Kedua orang tua Juan sampai pangling melihat calon menantunya.
"Kamu pinter cari calon istri," ucap Ardinata.
Glek ...
Juan menelan salivanya. Orang tua Juan pun langsung memesan makanan karena yang ditunggu-tunggu sudah datang.
Juan menarik lengan Sahara dari bawah. "Kamu ngapain di sini?" tanya Juan berbisik di telinga Sahara. Belum Sahara menjawab, orang tua Juan memanggilnya.
"Mau pesan apa?" tanya Jihan pada calon menantunya.
"Mama, kita belum kenalan loh sama calon menantu kita," ucap Ardinata, "Juan, kamu tidak mengenalkan kekasihmu kepada kami."
Juan menatap wajah Sahara, dan pandangan mereka bertemu. Lalu Sahara menoleh ke arah orang tua Juan. "Iya, Om. Juan selalu seperti itu padaku, menyebalkan bukan?" tutur Sahara, "aku mengenalkan diri saja, namaku, Sahara," kenalnya.
"Wah ... Nama yang bagus, cantik seperti orangnya. Mama setuju dengan pilihamu, Juan. Iya 'kan, Pa?" sambung Jihan.
Juan sudah tidak dapat berkata apa-apa karena orang tuanya mengakui Sahara sebagai kekasihnya. "Kamu jelaskan kepada mereka kalau ini salah paham!" bisik Juan kembali di telinga Sahara.
"Tidak bisa!" tolak Sahara.
"kenapa tidak bisa, hah? Kekasihku itu bukan kamu."
"Dan mulai sekarang kamu kekasihku, apa perlu aku tunjukan bukti kebersamaan kita waktu malam itu?"
"Kalian bisik-bisik apa sih?" tanya Jihan menghentikan perdebatan Juan dengan Sahara. "Sayang, kamu mau pesan makanan apa?" tanya Jihan kepada Sahara.
"Sayang?" ulang Juan, tak percaya kalau ibunya langsung menyukai gadis yang selalu membuatnya kesal. Hati Juan sebenarnya tengah gelisah, yang dinantikan itu Nadien kenapa yang datang malah Sahara? Lalu di mana kekasihnya?
Sahara terlihat begitu akrab dengan kedua orang tua Juan, sesekali mereka tertawa sesaat sambil menunggu makanan yang dipesan datang.
"Kamu kenapa, Juan?" tanya Ardinata.
"Iya, kamu kenapa?" tanya Sahara lembut, "kamu sakit? Wajahmu pucat?" Sahara menempelkan punggung tangannya di kening Juan.
"Perhatian sekali kekasihmu, Mama semakin yakin kalau Sahara bisa merawatmu dengan baik setelah menikah nanti," ujar Jihan.
Juan yang mendengar langsung terbatuk. Sahara pun langsung memberinya minum. Tiba-tiba saja, seorang wanita datang menghampiri. Wajah memerah karena menahan amarah.
Brak ...
Nadien menggebrak meja, napasnya tersengal dengan dada naik turun. "Kamu!" ucap Nadien dengan mata yang menyorot tajam ke arah Sahara.
"Sayang, siapa dia? Kenapa tiba-tiba langsung marah?" tanya Sahara kepada Juan, berakting seolah tidak kenal.
"Kamu yang siapa?" balik tanya Nadien, "dan kamu!" tunjuk Nadien pada Juan, "dasar laki-laki brengsek, kamu bilang tidak punya hubungan dengannya, nyatanya?" Nadien sampai tidak sadar akan keberadaan orang tua Juan.
"Siapa dia, Juan?" tanya sang papa.
"Bu-bukan siapa-siapa," lirih Juan.
"Kamu!" Nadien semakin marah. Tapi Juan tak bisa membela Nadien karena yang diketahui orang tuanya bahwa Sahara-lah yang menjadi kekasihnya. Terlebih tak bisa jujur karena Sahara memiliki bukti di mana mereka pernah tidur bersama. Ia tak ingin ibunya drof. Waktu yang sangat tidak tepat, kenapa semua terjadi saat dirinya akan meyakinkan Nadien?
"Maafkan aku, Nadien," batin Juan, tapi ia janji akan meminta maaf meski Nadien tak mungkin memaafkannya kali ini.
"Dasar wanita murahan!" Nadien melayangkan tangan ke arah Sahara, tapi Juan langsung menangkap tangan Nadien agar tak mengenai Sahara. "Dasar brengsek!" maki Nadien pada Juan. "Om, Tante. Aku kekasih, Juan," jelas Nadien.
