Cerita

Arlan terus-menerus melihat jam dinding yang ada di depan papan tulis kelasnya. Dia tidak sabar menunggu jam pulang sekolah. Manda berjanji akan mendengar ceritanya ketika sekolah usai nanti.

Dimas yang melihat tingkah aneh sahabatnya, langsung mengerti bahwa Arlan telah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dimas mengirimkan pesan singkat yang mengatakan bahwa dia tidak mau ikut terlibat dengan Manda, tapi Arlan bisa menghubunginya kapan saja jika membutuhkan sesuatu.

Arlan menoleh ke belakang dan mengacungkan jempol sebagai jawaban. Dia juga tidak mau terlalu membebani Dimas yang sudah banyak membantunya. Dia hanya ingin mendengar pendapat ahli mengenai mimpinya dan apa yang terjadi sebagai sebuah 'kecelakaan' kemarin.

Akhirnya, setelah menunggu hingga pukul tiga sore, Arlan bisa bertemu dengan Manda. Sesuai kesepakatan, mereka bertemu ketika halte bis di dekat sekolah sudah sepi oleh anak-anak sekolah mereka. Manda tidak mau siapapun melihat mereka berdua tengah duduk di sana.

Arlan yang melihat Manda berjalan dari gerbang sekolahnya menuju halte bis, segera pamit dengan Pak Imam. "Pak, itu cewek yang saya tunggu. Pak Imam tunggu di sini sebentar, ya!" pamit Arlan girang.

Pak Imam yang melihat anak majikannya berbunga-bunga seperti itu, jadi senyum-senyum sendiri. "Iya, Mas. Tapi jangan kelamaan, ya. Soalnya saya harus laporan sama Nyonya."

"Iya, Pak! Beres!" Arlan segera keluar dari mobil, kemudian menghampiri Manda. "Hai, Manda!" Arlan melambai.

"Nggak usah pakai sapa-sapaan nggak penting. Kita ketemu setiap hari di sekolah," sahut Manda ketus.

Arlan membalasnya dengan senyuman. Dalam hati, Arlan sedikit merasa bersyukur karena memiliki mimpi buruk itu. Dia jadi bisa mengenal Manda. "Mau beli minum dulu?"

"Gue ke sini karena kita mau bahas masalah mimpi buruk lo, kan? Nggak ada waktu buat santai." Manda melirik ke arah mobil di mana Arlan keluar tadi. "Lagian, lo ditungguin."

"Nyokap gue tipe yang agak bawel sama anaknya. Gue bahkan hampir nggak dikasi balik sekolah lagi gara-gara kecelakaan kemarin, padahal gue nggak kenapa-kenapa."

"Oke, cukup cerita pribadinya," potong Manda. Dia tidak berniat tahu terlalu banyak mengenai Arlan. Dia hanya akan membantu Arlan semampunya, kemudian mereka bisa kembali menjadi dua orang yang saling acuh ketika di sekolah. "Gimana mimpi lo?"

Arlan menyibak rambutnya ke belakang. "Mimpi itu datang setiap malam," Arlan memulai. "Wanita paruh baya. Kulit pucat dan keriput seperti terbakar. Lalu, tubuhnya--" Arlan terhenti dengan tangan menutup mulut. Dia merasa mual hanya dengan mengingat sosok di mimpinya.

"Apa yang dia katakan?"

Arlan teringat dengan suara tinggi yang serak itu. "'Ketemu'," bisiknya.

"Lalu lo terbangun?" terka Manda.

Arlan mengangguk sekali.

"Gue bisa bilang kalau ada yang nyari lo selama ini. Dari mimpi yang berulang-ulang seperti itu, itu bukan bunga tidur biasa."

Alis Arlan berkerut. "Nyari gue?" dia tidak mengerti. "Buat apa?"

Manda mendongak, memandang jauh ke atas kepala Arlan. "Ada yang melindungi lo saat ini. Selama keinginannya terpenuhi, lo akan baik-baik saja. Tapi, gue nggak yakin apa ini hal yang benar atau tidak."

Arlan ikut mendongak. Tidak ada apapun di atas kepalanya. "Siapa yang melindungi gue?"

Manda mengangkat bahunya. "Mencapai kesepakatan dengan jin bukanlah hal yang mudah. Mungkin kakek lo?"

"Gimana lo bisa tahu kakek gue punya ilmu supranatural?"

"Firasat?" Manda terdengar tidak yakin. "Waktu penerimaan siswa baru, gue pernah lihat kakek lo di gerbang sekolah." Manda terhenti. Dia menimbang hal yang bisa dia ceritakan ke Arlan. Bagaimanapun, terlalu mencampuri urusan orang lain tidak akan membawa kebaikan pada dirinya.

"Lo lihat sesuatu, kan?" desak Arlan. Dia tidak mau melewatkan informasi penting apapun saat ini. "Bilang aja. Gue siap dengarnya."

Manda menelan ludah dengan susah payah. Mengatakan apa yang dia lihat, sangatlah mudah. Namun, orang yang menerima informasi darinya, haruslah kuat secara mental.

"Manda, gue nggak punya banyak waktu!" Arlan semakin mendesak.

"Kakek lo punya aura hitam yang sangat pekat. Gue hampir nggak bisa lihat wajah kakek lo, saking besarnya kabut hitam itu."

"Artinya?" Arlan tidak mengerti. Dia tidak pernah berhubungan langsung dengan hal-hal semacam ini.

"Kakek lo penganut ilmu hitam."

Tenggorokan Arlan tercekat, kaget sendiri. "Gimana mungkin? Selama ini kakek gue itu tipe laki-laki ramah. Beliau juga suka sedekah."

"Itu yang gue lihat. Terserah lo mau percaya atau nggak," Manda kalem saja dengan reaksi yang Arlan berikan. Bukan sekali-dua kali dia mendapatkan penyangkalan yang sama. "Tapi, jin yang nempel sama lo, auranya berbeda sama kakek lo. Gue nggak bisa jelasin dengan gamlang, tapi jin ini punya tugas jaga lo."

"Kesimpulannya, gue dijaga sama jin dan ada yang ngejar gue?" tanya Arlan.

Manda mengangguk. "Kemungkinan, jin ini juga yang akan jaga lo dari wanita di mimpi lo. Tapi, gue nggak tahu apa yang didapat jin ini."

Arlan mengusap tengkuknya yang meremang. "Apa... gue selamat dari kecelakaan itu, karena jin ini?"

"Sebagian, iya."

"Maksudnya sebagian?" Arlan mulai sakit kepala.

"Waktu kecelakaan, gue lihat ada cahaya aneh yang meledak dari dalam mobil lo. Mungkin lo punya ilmu batin?"

"Hahahaha," Arlan tertawa renyah. "Gue nggak pernah belajar begituan."

"Mungkin lo punya, tapi lo nggak tahu," jelas Manda.

"Oke, anggap itu nggak berlaku," Arlan mengusap wajahnya dengan gusar. "Jadi, wanita di mimpi gue bakalan datang?"

"Ya," Manda menjawab tanpa basa-basi.

"Tapi jin ini melindungi gue?"

"Ya," Manda semakin mantap.

"Kalau kemauan jin ini tidak terpenuhi, gue dilepas begitu saja?"

Manda mengangguk. "Ya," jawabnya.

"Kecelakaan itu disebabkan oleh apa?"

Manda menggeleng pelan. "Kejadian kemarin sangat cepat. Gue cuma lihat bayangan hitam melesat dan nabrak mobil lo."

"Apa itu kakek gue?" pemikiran gila tiba-tiba melintas di kepala Arlan, walau dia tidak yakin kenapa dia berpikir bahwa kakeknya mencoba mencelakainya.

"Kenapa lo mikir begitu?"

Arlan mengangkat bahu. "Firasat?"

Manda menggeleng. "Bukan kakek lo. Rasanya berbeda. Aura hitam itu berbeda dengan yang kakek lo punya."

Arlan tidak menjawab. Samar-samar, dia mengingat apa saja yang kakeknya lakukan selama mereka hidup bersama. Sering sekali kakeknya menerima tamu saat tengah malam. Namun, tidak banyak tamu yang kembali lagi. Arlan bahkan tidak mengenal siapa saja yang datang. Jika kakeknya melihat Arlan terbangun ketika Beliau sedang menerima tamu, Kakek Pareng akan langsung menyuruh Arlan kembali ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat.

Keesokan harinya, setelah menerima tamu, Kakek Pareng akan memberikannya uang saku ataupun hadiah. Anehnya, Lili selalu mengambil apapun yang Kakek Pareng berikan, dengan alasan Lili akan memberikan yang lebih bagus daripada yang kakeknya berikan. Arlan tidak menaruh curiga, karena Lili memang selalu menggantinya.

"Apa hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hitam, juga bisa dikirim lewat barang?" tiba-tiba Arlan mendapat sebuah gagasan.

Manda mengangguk. "Biasanya santet atau kutukan memang dikirim lewat barang," jawabnya.

"Nyokap gue--"

"Mas Arlan!" Pak Imam memanggil dari dalam mobil, memotong pembicaraan mereka. Arlan memang menitipkan pesan pada Pak Imam untuk memanggilnya dalam tiga puluh menit, kalau-kalau dia asyik ngobrol dengan Manda.

Arlan melambai ke arah Pak Imam. "Gue harus balik. Nyokap gue bisa heboh nanya ini-itu kalau gue terlambat pulang."

"Kita lanjut besok aja," Manda bangkit duluan.

"Manda!" Arlan menangkap tangan Manda yang hendak belalu. "Kemarin Nanda datang."

Mata Manda membulat ketika mendengar nama saudaranya. "Nanda?" tanya Manda memastikan.

"Saudara kembar lo, Nanda," Arlan mengulang lebih lambat.

Manda mendekap tangan Arlan. "Lo megang tangannya? Lo salaman sama dia?"

Alis Arlan berkerut. Dia mengingat kembali kejadian kemarin, di saat Nanda datang untuk bertamu di rumahnya, walau tanpa diundang. "Nanda nggak balas uluran tangan gue," jawab Arlan.

Manda menghela nafas panjang. "Gue peringatkan, jangan pernah salaman sama Nanda!"

"Emang ke--"

"Nurut aja!" desis Manda. "Udah, ya!" Manda melepas tangan Arlan, kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan Arlan.

***

Terpopuler

Comments

Niswah

Niswah

seruuuuu lanjuut tur

2023-05-31

1

Vickyp

Vickyp

hallo... aku datang membaca lagi

2023-04-14

1

wulanzahira

wulanzahira

semakin banyak penasarany semakin seru...q kira td ortuny arlan ada sesuatu trus kakekny jg mencurigakan sekarang tambah nanda heemmmm lanjuttttttt

2023-03-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!