Dari arah belakang Novan, muncul-lah sosok wanita tua yang tak lain adalah Sahida, neneknya Sahara.
"Nek," panggil Sahara dengan pandangan yang penuh kerinduan.
Sahida yang kecewa langsung masuk kembali ke dalam rumah Novan. Sahara pun langsung menyusul. "Nek, Nenek marah padaku karena aku tidak pulang selama dua hari?" tanya Sahara. "Sekarang aku datang untuk menjemput Nenek, kita pulang yuk, Nek?" ajak Sahara.
Tak lama, ibu Novan pun datang. "Biarkan saja di sini untuk sementara waktu, Ra. Lagian, tinggal di sana pun Nenekmu pasti sendirian kasian dia," kata Hanum.
"Apa maksud, Bi Hanum bicara seperti itu?" tanya Sahara, sampai kapan pun ia tak akan meninggalkan neneknya. Sahida orang yang paling berjasa dalam hidupnya.
"Pergilah, kamu sudah tidak butuh Nenek lagi," ucap Sahida. Kata menjual diri yang didengar dari mulut tetangga membuatnya terasa sakit, rasa sakit itu melebihi rasa sakit dari penyakitnya.
"Kenapa Nenek berkata seperti itu? Apa Nenek lebih percaya pada omongan orang?" Sahara bertanya sembari menangis.
"Ra, sudah ...." Bi Hanum melerai sembari menarik bahu Sahara.
"Aku sedih, Bi. Nenek tidak percaya padaku." Tangis Sahara akhirnya pecah di pelukan bi Hanum. "Nenek marah padaku dan mengusirku." Sahara tidak mau berpisah dari Sahida.
"Nenekmu masih emosi, dia marah karena kamu menikah tanpa bilang padanya," ujar Hanum.
"Maafkan aku, Nek." Kini Sahara berlutut di kaki Sahida. Wanita tua itu keadaannya sedikit membaik pasca operasi yang dilakukan kemarin. Sahara begini karena memperjuangkan hidup Sahida, kelak bisa berkumpul kembali dengannya.
Sahara terus menangis meminta ampun dari neneknya.
"Pergilah, Sahara. Kamu sudah besar dan tahu akan kemana arah hidupmu, Nenek hanya tak menyangka kamu akan berbuat seperti ini." Sahida tidak tahu pengerbonan cucunya itu semua demi dirinya. Apa pun akan dilakukan oleh Sahara termasuk nyawa taruhannya.
"Aku melakukan ini semua demi, Nenek. Aku mau Nenek sembuh," ujar Sahara yang masih memeluk kaki Sahida.
"Lepaskan! Nenek akan mengganti uangmu, sekarang pergilah." Meski berucap seperti itu, Sahida merasakan sakit. Kecewa, sedih menajdi satu. Gadis yang ia rawat dan ia jaga selama ini membuatnya kecewa, ia lebih memilih mati dari pada harus mengorbankan cucunya.
"Nenek mengusirku?" tanya Sahara, mendongakkan wajah ke arah Sahida yang tak melihat ke arahnya sama sekali.
"Kamu akan hidup bahagia bersama lelaki itu, dia kaya. Dan kamu tidak akan hidup susah, tidak perlu cape-cape bekerja hanya demi wanita tua sepertiku." Sahida mengusap sudut mata, karena ia pun menangis.
"Tapi, Nek." Wajah Sahara begitu memelas, meminta maaf kepada neneknya.
Sahara bangkit dengan sekuat tenaga, setelah berhasil berdiri, pandangan mulai redup. Semuanya terasa gelap, kepalanya tiba-tiba saja pusing. Saat itu juga, Sahara jatuh pingsan.
"Sahara ..." Seorang pria datang dan langsung meraih tubuh Sahara.
* * *
Di tempat lain.
"Kenapa sudah pulang?" tanya Jihan pada anaknya. Jihan melihat ke arah belakang Juan. "Mana, Sahara?" tanyanya lagi, bingung karena Sahara tak terlihat.
"Tidak ada, dia pergi menemui neneknya," jawab Juan sedikit acuh.
"Maksudmu bagaimana? Mama tidak mengerti." Setahunya, Sahara tidak memiliki siapa pun di sini, Juan bilang orang tuanya tidak ada di kota ini, bahkan orang tua Sahara tidak ikut menyaksikan hari bahagia putrinya. Jihan semakin penasaran, sebenarnya ada apa? Apa yang anaknya menyembunyikan sesuatu darinya? pikirnya
"Aku cape, Ma. Aku mau istirahat saja," tukas Juan sembari berlalu.
Tapi Jihan menyusulnya, bahkan sambil mengomel. "Mama mau kamu jemput Sahara, dia istrimu, Juan." Banyak lagi kata-kata yang keluar dari mulut wanita berparas cantik itu, sampai Juan merasa kepalanya pusing karena mendengar ocehan mamanya.
"Oke-oke ... Aku jemput dia, tapi Mama harus tahu siapa dia sebenarnya. Dia itu bukan kekasihku, dia suruhan orang untuk menghancurkan hubunganku dengan kekasihku, Ma," jelas Juan.
Bukannya percaya, Jihan malah tertawa bahkan sampai terpingkal-pingkal. "Kalau lagi berantem gak harus begini juga, Juan. Kamu itu kaya anak kecil, sudah sana jemput istrimu." Setelah itu, Jihan pergi meninggalkan putranya.
"Ada-ada saja, kalau Sahara bukan kekasihnya kenapa mengenalkannya pada kami," gumam Jihan sambil berjalan menuruni anak tangga. Pertengkaran kecil pasti akan terjadi pada pengantin baru, pikir Jihan. Ia tak mempedulikan omongan Juan yang menyebut Sahara sebagai gadis penghancur. Penghancur hatinya, iya. Karena Sahara begitu sangat cantik.
Terpaksa, Juan pun akhirnya pergi ke tempat di mana nenek Sahara tinggal. Karena Sahara pamit akan pergi ke sana. Setibanya di rumah Sahara, ia tak melihat penghuni di rumah kecil itu, bahkan pintunya pun terkunci. Samar-samar, ia mendengar suara berisik dari arah belakang rumah nenek Sahida. Karena penasaran, ia pergi ke sana. Dilihatnya, Sahara tengah berlutut sembari memeluk kaki Sahida.
Juan tidak langsung menghampiri, ia mendengarkan percakapan mereka. Mendengar semua saat Sahara meminta maaf, bahkan penuturan Sahara yang bilang bahwa ia melakukan ini demi neneknya. Hingga Sahara berdiri dan tak lama jatuh pingsan.
"Sahara ..." Juan menghampiri, meraih tubuh itu dan langsung membawanya. Pergi tanpa meninggalkan kata sepatah pun kepada orang yang ada di sana.
Sesekali, Juan mengecek keadaan wanita itu yang kini sudah berstatus istrinya, menyentuh keningnya dengan punggung tangannya. Sedangkan tangan yang sebelahnya fokus pada stir kemudi. Tiba-tiba, wajah Juan panik. Bagaimana pun, wanita ini adalah istrinya. Terlebih, ia takut dimarahi oleh mamanya karena Sahara sakit. Jihan terlihat menyayangi menantunya itu, Sahara berhasil merebut perhatian Jihan sewaktu pertemuan di restoran waktu itu. Sikap ramah Sahara membuat mereka lebih cepat akrab.
Mamanya Juan, berasal dari keluarga sederhana. Lalu dipersunting oleh lelaki yang bernama Ardinata, pengusaha kaya raya. Jadi, Jihan tak begitu mempedulikan kepada siapa anaknya berjodoh. Yang penting, gadis itu sopan, seperti Sahara.
"Panas sekali," ucap Juan. Pria itu menambah kecepatan agar cepat sampai di rumah sakit. Sampailah mereka di rumah sakit ternama di kota itu.
Tahu siapa yang datang, para staf rumah sakit langsung menghampiri sambil mendorong brankar ke arah Juan yang tengah menggendong istrinya.
* * *
Juan menunggu di luar IGD. Sahara tengah diperiksa oleh dokter.
"Lama sekali." Ujar Juan. "Sakit apa sampai selama itu memeriksanya?" Juan jadi penasaran, pasalnya, Sahara tidak apa-apa saat pergi tadi pagi. "Apa mugkin kecapean karena pernikahan kemarin?" pikirnya.
Tak lama dari situ, dokter pun keluar.
"Bagaimana, Dok?" tanya Juan.
"Tidak apa-apa," jawab dokter.
"Kalau tidak apa-apa, kenapa lama sekali?" tanyanya.
Dokter menghela napas sejenak, lalu mengajak Juan ikut ke ruangannya. Dokter takut jika ia membicarakannya di sini ada orang yang mendengarnya dan malah menjadi gosip yang tak mengenakan. Akhirnya, Juan pun ikut ke ruangan dan bicara serius di dalam sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
wah jgn sahara hamil thor
2022-08-20
0
Anaya Felisha Zema Nasution
lanjutkan Thor bikin Sahara hamil thor
2022-08-02
1
Lilis Suarni
Thor visual nya juan. Sahara dan Nadine donk…🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2022-08-02
1