Seminggu lamanya Bagus dan Dina menjalin kasih asmara, bila sehari saja mereka tak saling jumpa. Rindu hatinya tidak terkira.
"Apakah mas Bagus sungguh-sungguh cinta kepada saya?" tanya Dina ragu.
"Ya jelas dong dek Din... aku cinta sama kamu." jawab langsung Bagus
Sejak kapan mas Bagus cinta kepada saya?" tanya Dina.
"Sejak pertama kita bertemu, aku sudah jatuh cinta sama kamu dek Dina." sahut Bagus.
"Kok mas Bagus tidak langsung bilang sama aku?" tanya lagi Dina.
"Maunya sih bilang sama kamu, tapi aku tak berani. Takut dek Dinanya tidak mau sama aku." jawab Bagus sambil tersenyum.
Dina pun ikut tersenyum. "Ternyata Cinta mas Bagus itu benar adanya, bukan sekedar kebetulan atau cinta lokasi saja saat mereka bersama di tempat wisata." batin Dina.
Memang cinta mereka saling menyatu akibat adanya piknik bersama, tapi pengakuan mas Bagus kalau dirinya juga cinta sama Dina, kini membuat Dina tenang hatinya.
Cinta yang baru terjalin itu membuat hati Dina menaruh kepercayaan penuh kepada sosok mas Bagus, meski besok pagi Dina harus kembali ke Jakarta untuk bekerja.
Harapan besar Dina, mas Bagus yang tampan adalah cinta terakhirnya yang akan menjadi pendamping dalam hidup Dina nanti.
Besok pagi mereka akan saling berpisah untuk sementara, hari-hari mereka kedepan tentu akan menjadi sunyi. Pukul 9 malam, Bagus menyudahi kunjungannya, sebab besok pagi Dina akan menjalani perjalanan panjang dengan bus antar kota menuju ke Jakarta.
Mentari pagi bersinar lagi, Bagus yang sudah berdandan rapi bergegas menuju ke rumah Dina yang hendak pergi. "Sudah siap dek Din?" tanya Bagus yang baru tiba.
"Sudah Mas." jawab Dina yang tampak cantik berseri dengan dandanan rapi semerbak harum wangi. Bagus lalu menaruh tas ransel Dina di atas tangki sepeda motornya, sementara Dina duduk di belakang punggungnya dan melingkarkan tangannya di perut Bagus. Sepeda motor yang Bagus kendarai itu lalu melaju meninggalkan desa mereka.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah tiba di perempatan jalan raya tempat lalu-lalang bus dan kendaraan besar yang ada. Lala teman sekampung dengan Dina yang berangkat sepuluh menit lebih dulu, kini tersenyum menyambut kedatangan Dina. "Sudah beli tiket bus, apa belum Lala..?" tanya Dina.
"Sudah, ini aku sudah beli dua tiket sekalian." jawab Lala. Tak berapa lama kemudian, bus antar kota dari kota Purwokerto jurusan Jakarta sudah tiba dan berhenti di depan kantor agen tempat pembelian tiket. Dina dan Lala lalu naik ke dalam bus untuk menuju ke Jakarta. Lambaian tangan Dina dan Bagus mengiringi laju bus meninggalkan dirinya. Bagus memperhatikan sesaat laju bus yang kian jauh meninggalkan dirinya, Bagus lalu menyalakan sepeda motornya, lalu melaju cepat menuju kantor dinas. Bagus dan Dina kini saling berpisah untuk sementara sambil menunggu waktu hingga saatnya tiba.
Satu, dua, tiga hari sudah antara Bagus dan Dina saling berpisah. Dina bekerja di kota Jakarta sementara Bagus Dinas di kompi.
Anehnya sejak keberangkatan Dina ke Jakarta, Bagus merasa biasa-biasa saja. Tak ada rasa kangen atau rindu kepadanya. Waktu terus berlalu hari berganti minggu dan bulan, hubungan Bagus dan Dina bagai putus di tengah jalan. Sebab keduanya sudah tak saling komunikasi lagi.
Rindu yang muncul di hati Bagus justru kepada Yuli yang sudah pergi bersama Budi. Bagus malah merasa dirinya lah seharusnya yang ada di sisi Yuli bukan Budi pilihan orang tua Yuli. Bagus kian yakin dengan perasaannya, kalau di hati Yuli itu cuma ada dirinya. Bukan Budi yang kini telah menikahinya. Paras Yuli kian kuat melekat di angannya, hingga membimbing Bagus untuk menulis surat lagi buat Yuli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments