Terdengar indah nyanyian burung pipit menyambut pagi tiba di dahan pohon mangga di belakang sekolah. Sebentar kemudian suara itu berganti kernyit kapur saat guru menuliskan materi di papan tulis depan kelasnya. Siswa-siswi saling mendongakkan kepala membocorkan papan tulis untuk menulis materi di buku mereka. Satu jam berlalu, masing-masing guru di kelas terdengar menjelaskan pelajaran pagi mereka. Jadwal pelajaran ini cukup menyenangkan, tidak seperti kemarin karena ada pelajaran Matematika yang bikin pusing kepala.
Yuli tersenyum terkenang akan kata-kata mas Bagus dalam suratnya. "Hai Yuli, kenapa sih kok kamu senyum-senyum sendiri. Pasti ada sesuatu nih." ucap Santi membuyarkan lamunan Yuli di sampingnya.
"Iya nih Santi, kemarin aku baru saja mendapat surat dari mas Bagus yang tinggal di komplek sebelah." jawab Yuli kepada Santi.
"Pantas saja kamu tampak ceria dan banyak senyum hari ini." ucap Santi teman satu meja di kelasnya.
"Sudah jangan keras-keras Santi kalau tertawa, nanti suara kamu terdengar sama bu guru!" ucap Yuli mengingatkan Santi.
"Iya deh iya!" sahut Santi sambil membekap tawa yang masih merekah di bibirnya dengan telapak tangan.
Waktu terus berjalan seiring pergantian mata pelajaran hingga jam terakhir. Bel sekolah berbunyi sebagai tanda berakhirnya pelajaran siswa-siswi hari ini. Yuli, Lili dan Nana melangkah tenang seiring dengan senyum mengembang di bibir mereka. Yuli dan Nana tampak lebih bahagia sebab selanjutnya lagi mereka akan segera lulus dari sekolahnya. Sementara kabar berita beredar di komplek warga tentang mas Irfan dan mas Joko. Terdengar mereka akan melamar mereka setelah lulus dari sekolahnya semakin hangat di telinga.
Tiga bulan kemudian setelah Lili dan Nana lulus dari sekolah menengah atas. Lili dan Sersan Irfan melangsungkan pesta pernikahan mereka. Lili yang cantik wajahnya kian tambah cantik saja bak permaisuri raja, saat ia duduk sanding di pelaminan dengan Sersan Irfan yang tampan. Yuli membayangkan dirinya kelak juga akan menyusul seperti Lili dan Sersan Irfan dalam pernikahannya dengan mas Bagus kekasihnya.
"Hai, kok serius memandangi mempelai pengantin di pelaminan sana." sikut Nana di sampingnya.
"Jadi ingin kan... seperti mereka... makanya ayo cepat lulus dari sekolah biar bisa ketularan seperti Lili." ledek Nana yang bulan depan juga akan melangsungkan pesta pernikahan dengan mas Joko kekasihnya.
"Apaan sih Nana." sahut Yuli sipu.
"Tenang Yuli, kalau sudah waktunya. Kamu juga pasti akan menyusul seperti Lili." ucap Nana sambil mengelus-elus punggung Yuli di sampingnya.
"Ah Nana, gaya bicara kamu itu mirip seperti nasihat ibu ku saja. Terdengar lucu mengandung gelitik di telinga tapi lumayan syarat makna." sahut Yuli sambil tertawa.
"Iya dong Yuli, nantinya aku juga akan menjadi ibu rumah tangga sama seperti ibu kamu." ucap Nana disertai senyum juga.
Satu bulan kemudian, Joko dan Nana melangsungkan pesta pernikahan mereka. Pesta pernikahan Joko dan Nana sama meriahnya dengan pernikahan Irfan dan Lili empat bulan lalu. Tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan Joko dan Nana juga banyak di dominasi oleh rombongan tentara juga. Badan tentara yang tegap gagah perkasa dengan model rambut potongan cepak kian menambah karisma seorang abdi negara. Tamu undangan berbaur dengan tamu sipil lainnya saat mereka menikmati jamuan hidangan yang ada. Ada tiga menu hidangan (bakso, soto dan nasi pecel) yang cukup mengundang setiap tamu undangan yang hadir di tempat pesta. Tiap tamu undangan melangkah ke salah satu meja menu hidangan sesuai selera mereka. Pelayan di belakang meja menu hidangan siap melayani mereka.
Irfan yang hadir bersama Bagus, Lili dan Yuli lebih memilih menu bakso sebagai hidangan makan siang mereka. Bersama lagu dari penyanyi lokal di atas panggung yang menggema indah menghibur tamu undangan yang ada. Irfan, Bagus, Lili dan Yuli kerap melempar senyum kepada kedua mempelai pengantin yang duduk di kursi pelaminan sana. Tamu undangan silih datang dan pergi berganti dengan tamu undangan lainnya yang baru tiba di tempat pesta. Sebagai sahabat kedua mempelai pengantin, Irfan, Bagus, Lili dan Yuli hampir semua pengunjung ikut menemani Joko dan Nana menyambut para tamu undangan yang silih hadir di tempat pesta. Seperti pepatah sambil menyelam minum air, sementara mereka menyambut tamu undangan yang hadir, kedekatan Bagus dan Yuli kian akrab tercipta.
Tangan Lili berkata sambil menyenggol tangan Irfan suaminya, "Mas, coba kamu lihat itu. Mas Bagus dan Yuli semakin akrab saja di sana."
Pandangan mata Irfan kemudian ikut menoleh ke arah selatan melihat Lili istrinya. Di meja sebelah selatan, tampak Bagus dan Yuli sedang menata air mineral dari kardus ke atas meja. Entah hal apa saja yang sedang mereka cakap-kan, dari jauh mereka tampak saling tersenyum dan jari manis Yuli mencubit tangan mas Bagus di sampingnya.
Bagus hanya mengaduh seiring senyum mengembang kala menerima cubitan genit dari Yuli kekasihnya. Melihat kemesraan Bagus dan Yuli, maka Irfan dan Lili pun hanya saling pandang seiring senyum tercipta. Irfan dan Lili menjadi ingat dan terkenang akan masa-masa indah pendekatan cinta mereka dulu. Pukul sembilan malam, Irfan, Bagus, Lili dan Yuli pamit undur diri kepada Joko dan Nana untuk meninggalkan tempat pesta.
"Terima kasih atas kehadiran dan bantuan mas Irfan, mas Bagus, Lili dan Yuli yang telah menemani kami menemani disini." ucap Joko dan Nana kepada empat sahabatnya.
"Ya, sama-sama mas Joko. Eh, jangan lupa mas Joko, nanti malam sebelum tidur dua butir telur bebek biar tambah berkesan bulan madunya." Canda Irfan seiring cekikikan tawa yang mengembang.
Joko, Nana dan Lili pun ikut tersenyum mendengar canda mas Irfan. Seiring tawa mengembang, mereka pun melangkah pergi meninggalkan tempat pesta. Bersama kerling mata saling pandang dan senyum yang masih tersisa dari perjalanan meninggalkan sahabatnya. Satu gantang dua gantang bunga dan kumbang, kalau perawan dan bujang dalam bulan madu tentu yang ada adalah lautan samudera cinta dan sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments