"Sayang, kamu mau kemana sudah rapi begini?" tanya Sonia.
Nadien tengah duduk di kursi meja rias. "Aku ada janji sama Juan, Ma. Dia mengajakku makan malam terus akan mengenalkanku dengan kedua orang tuanya," jawab Nadien apa adanya.
Sonia terdiam sesaat, bagaimana ini? Kenapa hubungan mereka malah semakin jauh? Pikir Sonia. Apa kerjanya gadis itu? Katanya dia sudah berhasil membuat Juan tidak akan melanjutkan hubungannya. "Mama ke toilet sebentar, kamu jangan pergi dulu," kata Sonia menahan kepergian anak gadisnya.
Nadien memang belum siap karena ia belum selesai merias wajahnya.
* * *
"Angkat, Sahara! Kamu kemana sih!" gerutu Sonia. Ia menghubungi Sahara karena rencana malam ini harus gagal. Panggilannya tak kunjung terjawab, karena Sahara sibuk mengurus neneknya. Wanita tua itu pulang ke rumah sakit karena kondisinya mulai membaik.
"Ma," panggil Nadien, "apa Mama masih lama di dalam sana? Aku mau berangkat," teriak Nadien.
"Aduh, bagaimana ini? Sahara belum tau kalau malam ini mereka akan bertemu." Sonia mondar-mondir di dalam kamar mandi, mencari ide untuk mencegah kepergian anaknya. Sonia manggut-manggut karena merasa mendapatkan ide yang menurutnya bisa mencegah kepergian anaknya.
"Nadien, tolong Mama," sahut Sonia. Wanita itu terduduk di samping bath up, pura-pura terjatuh karena terpeleset. Nadien yang mendengar teriakan langsung masuk ke dalam.
"Mama." Nadein segera menghampiri ibunya dan membantu wanita paruh baya itu untuk berdiri. Memapah ibunya berjalan menuju tempat tidur. "Mama hati-hati dong, kenapa sampai bisa kepeleset?" tanya Nadien yang khawatir. "Aku bisa terlambat ini, Ma."
"Jangan pergi dulu, tunggu papamu pulang ya? Mama hubungi papa dulu." Sonia mengentik sesuatu di ponselnya, ia pura-pura mengirim pesan kepada suaminya padahal ia mengirim pesan kepada Sahara, semoga gadis itu membaca pesan darinya.
* * *
"Nenek istirahat ya," kata Sahara saat mereka tiba di rumah kecil miliknya.
Ting, notif masuk ke dalam ponselnya. Sahara pun membuka pesan, karena ia penasaran sejak tadi ponselnya berdering. Ia tak bisa menerima panggilan jika sedang bersama neneknya. Sahara membaca pesan itu.
"Pergi ke restoran xx, gagalkan pertemuan Nadien dengan kedua orang tuanya Juan," pesan Sonia. Sahara melirik ke arah neneknya, malam ini ia harus meninggalkan sang nenek.
"Nek, Nenek tidur ya. Aku akan pergi sebentar, ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan," kata Sahara pada Sahida.
"Jangan pulang malam-malam ya," pesan Sahida.
"Iya, Nek. Setelah urusan itu selesai aku akan cepat kembali." Sahara mencium tangan serta kening Sahida sebelum pergi, menarik selimut untuk menutup tubuh neneknya agar tidak kedinginan. Ia pun segera pergi, dalam perjalanan ia mengirim chat kepada Sonia.
"Cegah kepergian Nadien, aku ada rencana sendiri." Pesan itu terkirim dan langsung centang biru. Sahara menarik napas, ini langkah kedua untuk menggagalkan rencana Juan. Ia melihat dirinya, penampilannya malam ini harus lebih meyakinkan. "Pak, di depan sebelah kiri berhenti dulu ya di sana," ucap Sahara pada sang supir taxi. Supir itu mengangguk.
Sedangkan Nadien, ia tengah gelisah. Waktu terus berputar, sesekali ia melihat jam yang menempel di dinding kamar Sonia. "Ma, papa lama sekali. Sudah sampai mana? Aku tidak mau telat, nanti tidak enak sama mereka, Ma." Nadien berwajah kesal.
"Kamu lebih mentingin mereka dari pada, Mama! Mama ini lagi kena musibah, tega sekali kalau kamu pergi. Setidaknya tunggu sampai papamu pulang," omel Sonia.
"Bukan begitu, Ma. Aku-."
