Media Sosial

Arlan sudah merebahkan diri di tempat tidur selama dua jam. Mungkin karena saking lelahnya, dia malah tidak bisa tertidur. Matanya terus mengarah pada langit-langit kamarnya yang terang. Jendela kamar Arlan terbuka lebar, membiarkan hembusan angin siang masuk tanpa halangan.

Tidak ada yang bisa dia lakukan di rumah saat ini. Dimas berjanji akan mengunjunginya, namun itu masih empat atau lima jam lagi. Sementara Arlan sendiri tidak punya nomor telepon Manda untuk menanyakan duduk masalah kejadian tadi pagi.

Arlan bangkit tiba-tiba dari tidurnya, membuat dahinya yang dijarit berdenyut. Rasa sakit itu tidak dia hiraukan. Arlan berjalan cepat ke depan meja belajar dan membuka laptop. Dia punya satu ide.

Arlan membuka media sosial miliknya. Dia mencari profil teman-teman sekelasnya. Siapa tahu, ada orang yang berteman dengan Manda. Arlan terus mencari selama setengah jam, walau tanpa hasil.

"Aaaargh!" Arlan meremas rambutnya. Dia merasa frustasi karena tidak ada jejak Manda sama sekali. Ternyata, memang benar orang-orang di sekolah menghindari Manda. Alasan Manda membuat tiga orang siswa celaka, tidak bisa Arlan terima. Jika dilihat dari sisi lain, Manda malah menyelamatkan Arlan.

"Gue harus ketemu sama Manda. Gue harus membicarakan hal ini. Dia nggak boleh sampai mendapat penilaian buruk lagi, karena ada di tempat kejadian waktu gue kecelakaan," gumam Arlan.

Tidak tahu kenapa, tangan Arlan malah mengetik nama ayahnya. Walau tidak berharap banyak, Arlan tetap menekan enter.

Tanpa disangka, Arlan menemukan salah satu profil dengan foto ayahnya. "Wah... Foto zaman kapan ini?" ujar Arlan sambil terkekeh geli. Di dalam foto itu, Fahmi tampak masih sangat muda dengan setelan baju polo dan celana kain berwarna cokelat. Fahmi tampak rapi seperti saat ini. Air mukanya juga tidak banyak berubah.

Arlan menelusuri timeline ayahnya pelan-pelan. Ternyata, Fahmi tidak lagi aktif di media sosial selama sepuluh tahun terakhir. Dari sana, Arlan tahu bahwa Fahmi pernah tinggal di sebuah kota kecil dan juga merantau ke segala daerah, sebelum akhirnya bertemu dengan Lili.

Arlan melihat-lihat mutual friends ayahnya, dan menemukan beberapa orang yang pernah dia lihat ketika pertemuan keluarga bulan lalu. Beberapa dari mereka sudah berteman dengan Arlan di media sosial. Namun, yang lainnya tidak pernah Arlan lihat.

Dia membuka profil salah satu saudara ayahnya dan melihat-lihat timeline. Ada banyak foto di sana. Rupanya, orang yang dia kenal bernama Oki itu adalah laki-laki yang suka mengunggah banyak foto. Dari sana Arlan tahu bahwa ada beberapa anak yang seharusnya seusia dengannya.

Arlan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Dia merasa ada yang aneh. "Saat pertemuan keluarga, gue nggak pernah lihat anak seusia gue," ujarnya. Dia mencoba mengingat beberapa kali lagi, tapi memang dia tidak pernah berbincang dengan sepupunya. "Yah, itu memang bukan acara anak-anak, sih," Arlan membenarkan.

Tangannya menelusuri profil bernama Eka. Seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan senyuman semanis madu. Arlan tidak mungkin tidak sadar jika memiliki sepupu secantik Eka. Ketika melihat tanggal lahir Eka, ternyata perempuan itu dua tahun lebih tua daripada Arlan.

"Aneh..." Arlan bergumam. "Eka tidak lagi memposting apapun setelah foto ulang tahunnya yang ketujuh belas."

Arlan membuka profil laki-laki yang bernama Wahyu. Mereka hanya selisih satu tahun. Wahyu bersekolah di kota sebelah. Tapi Arlan sama sekali tidak mengenalnya. Begitu juga dengan sepupu-sepupunya yang lain. Arlan tidak mengenal mereka semua.

Fahmi adalah anak bungsu dari enam saudara. Seharusnya, dia memiliki banyak kakak sepupu saat ini. Namun, tidak ada seorangpun yang menjadi temannya, bahkan di media sosial sekalipun. Sebelumnya Arlan tidak merasa aneh. Dia menganggap memang keluarganya yang merantau terlalu jauh, jadi sulit menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga lainnya. Lagipula, dari cerita ayahnya, semua saudaranya adalah pengusaha sukses yang tidak terlalu membutuhkan bantuan keluarga lainnya jika ada sesuatu.

