Sahara berjalan menyusuri kegelapan, pikirannya tak karuan. "Kenapa aku jadi terjerumus seperti ini?" ucapanya, "tambah banyak orang yang aku bohongi, termasuk orang tua lelaki itu," lirihnya.
Tak biasa menggunakan sepatu hak tinggi, ia pun melepasnya karena pegal dan merasa tidak nyaman. Melanjutkan kembali perjalanan itu sambil menenteng sepatunya, lambat laun ia pun sampai di tempat tujuannya. Kening dan kedua alis yang hampir menyatu, ia menajamkan pandangannya. Di rumah kecilnya terlihat ramai, ada beberapa orang di depan rumah. Karena penasaran, Sahara pun segera menghampirinya.
Pintu rumahnya terbuka lebar.
"Ada apa ini? Kenapa kalian berada di rumahku?" tanya Sahara.
"Ra, nenekmu dibawa ke rumah sakit," jawab tetangganya.
"Apa?" Sahara terkejut, "kenapa nenek-ku? Siapa yang membawanya?" tanya Sahara.
"Novan yang membawanya, tadi dia mendengar suara gelas terjatuh di dalam pas dilihat, nenek Sahida jatuh," terangnya.
Sepatu yang berada dalam genggaman terjatuh, tubuhnya mendadak lemas. Tapi ia tersadar bahwa dirinya harus menyusul sang nenek. "Bi Hanum, aku pinjam sandalnya," kata Sahara.
Wanita yang bernama Hanum langsung melepas sandal jepit yang dikenakannya dan memberikannya pada Sahara. Memakai alas kaki seadanya Sahara langsung segera pergi. "Bi, aku titip rumah," ucapnya sambil berlari.
Sahara pun sampai di rumah sakit, beruntung ia memiliki tetangga yang baik kepadanya juga Sahida. "Novan," panggil Sahara setibanya di rumah sakit, "bagaimana nenek-ku?" tanyanya kembali.
Novan tak langsung menjawab karena melihat penampilan Sahara yang beda dari biasanya, tetangganya terlihat sangat cantik. Tapi ia langsung tersenyum saat melihat ke arah kaki gadis itu.
"Aku kira penampilanmu sempurna, nyatanya ..." Novan menutup mulutnya untuk menahan tawa.
"Tidak lucu! Aku itu tadi buru-buru, terpaksa memakai sandal milik ibumu. TERPAKSA!" kesal Sahara. Novan adalah tetangganya sekaligus teman masa kecilnya. "Bagaimana keadaan nenek-ku?" tanya Sahara.
"Dokter masih memeriksanya, jangan khawatir. Nenek Sahida tidak apa-apa, dibawa ke sini masih sadar kok. Cuma aku takut kenapa-kenapa karena ibuku bilang nenekmu baru pulang dari rumah sakit," jawab Novan.
Sahara bernapas lega. Tak lama, dokter yang memeriksa Sahida keluar dari ruangan. Sahara langsung menanyakan keadaan neneknya. "Dokter, bagaimana nenek-ku? Dia baik-baik sajakan?"
"Pasien baik-baik saja, hanya memar di bagian lutut," terang dokter.
"Apa perlu di rawat?" tanya Novan.
"Tidak, besok sudah boleh pulang," jawab dokter lagi, "kalau begitu saya permisi."
Sepeninggalnya dokter, Sahara menyuruh Novan pulang karena ia akan masuk ke ruangan dan menemani neneknya di dalam sana.
"Kalau ada apa-apa hubungi aku," kata Novan. Sahara mengangguk.
* * *
Sahara mencium tangan Sahida yang keriput, sedih, ia pun meneteskan air mata. "Maafkan Rara ya, Nek. Ini salah Rara karena meninggalkan Nenek terlalu lama." Ucapnya sembari mengusap punggung tangan neneknya.
"Tidak apa-apa, kamu pergi karena bekerja 'kan? Maafkan Nenek karena sering merepotkanmu," tutur Sahida.
"Nenek istirahat ya ini sudah sangat malam, aku juga mengantuk." Sahara menarik selimut, lalu ia berpindah di kursi yang tersedia di sana. Sahara menguap karena memang sangat mengantuk, tak terasa ia tertidur dalam keadaan duduk dengan kaki menjuntai ke lantai.
Hawa dingin menjalar di seluruh tubuh, baju yang dikenakannya tak mampu menghangatkan karena pakaian itu sedikit terbuka di bagian dada juga pakaian itu tanpa lengan. Sahara terbangun setelah tertidur beberapa saat. Sahida tertidur dengan nyenyak.
Keesokan harinya.
