Yve masih melongo dengan wajah bodoh, sampai Beng harus menyenggol sikunya untuk kembali membuatnya sadar.
"Anak manis, apa yang terjadi dengan wajahmu?" Bai Jun bertanya sambil menghisap rokok di mulutnya.
"Ah ini..." Yve meraba wajahnya. Sebenarnya ia belum melihat cermin sama sekali sebelum berangkat, hingga ia tidak tahu apa yang berada diwajahnya. Tapi saat diraba, ternyata ada beberapa plester yang menempel disana. "Jatuh dari tangga" sambung Yve.
"Apa ini yang membuatmu terlambat latihan?"
Seolah tahu apa yang terjadi, Bai Jun bertanya dengan nada ringan.
Yve hanya mengangguk sambil mengingat kembali ingatan terakhirnya sebelum pingsan.
"Apa kau sakit?" Beng bertanya dengan penuh perhatian.
"Atau mungkin kau terlalu memaksakan diri?" Devian ikut menimpali.
"Ujian sambil latihan memang terlalu berat"
Yve terkejut mendengarnya, bagaimana kakek ini tahu? padahal aku belum pernah bertemu dengannya.
Bai Lian yang mendengar itu merasa seperti disindir karena menjadi orang yang jahat. "Dia tidak bisa membagi waktu, sangat tidak kompeten" belanya.
"Baiklah tuan kompeten, aku berhenti saja menjadi bodyguard" Yve dengan berani membalas perkataan Bai Lian. Persetan dengan boss mafia.
"Kau berani berhenti? aku akan menghancurkanmu sampai-"
"Bai Lian, diamlah!" Bai Jun berteriak dengan keras hingga membuat para bodyguard merinding ketakutan, kecuali Yve yang masih menyandang status orang baru.
Bai Jun kembali menatap Yve dengan lembut, seolah dia sedang bertemu dengan cucu kesayangan. "Tidak perlu takut dengan Lian, dia hanya serangga yang bisa kutepuk kapan saja"
Yve menahan tawanya sebisa mungkin. Yah memang Bai Lian cocok menyandang julukan itu. Karena dia terlalu arogan.
"Kamu bisa istirahat kapanpun, dan bolos latihan jika kamu mau. Sekarang, aku, Bai Jun yang akan menjamin keselamatanmu" kakek tua itu tersenyum dengan lembut, kemudian kembali melanjutkan kata-katanya, "tapi jangan berhenti menjadi bodyguard, kekuatanmu sangat berguna bagi anakku"
Yve ragu, tapi akhirnya dia tetap mengangguk dengan paham. Sepertinya kakek tua ini sangat tulus, tidak seperti Bai Lian yang kelakuannya penuh dengan tipu daya.
"Terimakasih" ucap Bai Jun sambil memegang rokok ditangannya. "Khusus untukmu, boleh memanggilku kakek"
Setelah bicara sambil terkekeh, Bai Jun pergi bersama Bai Lian.
Dengan kompak para bodyguard disisi Yve menghembuskan udara dari mulutnya dengan lega, seolah baru saja bertemu malaikat pencabut nyawa.
"Apa yang kalian takutkan?" tanya Yve dengan nada polosnya.
Devian yang masih berekspresi ketakutan mulai membuka suara, "tuan besar itu orang yang menakutkan tahu!"
"Kakek tadi?" Yve menaikkan sebelah alisnya dengan bingung. Karena dilihat dari manapun, kakek tadi tidak menyeramkan.
"Kabarnya dulu, beliau menghabisi 20 orang sekaligus dengan tangan kosong" Devian mulai menjelaskan dengan suara gemetar.
"Wah bagaimana caranya?" Yve lagi-lagi bertanya dengan penasaran.
"Beliau memutar kepala mereka hingga terbalik" Beng memegang lehernya yang ngilu.
"Menyeramkan sekali"
"Baliau bahkan tidak membutuhkan bodyguard" South berusaha menghilangkan ketakutannya dengan bercerita.
Yve mengangguk paham. Jadi inilah dunia mafia, kejam dan tidak mempunyai sisi kemanusiaan. "Apakah Bai Lian juga begitu?"
Devian menjadi orang pertama yang menggelengkan kepala, disusul dengan Beng dan yang lainnya.
"Tuan Bai Lian tidak bisa bertarung dari kecil, makanya dia sangat membutuhkan bodyguard. Lagipula, tubuhnya yang lemah membuatnya sering menjadi target musuh tuan besar dulu" Devian memainkan kacamatanya dengan serius.
Yve kembali mengangguk.
Hari ini Yve mendapat banyak informasi mengenai boss mafia yang akan menjadi tuannya itu.
