"Baiklah, aku tidak akan melakukan apa-apa pada kakakmu. Tapi jadilah bodyguardku" Bai Lian melipat tangannya dengan angkuh, menunggu jawaban seorang gadis yang berdiri didepannya.
"Hanya dalam mimpimu!" Yve kembali menenteng tasnya. "Kau pikir aku adalah orang yang bisa diancam seperti ini? salah besar" senyum mematikan andalan Yve kembali ia tebar. "Aku bisa melindungi kakakku sendiri"
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Yve mulai memasuki cafe melalui pintu dibelakangnya.
Devian ingin menghalangi Yve, tapi Bai Lian melarangnya. "Tenang saja Devian, dia pasti akan menjadi bodyguardku" Bai Lian berjalan dengan santai menjauhi posisi Devian.
"Awasi terus cafe kecil ini, dan buat beberapa insiden kecil" perintah Bai Lian tanpa memandang Devian.
"Laksanakan tuan" Devian membungkuk dengan profesional. Gadis kecil, kau sangat berani.
❀
❀
❀
Kepala Yve terjatuh beberapa kali dari telapak tangan yang sedang menyangganya. Sudah 3 hari Yve tidak tidur. Ini semua salah Bai Lian berengsek itu!
Sudah 3 hari sejak pertemuannya dengan Bai Lian, keanehan muncul di cafe nya setiap hari. Entah itu orang yang melempar batu ke kaca, atau beberapa pelanggan yang tiba-tiba banyak mengeluh.
Sebenarnya itu semua masih terbilang wajar untuk cafe kecil ini. Trik dari seorang boss besar tidak mungkin kekanakan seperti itu. Tapi pemikiran itu mulai hilang kemarin, saat Yve tidak sengaja memergoki seseorang yang menyiram bensin di depan cafe saat malam hari, jelas sekali dia ingin membakar cafenya. Tapi kenapa?
Sejauh ini belum pernah ada hal yang seperti itu. Jika itu berasal dari saingan cafenya yang ingin laris juga, biasanya mereka akan memberikan potongan harga atau semacamnya. Tapi kali ini berbeda. Lagipula semua tiba-tiba terjadi setelah Yve menolak tawaran Bai Lian.
Oleh karena itu, Yve tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia khawatir seandainya terjadi sesuatu pada cafe ataupun Tina diluar sepengetahuannya.
Hoaammm
Yve kembali menguap entah untuk keberapa kalinya. Ia menggaruk siku tangannya yang digigit ganasnya nyamuk malam. Sinar matahari mulai mengenai wajahnya yang sedang duduk didepan cafe.
Waktunya aku pergi
Merasa Tina sebentar lagi akan datang, Yve buru-buru masuk kembali ke dalam cafe dan pura-pura sedang bersiap ke sekolah.
Selama 3 hari ini juga Yve bolos sekolah. Dia selalu mengamati cafe dari jauh, berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang mungkin terjadi pada kakaknya. Untung saja Orion dapat bekerjasama dengan Yve, dan memberikan ijin palsu pada guru. Tapi Yve tidak mengatakan pada Orion alasan ia bolos, dan Orion tidak bertanya lebih jauh.
Yve paham kalau ia tidak bisa begini setiap hari. Ia hanya ingin menjaga selama seminggu, mungkin saja Bai Lian akan menyerah, dan Yve bisa kembali ke kehidupan sebelumnya.
Tapi... tubuh Yve mulai kelelahan.
"Pagi Yve"
Tina datang dan melihat Yve sedang memakai dasi sekolahnya. Sungguh timing yang tepat.
"Pagi" jawab Yve singkat seperti biasa.
"Wah rajin sekali, pagi-pagi sudah bersiap ke sekolah. Aku suka sekali melihatnya" Tina tersenyum dengan lebar, sementara Yve hanya mengangguk kecil.
"Tapi belakangan ini kau terlihat sangat lesu, ada apa?" tanya Tina heran. Saat Yve hendak membuka suaranya untuk mencari alasan, Tina sudah lebih dulu menyerobotnya "aku tahu! pasti kau bergadang untuk ujian kan?" Yve hanya tersenyum tipis mendengar tebakan kakaknya yang polos itu.
"Aku sudah menduganya dari kemarin. Hari ini spesial untuk menyemangatimu, aku membeli ini!" Tina dengan antusias mengangkat sesuatu ditangannya. Itu adalah susu plain kesukaan Yve. "Minumlah supaya lebih semangat!" Tina menyodorkan itu kearah Yve.
"Terimakasih kak" Yve menerimanya dengan senyum kaku. Susu? aku akan lebih mengantuk nanti. Yve menatap kotak susu itu dengan sedih. Aku tidak bisa meminumnya.
"Yve?" Tina mengibaskan tangannya di depan wajah Yve.
"Hm? ya?"
"Kenapa melamun?"
"Ah tidak" Yve segera menggeleng.
"Cepat! cepat! bukankah kau akan terlambat?" Tina menunjuk jam dinding, membuat Yve ingat sedang berpura-pura berangkat sekolah.
"Benar juga, aku berangkat" Yve berlari keluar cafe sambil menggigit roti isi abon ayam kesukaannya.
"Hati-hati ya"
Suara Tina terdengar kecil saat Yve sudah berlari beberapa meter. Gadis itu kembali menoleh, dan melihat kakaknya yang mulai sibuk menata cafe dari jendela.
Merasa sudah aman, Yve berlari kearah gedung didekat cafenya. Ia bersembunyi dibaliknya sambil sesekali mengintip untuk melihat kearah cafe.
Seperti kemarin, Yve memakan sarapannya disana, dan mencari tempat yang nyaman untuk bersandar. Untung saja gedung di seberang cafenya hanyalah gedung apartemen yang kosong, untuk saat ini belum ada penghuni yang menempatinya karena sedang ada perbaikan diatap gedung. Yve jadi lebih leluasa berkeliaran disekitarnya.
Hoaaammm
Yve kembali menguap setelah menghabiskan gigitan terakhir dari sarapannya. Ia kemudian mengobrak-abrik isi tasnya untuk mencari minum. Seketika gadis itu terkejut karena barang yang dicarinya tidak ada.
Sial! aku lupa bawa minum
Yve melirik sebelah tangannya yang masih memegang kotak susu pemberian Tina.
Terpaksa minum ini, semoga tidak mengantuk
Setelah meminum beberapa teguk, Yve kembali melihat keadaan kakaknya. Masih terlihat aman. Tina menggeser beberapa kursi untuk menyapu, dan tidak lama kak Ann, salah satu pengawai masuk dan membantunya.
Yve menyandarkan tubuh lelahnya pada dinding gedung. Matanya sayu dan kantuk kembali datang. Roti dan susu benar-benar kombinasi yang mematikan. Rasanya lebih mengantuk dari sebelumnya. Jika hari ini ia benar-benar sekolah untuk ujian, pasti sudah menjadikan lembar jawaban alas tidur.
Benar saja, Yve akhirnya... ketiduran.
❀
"Aaaaa!!!"
Yve terkejut mendengar teriakan itu. Matanya terbuka dengan cepat dan jantungnya berdetak secara tidak wajar.
Gawat! aku ketiduran!
Yve sempat memukul kepalanya untuk mendapatkan kesadaran yang lebih. Setelah itu ia mencari sumber teriakan yang membuatnya terbangun.
Mata Yve semakin membulat saat melihat kearah cafenya. Dari jendela kaca yang besar, ia melihat seseorang yang sedang menodongkan pisau kearah kakaknya.
Yve melihat beberapa pelanggan yang ketakutan, mereka hanya bisa berjongkok sambil memegang kepala.
Tidak ada yang keluar? apa kak Tina dijadikan sandera?
"Sudah cukup main-mainnya"
Yve tersentak kaget. Kepalanya berusaha menoleh kearah belakang. Dan benar saja, pemilik suara itu adalah Bai Lian.
Srot! srot!
Bai Lian dengan tanpa dosa meminum susu plain milik Yve dengan wajah datar. Ia sudah menghabiskan susu kotak itu, tapi masih mencari beberapa tetesan lain hingga suara tidak mengenakkan itu terdengar.
Srot! srot!
"Hei ini enak" Bai Lian mengangkat kotak susu kosong itu.
"Berengsek!" Yve meraung, tapi laki-laki didepannya terlihat biasa-biasa saja.
"Langsung saja, pilih mana, kakakmu atau bekerja menjadi bodyguardku?"
"Caramu licik sekali!" Yve meremas tangannya dengan emosi.
"Terserah ingin menyebutku apa. Tapi kau hanya bisa memilih sekarang" Bai Lian mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum.
Apa aku menyerah karena hal seperti ini?
Jika aku berlari menuju kak Tina sekarang, waktunya tidak akan cukup
Mungkin saja orang yang menodong kak Tina dan Bai Lian ini bisa berkomunikasi jarak jauh.
Mata Yve melirik kanan kiri, mencari sesuatu untuk dijadikan senjata. Apapun itu, Yve ingin menghabisi Bai Lian dulu sekarang.
"Apa kau akan memakai serbet lagi untuk melawanku? oh! atau mungkin pasir? jangan-jangan kau akan menggunakan sepatu atau tas sekolahmu?" Bai Lian terlihat sangat santai.
Serbet dan pasir hanya untuk pengalihan. Aku tidak bisa mengalihkan perhatian orang ini!
"Satu lagi, sekarang kau sedang dibidik oleh beberapa penembak jitu. Jadi ya... kalau kau maju sedikit saja kearahku, langsung bang! kau paham kan?"
Yve menghela nafas dengan kasar, tidak kusangka, aku akan kalah.
Yve mempersiapkan dirinya untuk mengatakan hal yang mungkin akan merubahnya kelak. Entah keputusan ini akan ia sesali atau tidak, tapi selama kakaknya aman, maka itu tidak masalah.
"Aku akan menjadi bodyguardmu" ucap Yve dengan kedua bahu yang merosot. "Tapi... " sorot mata Yve dengan tajam mengarah pada Bai Lian, "jika kau menyakiti kakakku-"
"Tidak mungkin" Bai Lian menggelengkan kepalanya. "Malah aku akan menempatkan seorang bodyguardku untuk menjaganya"
Ingat Yve, omongan orang ini tidak bisa dipegang!
"Jika kau tidak percaya padaku, mari buat kesepakatan diatas kertas"
"Kesepakatan?"
"Semacam perjanjian" Bai Lian berjalan mendekati Yve, "ini kartu namaku, datanglah ke rumahku besok untuk menandatangani perjanjian yang kumaksud, sekaligus untuk bertemu bodyguardku yang lain"
Yve mengangguk pelan sambil menerima kertas berwarna hitam tangannya.
Setelah berkata begitu, Bai Lian nampak bicara dengan seseorang melalui ponselnya, setelah itu pergi dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Bai Lian beneran licik, dia memakai berbagai cara buat menjerat yve
2024-04-20
3
Daimatus
usianya 18th tha berrti??
2023-10-28
1
Bundy Icha
waooooo karen 👍 ceritanya
2023-09-12
1