"Apa kamu bilang? Anakku bukan pria brengsek, kamunya saja yang tidak tau malu! Datang-datang langsung marah, ngaku-ngaku jadi kekasih dari putraku," kata Jihan. Jihan melihat wajah Nadien, merasa tidak asing saat melihatnya. "Kamu model baru itu 'kan? Tidak punya sopan santun, untung kamu bukan pacar anakku. Pergi sana, jangan ganggu momen kami di sini," usir Jihan.
"Mama," protes Juan.
"Apa? kamu bela dia? Emang kamu kenal dia?" tanya Jihan lagi. Juan menggelengkan kepala, ia terpaksa melakukan itu.
"Kamu serius tidak mengenalku?" desak Nadien,
Nadien yang kecewa pun langsung pergi, dan Juan menatap punggung kekasihnya yang kian menjauh dan menghilang dari pandangan.
"Sudah, sudah ... Kita lanjutkan makan malam kita," ajak papa Juan.
Sementara Juan, pria itu tetap diam karena memikirkan Nadien. Tapi di sini, Sahara menghibur Juan. Menyodorkan sendok yang berisi makanan. "Kamu cobain deh, ini enak loh," kata Sahara.
Juan menatap sendok di depan wajah, lalu melihat kedua orang tuanya. Ia tak mungkin menunjukkan kemarahannya pada Sahara di depan mereka. Akhirnya, Juan menerima suapan dari Sahara. "Bagaimana, enak 'kan?" tanya Sahara, tak lupa ia berikan senyuman termanisnya untuk meyakinkan orang tua Juan bahwa mereka memang pacaran.
"Kalau memang sudah saling cocok kenapa harus menundanya? Papa mau kalian tunangan dulu."
Juan langsung tersedak. Terbatuk tiada henti. Sahara memberinya minum. "Pelan-pelan dong." Sahara mengusap punggung Juan.
"Apa, Pa? Tunangan?" Juan terkejut, semakin rumit saja permasalahannya. Belum lagi soal Nadien, bagaimana ini? Juan pusing sendiri, tapi di sisi lain, ia sudah tidur bersama dengan Sahara.
"Bagaimana, Ma? Mama setuju kalau pertunangan di percepat?" tanya Ardinata pada istrinya.
"Setuju sekali, kalau perlu langsung menikah pun Mama setuju. Mama sudah cocok sama Sahara," jawab Jihan, "nanti kita lamar Sahara ya, Pa?"
Kini Sahara yang dibuat terkejut, bagaimana ini? Pikirnya. Melirik ke arah Juan, tapi pria itu tak kunjung menoleh kepadanya.
* * *
Pertemuan dan makan malam pun selesai.
"Juan, Mama dan Papa pulang duluan ya? Kamu antar Sahara pulang," kata Jihan, "Sahara, Tante dan Om pulang ya?" Jihan mencium pipi kiri dan kanan calon menantunya. Setalah itu, mereka pun undur diri.
Kini menyisakan Juan dan Sahara.
"Kalau mau menjebak bukan begini caranya, kamu tidak kasian pada kekasihku?" ucap Juan tiba-tiba. Tidak bisa marah kepada Sahara karena ia pun telah berbuat salah, dan Sahara memang berhak atas dirinya. Terlebih pada sebuah rasa tanggung jawab yang memang harus ia lakukan. Di sisi lain, bagaimana dengan Nadien? Gadis itu yang dicintainya, bukan Sahara.
"Aku harus pergi," pamit Sahara.
"Enak saja mau pergi, bagaimana rencana pertungan kita? Kamu mau mempermalukanku di depan orang tuaku? Yang mereka tau kamu itu kekasihku, dan kamu tidak bisa pergi begitu saja setelah mengacaukan semuanya. Perlu kamu tau, aku bukan pria brengsek!"
Sahara tak bisa berkata apa-apa, yang ia inginkan saat ini adalah pulang. Tak bisa meninggalkan neneknya terlalu lama.
"Kapan kita bertemu lagi? Pertemuan kita tidak bisa diprediksi, aku ingin kenal dengan keluargamu."
"Besok kita bertemu di taman kencana, untuk sekarang aku harus pergi." Sahara langsung pergi dan meninggalkan Juan yang masih terpaku, tak percaya bahwa semuanya akan seperti ini.
"Kenapa jadi semakin rumit? Arrgghhh ...," kesal Juan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ivonovi
apa juan kknya Nadine??
2022-07-28
1
Pia Palinrungi
lanjut thor...
2022-07-28
0
Sri Fauziahanwar
next
2022-07-26
0