"Bagaimana dengan Mama?" Arlan mencari profil ibunya, kemudian mulai menelusuri timeline akun Lili. Tidak banyak yang bisa dia dapatkan. Sebelum bertemu Fahmi, Lili adalah seorang pemilik toko kebaya yang tidak begitu besar. Banyak foto kebaya rancangan Lili, namun tidak banyak mengenai kehidupan pribadinya. Arlan tahu, Lili sudah sebatangkara sejak usianya masih delapan belas tahun.

Tentu saja Arlan tahu bagaimana orangtuanya bertemu. Fahmi yang kala itu tidak sengaja melihat Lili di pinggir jalan, langsung jauh cinta dan melamar Lili. Lili juga tertarik dengan ketampanan Fahmi, apalagi Fahmi adalah pengusaha muda yang bisa menjamin hidupnya. Kisah mereka sesederhana itu.

Arlan menguap. Dia merasa bosan karena tidak menemukan apapun. Dia mengirimkan permintaan pertemanan pada hampir semua orang yang berkaitan dengan ayahnya. Hal yang bisa Arlan lakukan sekarang, hanyalah menunggu.

"Mas Arlan," tiba-tiba Bi Enja memanggil dari luar kamar.

Arlan meregangkan tubuhnya sebelum membukakan Bi Enja pintu. "Ada apa, Bi?" tanya Arlan ketika pintu sudah terbuka dan Bi Enja berdiri di sana.

"Ada teman Mas Arlan di bawah," jawab Bi Enja.

Arlan mengerutkan alisnya. "Belum jam pulang sekolah, tapi Dimas sudah datang?"

"Mmm, sepertinya bukan Mas Dimas. Saya pernah lihat Mas Dimas sebelumnya. Saya yakin, ini bukan dia."

Arlan tidak terpikirkan siapa yang datang ke rumahnya di jam sekolah begini. "Tidak mungkin Manda," bisik Arlan sambil menuruni anak tangga.

Sesampainya di ruang tamu, Arlan menemukan seorang laki-laki berambut hitam kelam dan kulit seputih salju, sedang duduk di sofa ruang tamunya. Arlan yakin bahwa dia tidak mengenal orang itu, namun merasa pernah melihatnya di suatu tempat.

"Lo nyari gue?" sapa Arlan.

Orang itu tersenyum melihat Arlan datang. "Rupanya benar di sini," jawabnya.

"Maaf, kayaknya gue nggak kenal sama lo."

"Nama gue Nanda."

Arlan langsung teringat dengan sosok Manda. Laki-laki yang mengaku bernama Nanda itu, adalah versi Manda dengan rambut pendek. Hanya saja, tubuhnya lebih tinggi dan kekar.

"Gue saudara kembarnya Manda," sambung Nanda.

"Wah! Kejutan!" sahut Arlan, mau tidak mau harus percaya, karena wajah keduanya memang mirip. Arlan duduk di sofa seberang Nanda. Matanya terus melekat pada tamu di depannya. "Manda mana?"

"Sekolah," jawab Nanda enteng.

"Sebenarnya gue merasa aneh dengan kedatangan lo ke sini. Kita nggak saling kenal, kan?" Arlan melirik seragam Nanda. Rupanya dari sekolah swasta yang terkenal elit yang letaknya agak jauh dari sekolahnya.

"Gue cuma penasaran, orang seperti apa yang buat adik gue gelisah dari kemarin."

"Dalam artian baik atau buruk?" tanya Arlan, tidak mau GR duluan. Dia memang tertarik dengan Manda, tapi belum tentu Manda juga merasakan hal yang sama, melihat reaksinya sejak mereka pertama bertemu.

"Buruk, tentu saja," tekan Nanda.

Mereka saling diam. Sama seperti Arlan, Nanda juga tidak segan-segan meneliti orang di depannya. Meski tersenyum, Arlan sadar bahwa itu bentuk formalitas dari keramahan palsu.

"Ternyata lo nggak ada kaitannya dengan ini, ya?" kata Nanda tiba-tiba.

"Hah?" Arlan tidak mengerti.

Nanda memandang ke belakang Arlan, persis seperti yang Manda lakukan. "Wanita itu disewa oleh orang lain. Dia cuma jaga lo selama kontraknya terpenuhi."

Arlan reflek menoleh ke sana-sini, mencari sosok wanita yang Nanda sebutkan. "Lo jangan ngarang, deh! Maksudnya apa ngomong ngawur begitu?" protes Arlan.

Nanda bangkit dari duduknya. Senyum formalitasnya masih terulas di bibir tipisnya. "Kalau Manda mau bantu lo, gue juga akan bantu. Tapi, lo harus jamin kalau adik gue akan baik-baik saja."

Arlan ikut bangkit dan hendak mengejar Nanda yang berjalan cepat menuju pintu keluar. Arlan baru akan menangkap lengan Nanda, sebelum Nanda tiba-tiba berhenti dan berbalik.

"Cari kakek lo," bisik Nanda.

***

Terpopuler

Comments

wulanzahira

wulanzahira

penasaran kemana hilangny sikakek...apa disembunyikan karna tau sesuatu🤔🤔

2023-03-06

3

IG: _anipri

IG: _anipri

ucapan sama yang keluar dari mulut Manda

2023-03-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!