"Jangan begitu sama orang tua," pungkas Sonia.
Nadien menghela napas karena tidak ada pilihan, Sonia memang lebih penting dari apa pun. Tapi kenapa momennya harus pas saat seperti ini? "Tenanglah sedikit, coba Mama pinjam ponselmu," pintanya.
"Untuk apa?" tanya Nadien.
"Sepertinya handphone Mama kehabisan kuota, mau coba hubungi papamu."
"Masa?" Nadien tidak begitu percaya, "ini bukan bagian dari rencana Mama 'kan?" tuduh Nadien.
"Apa maksudmu? Jangan menuduh Mama yang tidak-tidak," protes Sonia.
"Kan Mama tidak menyukai Juan, bisa saja ini hanya akal-akalan, Mama. Mencoba menggagalkan pertemuanku dengan mereka, Mama kenapa sih tidak suka dengan Juan? Selama ini dia baik loh, Ma."
"Itu menurutmu, karena Mama pernah melihatnya jalan sama perempuan lain di mal, mereka mesra sekali," jelas Sonia, "sini handphone-mu." Sonia meraih ponsel milik Nadien yang tengah di genggam. Bukannya menghubungi suaminya, ia malah mematikan ponsel itu, tanpa disadari oleh Nadien. Setelah itu Sonia memberikannya kembali pada anaknya.
Terpaksa, Nadien menunggu sampai papanya pulang. Satu jam kemudian, menurut Nadien ini sudah lebih dari jam normal kepulangan papanya. Nadien nekat pergi saat itu juga, ia tak bisa mengulur waktu lagi. Nadien beranjak dari tempatnya.
"Nadien," panggil Sonia.
"Maaf, Ma. Aku harus pergi." Model cantik itu keluar dari kamar mamanya tanpa menghiraukan teriakan Sonia.
"Ish ...," desis Sonia, ia kembali menghubungi Sahara, semoga rencananya tidak keduluan oleh anaknya.
* * *
Di restoran.
Orang tua Juan sudah berada di sana, juga dengan Juan.
"Juan, masih di mana kekasihmu itu?" tanya mama Juan yang bernama Jihan, "coba kamu hubungi dia," titahnya.
"Iya, Ma." Juan pun menghubunginya tapi tidak terhubung. "Kenapa tidak aktif?" gumamnya.
"Bagaimana?" tanya Papa Juan yang bernama Ardinata.
"Kok handphone-nya tidak aktif ya, apa mungkin masih di jalan. Sepertinya kena macet, Ma, Pa," jawab Juan.
"Kamu tidak sedang mengerjai Papa, Mama 'kan, Juan," selidik Ardinata.
"Tidak, Pa. Harusnya pacarku sudah sampai sebelum aku." Mana mungkin Juan berani berbohong kepada orang tuanya, terlebih pada Jihan. Karena wanita itu selalu mendesaknya agar mendapatkan pasangan.
"Tapi ini lama sekali kami menunggu." Ardinata melihat jam di pergelangan tangan.
"Tunggu sebentar lagi, Pa. Dia pasti datang," ujar anaknya.
"Setidaknya beri tahu kami siapa nama kekasihmu," kata Jihan. Juan tidak memberitahukan siapa nama kekasihnya, karena mereka tahu siapa Nadien Chandra Kirana. Juan ingin memberikan kejutan kepada orang tuanya bahwa ia memiliki hubungan dengan model cantik yang tengah naik daun.
"Iya, masa nama saja harus dirahasiakan. Papa juga mau tahu siapa nama kekasihmu itu, jangan buat kami tambah penasaran."
"Kalau aku kasih tau sekarang, itu namanya bukan kejutan. Nanti kalian juga tau siapa dia," kata Juan.
Tiba-tiba, suara langkah terdengar menuju ke arah meja yang diduduki oleh Juan dan orang tuanya.
"Hai, sayang," ucap seorang wanita, "Malam, Om, Tante. Maaf, aku terlambat." Wanita itu langsung mendudukkan diri di samping Juan. Juan melihatnya sampai tak berkedip, gadis itu mencium pipinya dari samping.
Kedua orang tua Juan pun tercengang melihat kecantikan gadis itu, lalu tersenyum saat melihat kedekatan Juan dengan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
nafisahh❤️❤️❤️
next
2022-07-25
2
Meta Lia
woooooow
2022-07-25
0
Yati Rosmiyati
lanjut Thor 💪
2022-07-25
0