Lawan

Mobil yang dikemudikan Pak Imam melaju dalam kecepatan sedang di tengah jalanan kota yang tidak begitu ramai. Hari itu gerimis menghampiri. Jalanan yang licin membuat Pak Imam tidak berani asal menginjak gas.

Seperti biasa, Arlan menyandarkan kepalanya ke jendela. Dia suka merasakan hawa dingin menjalar dari dahinya.

Semenjak jin yang menempel pada dirinya menghilang, Arlan merasa tubuhnya menjadi lebih ringan. Tidak ada rasa dingin menjalar di belakang lehernya. Suasana nyaman itu, membuat Arlan tertidur kembali, tidak peduli jika dia harus bermimpi tentang wanita tua untuk kedua kalinya dalam satu hari. Arlan sangat mengantuk dan lelah. Dia menghadapi banyak hal belakangan ini. Tenaganya benar-benar terkuras.

BRAK!!!

Arlan membuka matanya. Dia merasakan tubuhnya terlempar ke arah kiri dengan cepat. Bahunya terbentur kaca mobil hingga pecah. Arlan memejamkan matanya untuk beberapa detik.

'Kecelakaan lagi?' batin Arlan ketakutan.

Namun, kecelakaan itu berlangsung singkat. Arlan membuka matanya karena tidak ada gerakan lagi. Saat itu, dia menemukan dirinya masih ada di dalam mobil. Kaca mobil sebelah kiri yang pecah meninggalkan luka pada bahu dan wajah kiri Arlan. Arlan melihat bagian kanan mobil yang terdorong ke dalam. Mobil angkot yang menjadi lawan tabrakannya, tidak kalah hancurnya.

"Mas Arlan?" panggil Pak Imam dari bangku kemudi. "Jangan lihat ke sana, Mas!" pinta Pak Imam.

Namun, mata Arlan terpancang pada sopir angkot yang tidak sadarkan diri. Kepala sopir itu menghilang sebagian. Ada darah di setiap sudut.

"Mas Arlan!" seru Pak Imam. Dia berusaha melepas sabuk pengaman yang tersangkut.

Arlan merubah arah pandangannya. Dia melihat penumpang yang duduk di sebelah sopir angkot, tidak kalah mengenaskannya. Wanita itu terkulai lemas dengan tulang menonjol dari dadanya. Darah membasahi kemeja merah mudah yang wanita itu kenakan.

"Mas Arlan! Mas Arlan!" suara Pak Imam terdengar parau. Dia terus saja gagal melepaskan diri dari sabuk pengaman.

"Arlan..." suara lembut dari belakang Arlan, membuat Arlan tersadar. Arlan mengerjap, mencoba menghilangkan rasa pusing kepalanya.

Arlan menoleh ke arah sumber suara. "Manda?" sebutnya, saat Arlan menemukan Manda mendongak dari jendela yang pecah.

"Lan, bisa gerak?"

Arlan mengangguk saja. Tangannya mulai gemetar. Arlan merasa ketakutan saat ini. Manda menyadari keadaan Arlan sekarang ini. Dia buru-buru membuka pintu samping, walau agak macet. Manda segera menarik Arlan keluar dan memapahnya menjauh dari mobil yang setengah ringsek.

Setelah memastikan Arlan berada di tempat yang aman, Manda kembali ke mobil dan menolong Pak Imam untuk keluar juga dari mobil. Saat Manda berhasil mengeluarkan Pak Imam, barulah beberapa orang datang menghampiri mereka. Manda melihat enam orang laki-laki mengecek keadaan mobil angkot, karena tidak ada yang bergerak dari dalamnya.

"Manda... Orang-orang itu..."

Manda memeluk Arlan. "Tenang dulu. Nanti gue jelaskan. Sekarang, jangan bicara apa-apa," jawab Manda.

Arlan menurut. Dia hampir menangis saking takutnya. Ini juga pertama kalinya Arlan melihat kejadian menyeramkan seperti itu. Arlan membenamkan diri di dalam pelukan Manda. Kenyamanan yang Manda berikan membuatnya hampir terlelap walau hanya beberapa detik.

"Mas Arlan, nggak apa-apa?" Pak Imam yang tadinya masih sibuk mencerna apa yang terjadi, akhirnya memutuskan untuk memeriksa anak majikannya. "Kita ke rumah sakit dulu, ya?" katanya. Pak Imam segera menghubungi layanan ambulans.

Tidak lama kemudian, suara sirine bersahut-sahutan mendekati lokasi kecelakaan. Petugas medis dan para polisi berhamburan di sekitar angkot. Pak Imam tidak membuang-buang waktu dan langsung menghampiri salah satu petugas medis.

Arlan mendongak, melihat Manda yang masih diam di sisinya. Manda juga masih melingkarkan pelukan pada bahunya. Saat itu, Arlan menyadari sesuatu. Manda memandang jauh ke atas angkot yang ringsek.

"Ada apa, Man?" bisik Arlan.

"Kabut itu," desis Manda. "Dia melahap setiap kehidupan yang tersisa."

"Bisa dihentikan?"

Manda menggeleng. "Terlambat."

"Salah gue..."

"Bukan!" Manda langsung menyangkal. "Lo nggak salah apapun! Semua ini salah makhluk sesat yang mengincar ilmu kebal yang lo punya!"