Sahara teringat akan janjinya yang akan bertemu dengan Juan hari ini. Dan hari ini Sahida pulang ke rumah, tapi Sahara meminta pada neneknya untuk tetap di sini sebelum dirinya kembali. Ia akan menemui Juan terlebih dulu, tak bisa meninggalkan Sahida di rumah karena takut hal kemarin terulang.
"Nek, aku pergi sebentar. Nenek tunggu di sini dulu, aku tidak akan lama," kata Sahara sebelum pergi meninggalkan neneknya.
"Jangan lama-lama ya, Ra. Nenek bosan berada di sini," pesan Sahida.
"Iya, nek." Sahara mencium kening Sahida lalu pergi.
_
_
_
Taman Kencana.
Juan sudah berada di sana, ia menunggu kedatangan Sahara. Semalam, mereka tidak menentukan akan jam berapa mereka bertemu. Juan putuskan ke taman itu sekalian berolah raga karena hari ini hari weekand.
Beberapa jam kemudian, Sahara datang. Setibanya di sana, ia mengedarkan pandangan. Penampilannya jadi pusat perhatian, sejak semalam dirinya belum mengganti pakaian.
Banyaknya orang yang melihat ke arahnya, Juan pun akhirnya melihat ke mana mata orang-orang di sana tertuju. Sahara. Ya, Juan melihat keberadaan gadis itu. Cepat-cepat ia menghampirinya. Melihat keadaan Sahara, Juan bingung.
"Kamu tidak pulang? Kenapa masih pakai baju itu?" tanya Juan.
"Bukan urusanmu, mau pulang atau tidak apa hubungannya denganmu?" ucap Sahara.
"Jelas ada hubungannya, bukankah semalam kamu bilang bahwa aku ini kekasihmu? Jangan pura-pura lupa, Sahara!" Juan berjalan menuju bangku di taman, dan Sahara menyusul ikut terduduk di samping Juan.
"Aku tidak bisa bertunangan denganmu," ucap Sahara tiba-tiba.
"Apa?" Juan terkejut, "jangan becanda kamu, orang tuaku mendesakku untuk segera bertunangan denganmu. Lalu apa maksudmu masuk ke dalam hidupku dan menghancurkan hubunganku dengan Nadien?"
"Ya pokoknya tidak bisa," tolak Sahara.
"Aku ingin bertemu dengan orang tuamu, ajak aku sekarang bertemu dengan mereka," pinta Juan.
Sahara jadi bingung sendiri, bagaimana ini? Rencananya tidak sampai sejauh ini, ini masalah serius jika harus tunangan segala, pikirnya. Dari awal ia sudah berbohong, lalu bagaimana caranya menyampaikan ini pada Juan? Orang tua saja ia tak ada.
"Jangan diam saja, ajak aku bertemu dengan mereka," ujar Juan.
"Kamu serius?" tanya Saharaa.
"Terpaksa, bukankah kamu yang mengacaukan semuanya? Orang tuaku tidak mungkin menerima Nadien kalau sudah begini jadinya."
"Baik, aku akan mengenalkanmu pada orang tuaku. Tapi dengan satu syarat."
"Apa syaratnya?"
" jangan katakan apa pun di hadapannya, termasuk dengan apa yang telah aku lakukan."
"Kenapa kamu jadi mengaturku? Kenapa mereka tidak boleh tau? Apa pekerjaanmu memang seperti ini? Memanfaatkan keadaan, atau jangan-jangan, kamu melakukan ini karena menjebakku? Menikah denganku karena uang? Kamu butuh uang?"
"Kamu ikut saja denganku, nanti kamu tau kenapa aku memintamu untuk tidak mengatakan apa-apa padanya." Sahara harus menjaga hati neneknya, ia tak mungkin mengatakan bahwa ia menjadi gadis bayaran untuk menghancurkan hubungan orang.
Akhirnya, Juan pun ikut bersama Sahara. Taman kencana letaknya tidak jauh dari rumah sakit sehingga tak membutuhkan waktu lama menemui Sahida. Juan menatap punggung Sahara, ia tak bertanya apa pun saat dirinya diajak ke rumah sakit. Dugaannya semakin kuat bahwa Sahara menjebak pria kaya untuk menikah dengannya. Gadis itu pasti sedang membutuhkan uang, pikir Juan.
Sampailah mereka disatu ruangan. Juan melihat seorang nenek-nenek tengah duduk bersandar di atas brankar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
next...
2022-07-28
1
Meta Lia
lanjuuuuuut
2022-07-27
0
Yati Rosmiyati
lanjut Thor 💪❤️
2022-07-27
0