Semangat sekali" Tina terus memperhatikan Yve sambil tangannya mengelap beberapa gelas.
"Aku ingin berangkat lebih pagi untuk belajar lagi"
"Wah tumben kau rajin" meskipun kata-katanya terkesan jahil, tapi jauh didalam lubuk hatinya, Tina merasa senang.
Benar juga, entah kenapa Yve jadi suka belajar. Sepertinya perasaan itu muncul sejak kemarin, saat Beng mengajarinya. Mungkin dorongan dari orang sekitarnya membuatnya menjadi semangat. Jika ia bertemu Soni pasti akan ditertawakan.
Setelah buru-buru menjejalkan roti panggang itu ke mulutnya, Yve segera meneguk susu plain di dalam gelas.
"Aku berangkat" ucap Yve setelah sarapan singkatnya berakhir.
"Hati-hati di jalan, dan semangat"
Teriakan Tina menjadi pengiring kepergian Yve. Rasanya cukup menyenangkan disemangati seperti ini.
❀
Yve menaruh pensilnya dengan lelah. Ini baru ujian hari pertama tapi semangat gadis itu sudah hilang setengah.
Ini pertama kalinya aku bisa mengerjakan semua soal. Semoga benar.
Dengan malas Yve membereskan alat tulisnya. Besok masih ada ujian. Ia harus belajar lagi dengan Beng. Dan ia juga dituntut untuk berlatih menembak.
Melelahkan sekali
Yve berjalan keluar dari ruang ujian setelah lembar jawabannya ia berikan pada guru pengawas.
Baru beberapa langkah, dering bel sekolah berbunyi.
Saatnya pulang.
Dari balik salah satu tembok, seseorang bersembunyi. Dia adalah Orion.
Yve terlihat pucat, apa dia sakit?
Orion terus memperhatikan Yve sampai gadis itu hilang dari pandangannya.
Sebenarnya Orion sangat khawatir dengan Yve sekarang. Tapi, ia tidak bisa bertanya secara langsung. Ia takut kalau pertanyaannya bisa membuat Yve tidak nyaman.
Apapun yang kau lakukan, tetap semangat.
❀
"Jadi seperti itu" Yve mengangguk mendengar penjelasan Beng.
"Ingat saja bagian yang kutunjukkan tadi, pasti keluar di lembar soalmu" Beng berkata dengan yakin.
Saat ini Yve sudah berada di gazebo yang bersebelahan dengan lapangan tembak. Setelah latihan, ia memutuskan untuk kembali belajar.
Personil bodyguard yang menemani Yve belajar betambah satu orang, dia adalah Bernard.
"Belajar untuk ujian ya" Bernard kembali menggigit cupcake stroberi yang ia beli.
"Begitulah. Kak Bernard mau taruhan? Yve bisa masuk peringkat 5 besar atau tidak" South kembali mengeluarkan uang taruhan seperti biasa.
"Tidak akan masuk" Bernard berkata dengan cepat.
"Paman beruang jujur sekali" Yve tersenyum dari balik bukunya.
Tuk!
"Fokus" Beng memukul kepala Yve dengan buku tebal yang ia ambil dari tas muridnya itu.
"Siap" Yve mengangguk dan kembali membaca buku yang direkomendasikan Beng.
Pagi tadi, Beng pergi ke toko buku untuk membelikan Yve buku. Meskipun suka bertengkar, tapi nyatanya Beng sangat peduli pada Yve. Lalu sepulang membeli buku, ia mendapat ratusan kata-kata menyebalkan dari South dan Devian. Mereka terus berkata tentang kakak yang baik.
"Pak guru Beng, jangan terlalu kasar" Devian berkomentar sambil tersenyum dengan jahil.
"Siapa yang pak guru hah?!"
Semua orang di gazebo tertawa melihat tingkah Beng. Dia masih saja emosian.
Di kejauhan, seseorang melihat kearah gazebo. Dari tadi Bai Lian mendengar suara keributan, setelah diusut, itu berasal dari gazebo.
