Mas Budi menuntun motornya yang mogok menuju ke hotel di pesisir pantai, sementara Yuli melangkah mengekor di belakang sepeda motornya. Sebentar kemudian, mas Budi sudah memesan kamar untuk mereka bermalam. Mas Budi membuka pintu kamar dengan kunci di tangan, mereka lalu masuk ke dalam kamar hotel yang baru pertama kali Yuli lihat dalam hidupnya selama ini. Sebuah kamar dengan ranjang kasur berlapis seprai putih bersih, meja lemari dan kamar mandi lengkap sebagai fasilitas istirahat mereka malam ini. Mas Budi tampak tenang saja melaksanakan shalat Isya di kamar seperti biasa, sebentar kemudian suara pintu kamar diketuk dari luar. Dengan sedikit berdebar, Yuli lalu melangkah untuk membuka pintu. Tampak seorang pelayan hotel datang mengantarkan makan malam yang baru mas Budi pesan untuk mereka.
"Terimakasih Mas." ucap Yuli kepada pelayan.
"Ya sama-sama." jawab pelayan sopan seiring senyum dan angguk kepala.
Yuli kembali menutup rapat-rapat pintu kamarnya, ia lalu meletakkan makanan tersebut di atas meja. Sementara mas Budi melepas sarung dan baju berganti celana dan kaos untuk ia kenakan, Yuli lalu bergantian melaksanakan shalat Isya. Setelah shalat Isya, mereka lalu menikmati hidangan di atas meja. Perutnya yang sudah keroncongan membuat hidangan yang ada terasa lebih nikmat rasanya. Suasana hotel cukup adem dengan kipas angin yang menyala, selepas mengemas piring dan gelas ke kamar mandi Yuli sempat melihat suasana di luar lewat tirai kaca jendela. Suasana di luar cukup sepi, hanya lalu-lalang kendaraan yang melintas di jalan raya tak jauh di depan hotel mereka. Yuli cukup leluasa memandang ke jalan raya dari lantai dua kamarnya, mobil yang melaju di jalan raya sekan saling kejar-mengejar larinya. Mas Budi tampak santai saja melihat tayangan televisi dari atas ranjang kamar.
"Dek Yuli?" panggil mas Budi tenang. Yuli melangkah mendekat ke mas Budi yang memanggilnya
"Ada apa mas?" jawab Yuli.
"Demi keamanan, malam ini sebaiknya semua perhiasan dan uang kamu, biar mas saja yang pegang." ucap mas Budi kepada Yuli. Tanpa curiga, Yuli pun melepas gelang, cincin dan kalung emasnya. Semua perhiasan dan uang ia serahkan semua kepada mas Budi suaminya.
"Sudah semua?" tanya mas Budi lagi.
"Sudah semua Mas." jawab Yuli.
"Lah itu anting di telinga sebaiknya sekalian saja kamu lepas, biar mas simpan jadi satu dalam lemari." tanya mas Budi.
Yuli pun menurut melepas anting di telinga, lalu menyerahkan kepada mas Budi. Mas Budi lalu menyimpan semua perhiasan dan uang Yuli ke dalam tas miliknya.
"Dek Yuli, sekarang perhiasan dan uang kamu sudah saya pegang. Jadi kalau malam ini dek Yuli saya tinggal, tentu dek Yuli nanti tidak akan bisa pulang." tutur mas Budi.
"Maksudnya mas?" kesiap tanya Yuli heran.
"Begini dek Yuli, semenjak kita menikah. Kamu kan belum pernah sama sekali mas sentuh, jadi malam ini izinkan mas untuk menyentuh dek Yuli." jawab mas Budi.
"Tapi saya takut melahirkan Mas." jawab Yuli polos.
"Takut bagaimana toh? melahirkan kan memang sudah kodratnya sebagai wanita." ucap Budi lagi.
"Saya belum siap Mas!" sanggah Yuli panik.
"Kalau memang dek Yuli belum siap dan belum siap terus, malam ini biar mas pulang sendiri dan membawa semua perhiasan dalam tas ini." ucap mas Budi sambil mengangkat tas di tangan.
Budi yang menenteng tas di tangan masih berdiri di samping Yuli yang duduk tegun di kursi. "Bagaimana dek?" tanya Budi menggugah tegun Yuli.
Yuli diam tanpa ada kata, angin sepoi-sepoi membuat dingin suasana. Budi lalu memegang tangan Yuli, malam itu Yuli hanya bisa pasrah menuruti kehendak suami. Bulan madu yang belum pernah dirasakan oleh sepasang pengantin itu, akhirnya terjadi di malam sunyi dekat pesisir pantai alam indah berseri. Malam itu serasa begitu indah, seakan mereka sedang menyusuri indahnya surga. Yuli pasrah seperti boneka di atas kasur menerima cumbu rayu dan peluk mas Budi yang begitu sangat mesra. Sirkulasi aliran darahnya mendadak panas dan nafasnya tak beraturan menerima serangan cumbu mesra suaminya. Mahkota yang selama ini masih terselubung rapi, malam ini telah Yuli serahkan kepada suami. Malam ini yang ada kenikmatan tak terkira serasa dunia hanya milik mereka berdua. Yuli kini tak berjarak tidur nyenyak di samping suami, di tengah malam Budi terbangun lagi dari tidurnya. Cumbu rayu ke dua pun terjadi lagi, Yuli semakin tak terkira merasakan indahnya dunia. Yuli semakin manja kepada suami saat mereka mengembara di taman surga melewati malam nan istimewa.
Menjelang Subuh mereka sudah terbangun dari mimpi indahnya, Budi bergegas untuk mandi besar menghilangkan hadas. Budi lalu melaksanakan shalat Subuh sendiri. Sementara mas Budi shalat, Yuli pun gantian ke kamar mandi untuk mandi besar. Selesai shalat mereka lalu berkemas untuk segera kembali ke rumah mereka nan jauh di desa. Anehnya saat motor mas Budi di engkol, sekali engkol saja langsung menyala seperti tidak terjadi apa-apa.
Di pagi yang masih buta, mereka lalu meluncur dengan motornya menuju ke rumahnya. Seiring sepeda motor meluncur cepat di atas jalan raya, Mas Budi tersenyum bahagia. Karena telah berhasil memperdaya hingga memiliki Yuli sepenuhnya. Padahal kemarin sore Budi memang sengaja menutup keran aliran bahan bakar dari tangki motor ke mesin motornya, hingga motor pun berhenti mendadak seolah macet mesin motornya.
Saat pagi tiba, Budi cukup buka keran aliran bensin. Sekali engkol saja motor Kingnya langsung menyala. Tangan Yuli melingkar erat memeluk perut mas Budi suaminya, seiring motor melesat cepat Yuli mengecup punggung suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments