Sahara duduk dengan tenang bersama Juan di mobil, mereka tengah perjalanan menuju kediaman Ardinata. Sahara tak berani berucap karena menurutnya mood pria itu sedang tidak baik-baik saja. Juan sibuk dengan ponselnya, yang diyakini Sahara bahwa lelaki itu tengah menghubungi kekasihnya.
Sahara yakin bahwa wanita itu tidak akan memaafkannya, ia juga sudah lega karena urusannya sudah selesai. Tinggal bagaimana caranya melarikan diri dari jeratan lelaki berwajah tampan itu, ia tak ingin hidup dalam kebohongan. Tapi, tiba-tiba ... Ponsel milik Sahara bergetar, menandakan bahwa satu pesan masuk ke dalam ponselnya.
Sahara membuka ponselnya.
"Kerjamu bagus, aku sangat puas. Sisa bayaran akan aku kirimkan, tapi tugasmu belum selesai, buat lelaki itu melupakan anakku. Terserah apa yang akan kamu lakukan, kalau tidak kamu tau akibatnya!"
Kerongkongan Sahara terasa tercekat, baru saja ia memikirkan bagaimana caranya terlepas dari jeratan pria yang ada di sampingnya itu, ingat dengan janji Sonia yang akan membayarnya lebih, ia pun harus melaksanakan tugasnya. Lagi-lagi uangnya akan digunakan untuk kesembuhan neneknya.
Tak terasa, mereka pun sampai di kediaman Ardinata. Kedatangan Sahara disambut oleh Jihan, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu begitu antusias melihat kedatangan calon menantunya.
"Sahara, calon menantuku." Jihan memeluk Sahara. Sedangkan Sahara tersenyum kikuk. "Juan, ajak masuk calon istrimu. Ini kali pertama kamu datang ke sini?" tanya Jihan pada Sahara.
Sahara melihat rumah itu dengan takjub, Sonia wanita yang paling bodoh menurutnya. Kenapa menyia-nyiakan lelaki seperti Juan? Sudah tampan, tajir melintir pula, pikir Sahara.
"Kenapa? Tujuanmu ini 'kan? Kamu tau siapa aku sebenarnya, makanya kamu datang dan mengacaukan semuanya," bisik Juan yang menilai Sahara.
Sahara tak menggubris, niat dekat dengan Juan bukan untuk dirinya. Melainkan pekerjaan yang selama ini sering ia lakukan, hanya bedanya ia terjerat dengan masalahnya sendiri. Kalang kabut karena tidak tahu harus melakukan apa waktu itu, pengobatan sang nenek tidak bisa diundur sehingga dirinya nekat melakukan apa pun agar Sonia tak menarik uangnya kembali.
"Ayo masuk," ajak Juan, "kamu pasti suka dengan rumahku," cetus Juan dengan sombongnya.
* * *
Sahara duduk di ruang tamu, ia menunggu Jihan karena wanita itu menyuruhnya untuk menunggu. Tak lama, wanita cantik itu datang sambil menjinjing paperbag. Jihan duduk di samping Sahara, lalu mengeluarkan isi paperbag tersebut. Beberapa contoh surat undangan, Sahara terkejut saat melihatnya. Surat undangan pernikahan? Pikirnya.
"Kamu suka yang mana, Ra?" tanya Jihan.
"A-apa ini, Tante?" tanya Sahara gugup.
"Om dan Tante sudah putuskan, sebelum kami kembali ke luar negri, Tante mau kamu menikah dengan Juan. Kamu setuju 'kan?"
Uhuk, uhuk ...
Juan yang sedang minum langsung terbatuk, pria itu berjalan sambil membawa minuman dalam kemasan botol. Pria itu segera menghampiri lebih dekat.
"Ma, ini terlalu cepat," protes Juan, "hubungan kami belum lama, lagian orang tua Sahara lagi ada di luar kota," jelas Juan.
Mata Sahara langsung melotot, kenapa lelaki itu berbohong? Sudah jelas dirinya tak memiliki orang tua, apa pria itu tuli?
"Iya 'kan, Ra. Kamu belum siap untuk menikah 'kan?" tanya Juan.
"Kalau memang belum siap, tunangan saja dulu. Kamu lamar Sahara sekarang," pinta Jihan.
"Tante, aku mau bicara sebentar sama Juan, boleh?" tanya Sahara.
"Tentu, kalian bicara dari hati ke hati. Tante ke dapur dulu," pamit Jihan.
Juan langsung mengajak Sahara untuk bicara, tapi tidak di sini. Juan menarik tangan Sahara dan pergi di mana, Jihan tak dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Lepas, kamu mau bawa aku ke mana?" Sahara meronta saat tangannya ditarik melewati anak tangga yang panjang.
Di dalam kamar, Juan membawa Sahara ke kamarnya.
"Tujuanmu itu sebenarnya apa? Seharusnya kamu senang saat orang tuaku menginginkan pernikahan?" Juan kesal sendiri pada Sahara. "Kamu harus terima dan gantikan Nadien, tapi perlu kamu tau, aku terpaksa melakukan ini."
Sahara tidak menjawab karena bingung harus berkata apa.
Ting, ponsel Sahara kembali berbunyi. Ia tahu yang menghubunginya pasti Sonia.
"Kenapa tidak dibuka?" tanya Juan karena Sahara terus menggenggam ponselnya, "aku tidak mau ada yang kamu tutupi, kamu harus bertanggung jawab dengan semua kekacauan ini. Tapi aku juga tidak mau berpisah dengan Nadien, kalau pertunangan ini dipercepat orang tuaku akan kembali ke luar negri," jelas Juan.
"Apa? Kembali pada Nadien? Tidak, ini tidak boleh terjadi Sonia masih memantauku," batinnya.
"Baik, aku setuju untuk tunangan," kata Sahara.
* * *
Juan dan Sahara juga orang tua Juan tengah berkumpul, mendengar kata setuju dari Sahara Jihan begitu bahagia. Syukur-syukur mereka cepat menikah, pikirnya.
"Mama senang dengan berita ini," ucap Jihan, "Pa, kita harus adakan pesta. Pertungan ini harus meriah, Mama ingin teman-teman Mama tau bahwa Juan kini tunangan."
"Ya, atur saja," jawab Ardinata, "kamu sudah bilang pada orang tua Sahara bahwa kalian akan tunangan?" tanya Ardinata pada putranya.
"Sudah, Pa. Katanya atur saja, mereka tidak bisa hadir," jawab Juan asal.
"Kenapa berbohong lagi?" bisik Sahara.
"Agar pernikahan tidak dipercepat, kalau orang tuaku tau kamu tidak punya orang tua mereka pasti memintaku untuk menikahimu sekarang juga," balas Juan. "Selama ini bisa di handle kita lakukan sandiwara, aku ingin Nadien kembali bersamaku. Pelan-pelan, aku akan meyakinkan orang tuanya bahwa aku serius dengan Nadien. Jangan lagi kamu kacaukan!" seru Juan.
"Tapi tidak harus berbohong," kata Sahara pelan.
"Bukankah kamu yang mulai berbohong, kamu akan tau dengan siapa kamu berhadapan. Andai orang tuaku tidak bertemu denganmu, mungkin aku sudah bahagia bersama kekasihku."
"Kalian bisik-bisik terus dari tadi, apa yang kalian bicarakan? Kalian tidak perlu khawatir, semuanya sudah disiapkan. Apa kalian tidak sabar menunggu hari bahagia itu tiba?" tanya Jihan.
Juan tersenyum palsu, lalu meraih tubuh Sahara dari samping. Mengeratkan tubuh mereka. "Mama tau aja, aku tidak sabar menunggu hari itu tiba. Tapi aku tidak mau ada pesta besar, Ma. Cukup kita saja, nanti kalau menikah baru," usul Juan.
"Iya, Tante. Tidak usah meriah, cukup terikat dengan keseriusan saja aku sudah senang. Juan membuktikan cintanya padaku."
Sahara ikut bersandiwara karena ia tahu bahwa Juan tidak ingin Nadien tahu dengan pertunangan ini. Dengan begitu, ia juga lebih mudah terlepas dari Juan nantinya.
* * *
Setelah meyakinkan orang tuanya, Juan mengantar Sahara pulang ke rumah.
"Kamu masih tidak ingin memberitahukanku soal kehadiranmu? Perlu uang berapa agar kamu mengaku?" desak Juan dalam perjalanan pulang di mobil.
"Sudah ku katakan berkali-kali, apa kamu tidak percaya kalau aku tidak berniat-."
"Menghancurkan hubunganku," pungkas Juan, "semuanya tidak masuk diakal, Sahara. Bahkan kita sudah-." Kesalahan malam itu membuat Juan tak lagi meneruskan kata-katanya. "Lupakan untuk itu, aku jadi bingung harus bagaimana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
lanjut thor
2022-08-20
0
Yati Rosmiyati
lanjut Thor
2022-07-30
0
Lilis Suarni
Semoga nikah..
2022-07-29
0