"Tapi... Kalau gue nggak punya ilmu itu..."

"Lalu apa?" Manda emosi. "Memangnya, lo yang minta punya ilmu itu? Lo nggak bisa berbuat apapun tentang apa yang sudah ditakdirkan Tuhan, Lan!"

Arlan menunduk. Air matanya hampir menetes. Dia tidak menyangka bahwa Manda memiliki pemikiran yang luas dan dia bisa bersikap tenang di saat seperti ini.

"Apa ada yang terluka?" seorang petugas medis yang memakai nametag 'Hendru' menghampiri mereka diiringi Pak Imam yang berdiri cemas di belakangnya.

"Anak ini, Pak," jawab Manda seraya melepas pelukannya dari Arlan.

"Bisa jalan ke ambulans?" tanya Pak Hendru.

Arlan mengangguk saja. Kemudian Arlan berdiri dengan dipapah oleh Pak Hendru menuju ambulans. Begitu Arlan sudah mencapai ambulans, Pak Imam langsung menghubungi Lili untuk melapor tentang kecelakaan pagi ini.

"Gua ikut ke rumah sakit," jawab Manda yang melihat pandangan tanya dari Arlan.

"Tapi, nanti sekolahnya..."

"Gue nggak bisa ninggalin lo sendiri saat ini," tambah Manda.

"Kita ke rumah sakit sekarang, ya," kata Pak Hendru.

***

"Nak!" Lili datang dan langsung memeluk Arlan, ketika melihat Arlan duduk di ruang tunggu. "Apa kamu terluka?"

"Cuma sedikit," jawab Arlan, sembari memperlihatkan luka yang telah ditutup rapi dengan perban.

Lili bergerak gusar. "Ini pasti karena Ayah," gumam Lili.

"Maksud Mama, Kakek Pareng?" tanya Arlan.

Lili melirik ke sekeliling sebelum menjawwb. "Iya. Kakekmu yang mau mencelakaimu."

"Kakek mau ambil ilmu kebalku?"

Mata Lili membulat. Telinganya tidak mau percaya apa yang baru saja dia dengar. "Kamu... Kamu sudah tahu?"

"Aku kecewa, karena aku tahunya bukan dari orangtuaku," sahut Arlan.

Tangan Lili saling bertautan. Jelas tampak kekhawatiran di wajahnya. "Maaf, Arlan... Mama cuma nggak mau kamu jadi cemas masalah ini."

"Tapi ini menyangkut nyawaku, Ma!" Arlan kesal. "Kalau aku tahu, mungkin aku bisa bantu nyari jalan keluar!"

Lili menggeleng lesu. "Kami sudah usahakan segala cara. Tapi, tidak ada yang berhasil. Makanya Mama sampai buat kesepakatan dengan jin untuk jaga kamu."

"Apa yang Mama tumbalkan?"

"Kamu tidak perlu tahu," tiba-tiba suara Fahmi muncul tidak jauh dari tempat mereka duduk. "Jin itu menjaga kamu. Terima saja keuntungan yang orangtuamu berikan!"

Arlan tertawa renyah. "Keuntungan dari makhluk hitam?" sindir Arlan. "Kalau saja aku tahu bahwa jin itu menjagaku karena diberikan tumbal manusia, lebih baik aku mati."

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Arlan. Detik berikutnya, dia merasakan sensasi panas yang berdenyut.

"Kami berusaha mati-matian agar menjagamu tetap hidup! Beraninya kamu punya keinginan untuk mati!" seru Lili. Amarahnya meledak ketika Arlan mengatakan ingin menyerah untuk hidup.

"Bukan Kakek Pareng yang berbahaya, kan?" Arlan menjawab. "Tapi Larasati."

"A-apa?"

Arlan tersenyum pada Lili dan Fahmi yang memasang wajah bingung. "Aku sudah mendapatkan mimpi tentang wanita dengan tubuh rusak yang mencariku. Tahun ini, giliranku mati karena Larasati sudah mengutuk keluarga kita, kan?"

Fahmi meremas bahu Lili yang gemetar ketakutan. "Kami... Kami akan cari cara supaya kutukan itu melewati kamu."

"Tidak bisa dilewati, Oom." Manda berjalan mendekat ke arah Arlan. "Maaf, saya menyela pembicaraan Anda. Tapi, dari apa yang saya saksikan, Arlan tidak bisa melewati semua kejadian ini. Dia punya ilmu kebal karena suatu alasan."

"Siapa kamu?" tanya Fahmi.

"Perkenalkan, Oom, Tante... Saya Manda, teman satu sekolahnya Arlan."

Lili mendongak pada Fahmi. "Dia yang menolong Arlan waktu kecelakaan tempo hari," jelas Lili.

"Saya akan membantu Arlan untuk melawan makhluk sesat yang mau mengambil nyawanya," tambah Manda.

***

Terpopuler

Comments

Eki

Eki

t.o.p..b.g.t

2023-06-24

1

LINDA

LINDA

kereeeen banget ceritanya, penulisan setiap katanya, membuat kita seakan menyaksikan sendiri kejadian, seperti cerita nyata 😍😍😍😘😘😘😘 semangat thor

2023-04-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!