Para bodyguardnya sibuk tertawa dan berbincang-bincang, kadang sampai berteriak hingga suaranya memenuhi ruang kerja Bai Lian. Ia pikir bodyguardnya sedang bertarung, ternyata mereka sedang belajar. Tunggu... Belajar?!
Bai Lian mengedipkan matanya lagi dan lagi. Ia tidak katarak untuk salah melihat, mereka benar-benar sedang belajar, ditemani beberapa buku dan cemilan. Lalu Beng yang biasanya marah-marah, berperan sebagai guru. Ah... mungkin Bai Lian sedang bermimpi, dan mimpi ini akan menjadi mimpi teranehnya.
Aku terlalu banyak bekerja hingga bermimpi seperti ini.
Bai Lian berlalu sambil memegang kepalanya.
❀
❀
❀
Seminggu sudah berlalu. Hari ini adalah hari terakhir ujian.
Pagi hari, Tina menyiapkan sarapan yang sangat spesial untuk Yve. Dia senang melihat Yve yang mendadak rajin belajar belakangan ini, jadi untuk hari terakhir ujian haruslah sangat spesial.
Sementara itu dikamar Yve...
Bruk!
Yve menggelengkan kepalanya. Ia baru saja terjatuh saat ingin berjalan keluar kamar. Tiba-tiba pandangannya bergoyang hingga kakinya tidak bisa melangkah dengan benar.
Apa aku sakit?
Tidak boleh sakit sekarang, ini hari terakhir ujian, aku tidak boleh menyia-nyiakan usaha semua orang.
Yve akhirnya keluar kamar dan menemui Tina.
"Pagi, lihat sarapan hari ini!" Tina mengangkat piring kearah Yve sambil tersenyum.
Itu adalah nasi goreng dengan telur mata sapi yang digambar seperti orang tersenyum menggunakan saus.
Melihat ekspresi Tina yang sangat gembira, pasti kakaknya itu sudah membuat ini dengan penuh perjuangan. Yve paham, karena Tina bukanlah orang yang pintar memasak. Hanya roti panggang buatannya yang bisa dimakan.
"Terimakasih" Yve mengambil piring berisi nasi goreng itu dan memakannya.
Sial! asin sekali!
"Bagaimana rasanya?" Tina bertanya dengan antusias.
"Enak" jawab Yve singkat sambil kembali menyendok nasi goreng.
"Wah aku semakin berbakat menjadi koki!" Tina mulai besar kepala dan menari-nari tidak jelas.
Setelah bersusah payah menghabiskan nasi goreng penuh garam itu, Yve berangkat ke sekolah.
Saat sampai disekolah, Yve disuguhi wajah gembira murid-murid. Sepanjang lorong, semua orang terus berbicara mengenai liburan semester. Karena hari ini terakhir ujian, maka mereka akan segera terlepas dari beban belajar.
Sementara Yve, saat liburan datang, ia masih harus berlatih menjadi bodyguard. Devian bilang, kedepannya Yve akan latihan mendeteksi racun. Karena Yve adalah bodyguard inti yang akan selalu berada disisi Bai Lian, ia diwajibkan untuk tahu kalau makanan yang dimakan bossnya itu aman dari racun.
Tapi dibalik rasa lelahnya yang sangat besar. Yve berhasil menjadi penembak handal. Ia sudah bisa menembak dengan akurat dan cepat. Tidak seperti sebelumnya, ia sudah banyak berkembang.
Jujur saja dengan rutinitas seperti ini... membuat Yve ingin berhenti menjadi bodyguard.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Yve terlalu memforsir tenaga dan otak makanya rasa lelahnya pun jd dua kali lipat
2024-04-20
2
hiro😼
Gw jadi mikir nnti jika Yve dapat masuk 5 besar bukankah nnti ada yg iri dan menuduh seenaknya? Pasti Yve dapat masalah besar
2024-02-04
1
アチ
Soni emang contoh temen yg gak bener
2022-10-04
5