"Jadi kau tidak perlu membersihkan kolam renang lagi. Bagaimana kalau kita adu kekuatan?" Beng menatap Yve dengan semangat.
"Bodoh juga ada batasnya. Kau tidak dengar tadi? Yve jatuh dari tangga karena kelelahan. Lalu kau dengan bodohnya mengajak Yve berduel?" Devian terlihat kesal.
"Kak Beng, bukannya memang bodoh?" South membenarkan kata-kata Devian.
Sebelum Beng berubah menjadi gunung meletus karena marah, Yve menyelanya terlebih dahulu. "Besok saja, ayo kita berduel"
Beng tersenyum kemudian mengangguk dengan mantap.
❀
Keesokan harinya
Yve sudah berada di sekolah. Katanya hari ini adalah pengumuman hasil ujian. Sedari tadi jantung Yve masih berdetak dengan tidak wajar. Entah kenapa perasaan tidak ingin mendapat nilai jelek muncul. Padahal ia sudah sering mendapat nilai jelek sebelumnya.
Murid-murid berkumpul didepan mading sekolah. Disana sudah ditempel kertas raksasa berisi ranking ujian satu angkatan.
Dengan langkah penasaran Yve mendekati mading dan mulai mencari namanya. Untuk situasi seperti ini, Yve sangat bersyukur memiliki tubuh tinggi, ia jadi tidak perlu berdesakkan untuk mencari namanya.
Kedua mata Yve membulat saat ia berhasil menemukan namanya.
7. Yvenia Guilietta.
Memang mustahil untuk masuk ranking 5 besar, bagaimanapun Yve adalah mantan ranking satu dari belakang, masuk 5 besar memang tidak mungkin bisa.
Maaf South, kau kalah taruhan dengan orang-orang. Yve tersenyum tipis.
Setelah puas melihat rankingnya, Yve bermaksud untuk kembali ke kelas. Tapi seseorang menghadangnya, kedua mata mereka saling bertatapan. Dia adalah Orion.
Orion menawari Yve untuk berjalan ke kelas bersama, dan sepanjang perjalanan Orion kembali memberikan pertanyaan pada Yve.
"Boleh aku tahu dengan siapa kau belajar?" Orion menatap Yve yang lebih fokus melihat jalan.
"Bagaimana kau tahu aku diajari seseorang?"
"Hanya menebak." Orion yang tadi sudah melihat ranking lebih dulu, juga sangat terkejut melihat nama Yve yang bertengger di ranking 10 besar. "Orang yang mengajarimu pasti sangat hebat"
"Ya sangat hebat, dan juga berisik" Yve tidak sadar menunjukkan senyum tipisnya. Membayangkan wajah bodoh Beng sangat membuat orang-orang tidak percaya kalau sebenarnya dia sangat pintar.
Orion yang melihat Yve tersenyum sendiri membayangkan orang yang tidak ia kenal merasa cemburu. Tapi ia tidak bisa marah, karena dia bukan siapa-siapa.
"Apakah aku mengenalnya?" tanya Orion lagi.
"Tidak, dia temanku di tempat kerja yang baru"
Dengan antusias, Orion kembali mengajukan pertanyaan, "memangnya kau kerja dimana? bolehkah aku melihat tempatnya?" ya benar, ini adalah kesempatan baginya untuk bertanya tempat kerja Yve yang baru.
"Tempatnya jauh" Yve hanya menjawab singkat, kemudian langkah kakinya dipercepat hingga membuat Orion tertinggal.
Kenapa Yve sangat keras kepala? memangnya ada apa dengan tempat kerjanya?
Orion yang masih diselimuti rasa penasaran, harus menelan pil pahit karena gadis itu lagi-lagi tidak ingin bercerita.
Yve akhirnya sampai di kelasnya. Ia duduk kemudian melirik jam dinding.
Entah kenapa, aku tidak sabar ingin segera ke rumah Bai Lian. Bertemu dengan yang lain dan memamerkan hasil ujianku. Apakah perasaan ini adalah perasaan senang karena memiliki seorang teman?
Yve tersenyum sendiri. Sekarang aku juga sangat menantikan libur semester. Agar aku bisa menghabiskan banyak waktu dengan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sandisalbiah
wow dr rengking satu paling belakang melesat ke sepuluh besar itu luar biasa lho.. Beng beneran sukses jd mentor Yve belajar..
2024-04-20
4
❄️ sin rui ❄️
astaga cowo gak bisa apa2 di jadiin ketua mafia, atuh jadi beban anak buah
2023-03-19
4
アチ
Tempatnya berbahaya untukmu yg orang asing 🙈
2022-10-05
3