Bulan Syawal atau tepatnya setelah hari lebaran Idul Fitri, Bagus bersiap untuk mengucapkan ikrar janji suci di depan penghulu. Menjelang proses ijab kabul, jantung Bagus Saputra kian berdebar kencang bak debur ombak di lautan.
"Karena orang tua dek Dina sebagai wali telah menyerahkan anaknya kepada saya, maka saya sebagai wali pengganti akan menikah nak Dina Rahmawati dengan mas Bagus Saputra dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang lima rupiah dibayar tunai." ucap pak penghulu sebelum memulai proses ijab dan kabul.
Bagus Saputra menjawab, "Ya." Disertai angguk kepala kepada pak penghulu.
"Baiklah sebelum saya mulai, mari saya bimbing dulu untuk latihan agar nanti mas Bagus bisa lancar dalam melaksanakan ijab kabul ini." ucap dua kali pak penghulu memberi contoh proses ijab kabul kepada mas Bagus.
"Ketika sampai pada kalimat dibayar tunai, mas Bagus langsung menyambung qabul sesuai kode dari tangan saya nanti. Sudah siap mas Bagus?" tanya pak penghulu.
"Sudah Pak." jawab Bagus disertai anggukan kepala.
Pak penghulu kemudian menjabat tangan mas Bagus, ia lalu membaca pendahuluan proses nikah berlanjut pada kalimat, "Saya nikahkan anak saya yang bernama Dina Rahmawati binti bapak Ahmad dengan mas Bagus Saputra bin bapak Adam dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar lima juta rupiah dibayar tunai!"
"Saya terima nikahnya Dina Rahmawati binti bapak Ahmad dengan mas kawin tersebut, tunai!" sahut mas Bagus tegas.
"Bagaimana saksi?" tanya pak penghulu kepada ke empat saksi dalam proses nikah tersebut.
"Sah!!!" jawab ke empat orang saksi nikah kompak.
"Alhamdulillah...." ucap pak penghulu seraya mengangkat kedua tangan untuk berdoa. Ke empat orang saksi pernikahan mas Bagus dan Dina dan para hadirin ikut mengangkat tangan mengamini doa pak penghulu. Dina sempat meneteskan air mata, air mata bahagia karena sang Arjuna kini telah benar-benar menyunting dirinya. Dina menyambut tangan mas Bagus sang Arjuna untuk berjabat tangan, Dina mengecup mesra tangan suaminya seiring kamera mengabadikan momen sakral di hari pernikahannya.
"Sekarang nak Dina sudah resmi menjadi istri sah mas Bagus, dan mas Bagus menjadi suami yang sah untuk nak Dina. Istri itu seperti sawah ladang suami dalam beribadah, mau apa pun yang akan mas Bagus lakukan kepada nak Dina, maka kewajiban istri adalah menerima dan pasrah." tutur pak penghulu dalam kata sambutan di acara pernikahan mereka.
Hadirin di dalam masjid langsung mengembang senyum sambil melirik ke arah kedua mempelai yang sekilas pandang tersenyum sipu. "Ibarat sawah, maka mas Bagus harus menggarap sawah tersebut dengan baik. Agar nanti panennya juga menghasilkan benih tanaman yang baik pula." lanjut pak penghulu.
"Sekian sambutan dari saya, atas kurang lebihnya saya dalam berkata-kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya." ucapkan pak penghulu di akhir khotbah di pernikahan mereka.
"Wah nanti malam... pengantinnya mau belah duren nih!" bisik canda salah satu hadirin dengan teman yang duduk di sampingnya. Senyum dan cekikikan tawa hadirin yang bercanda berlalu mengiringi langkah kedua mempelai meninggalkan masjid tempat dilangsungkannya ijab kabul. Sepasang pengantin yang baru menikah tersebut, kini berjalan menuju ke rumah Dina sekitar 15 meter jauhnya dari pelataran masjid.
Sehari setelah Mas Bagus dan Dina melaksanakan ijab kabul, pesta pernikahan mereka pun digelar dengan cukup meriah. Kedua mempelai pengantin kini duduk sanding di pelaminan, betapa bahagianya Bagus dan Dina sang pengantin baru. Mereka berdua bak raja dan permaisuri, tersenyum simpul seperti bidadari. Hadirin dan tamu undangan yang hadir, satu demi satu mengucapkan kata selamat kepada kedua mempelai pengantin yang duduk di pelaminan.
"Selamat menempuh hidup baru ya... semoga mas Bagus dan dek Dina bahagia selalu." ucap Irfan dan Lili istrinya.
"Bagus, nanti malam pelan-pelan kalau belah durennya." bisik canda Joko di telinga mas Bagus sahabatnya. Bagus dan Joko seketika tertawa cekikikan bersama.
"Selamat ya Dina, awas nanti malam siap-siap loh, dengan serangan-serangan ganas mas Bagus di ranjang." canda Nana saat menyalami Dina. Dina hanya tersenyum sipu, mendengar canda Nana sahabatnya.
"Ah, Nana bisa saja kamu kalau bercanda." ucap Dina sambil menepuk pundak Nana.
Di malam pesta pernikahan Bagus dan Dina, hanya Yuli saja yang tidak hadir memenuhi undangan pernikahan mereka. Waktu terus berlalu dan malam pun semakin larut, hadirin dan tamu-tamu undangan sudah kembali ke rumah mereka. Di pelataran rumah Dina, tampak beberapa kerabat masih betah melek menikmati malam sambil menikmati hangatnya secangkir kopi di atas meja. Bagus sangat ingin segera menuju ke kamar saja, tapi khawatir suara-suara gaduh yang akan timbul dari dalam kamarnya terdengar gaduh oleh mereka. Bagus menahan sabar dari deraan rasa dalam dada dan seiring malam terus berlalu, beberapa orang kerabat kini mulai lelap dalam tidur di atas hamparan karpet hijau di balai ruang tamu. Hanya tukang sound sistem speaker yang masih melek sambil menikmati kopi di halaman rumah Dina. Suara musik volume rendah menemani mereka menjaga sound sistem speaker yang terpasang di halaman rumah. Bagus melangkah pelan menuju kamar. Saat ia membuka pintu kamar, tampak bidadari cantik sudah lelap dalam tidurnya. Dan untuk selanjutnya, entah apa yang bakal terjadi pada sepasang pengantin baru di malam itu, hal itu tentu hanya Bagus dan Dina yang tahu.
Pagi Bagus dan Dina tampak basah basahan. Tiap pasangan mata kerabat dan tetangga hanya melirik curiga, mereka paham sehabis-habisnya berkumpul bersama. Bahagia tak bertepi, paginya mereka pasti mandi keramas untuk menghilangkan hadas besar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments