Setelah Dayu datang, Fan Jianying segera memerintahkan pelayan pribadinya tersebut untuk merebus obat sesuai dengan instruksi yang didapatkannya dari tabib Shilin.
Sebelum Dayu pergi, Fan Jianying segera memanggil Gaeng agar segera menyiapkannya air hangat dan menginstruksikannya untuk menjaga pintu depan kamarnya dan tidak mengijinkan siapapun masuk, kecuali Dayu.
Pelayan senior Gaeng pun segera menjalankan perintah Fan Jianying dengan patuh. Setelah air hangat sudah siap, Fan Jianying segera memasukkan beberapa ramuan yang didapatkan dari tabib Shilin kedalam bak mandinya.
Diapun segera melakukan ritual seperti apa yang tertulis dalam buku yang didapatkannya dari tabib Shilin bersama obat yang diambilnya tadi.
Konsentrasi Fan Jianying terpecah begitu mendengar suara ribut – ribut diluar kamarnya. Dia mendengar suara teriakan Gaeng yang menghadang seseorang untuk masuk kedalam kamarnya.
“ Tuan muda ketiga…tuan muda ketiga tidak bisa masuk sekarang !!!…madam ketiga dalam posisi tidak nyaman untuk bertemu dengan anda saat ini !!!...mohon tunggu sebentar !!!...”, ucap Gaeng berusaha untuk menghalangi Bai Cheung masuk kedalam kamar.
Melihat pelayan senior Gaeng begitu keras menghalanginya masuk membuat Bai Cheung semakin curiga tentang apa yang saat ini sedang dilakukan oleh sang istri didalam kamar.
Brakkk….
Bai Cheung pun menendang pintu kamar Fan Jainying dengan kasar dan langsung mencari keberadaan sang istri didalam kamar.
Dibalik selambu ruang mandinya, Fan Jianying terlihat melebarkan kedua matanya karena syok melihat ada sosok laki – laki yang menerobos masuk area pribadinya.
Fan Jianying butuh beberapa saat untuk bisa bereaksi kembali, dan ketiga kesadarannya mulai muncul, diapun segera meraih kain kering yang tergantung dilayar yang ada didekatnya untuk menutupi bagian dadanya yang terekspos.
Setelah selesai membungkus bagian atas tubuhnya dengan kain, Fan Jianying mulai mendengar suara langkah kaki mendekat kearah pemandiannya.
Dengan penuh amarah, Bai Cheung langsung menyibak kain tipis yang menutupi area pribadi Fan Jianying dengan kasar hingga kain tersebut robek dan langsung masuk tanpa permisi.
Kamar mandi penuh dengan uap hangat dan keharuman bunga mawar yang mengembang diudara. Air memericik dari dalam bak mandi pada saat Fan Jianying bergerak kesudut bak.
Sambil mencengkeram kain katun basah yang membungkus area dadanya. Meski begitu, kain tersebut masih bisa mencetak dengan jelas bentuk tubuh indahnya karena terlaku tipis sehingga praktis tembus pandang.
Meskipun terendam air, karena Fan Jianying panik, dadanya terlihat terengah – engah dengan nafas yang sangat berat.
Penglihatan yang tak disengaja tersebut cukup mengejutkan Bai Cheung yang terlihat membulatkan kedua matanya, melihat pemandangan indah dihadapannya tanpa berkedip.
Semua amarah yang tadinya melanda dirinya telah terkuras habis oleh pemandangan indah pagi ini didalam bak mandi.
Dayu yang baru saja merebus obat sedikit terkejut waktu mengetahui jika Bai Cheung ada didalam kamar mandi bersama nona mudanya.
Seketika rasa cemas mulai melanda hatinya. Dia takut tuan muda keluarga Bai tersebut kembali menindas nona mudanya.
Dengan ekspresi panik, Dayu yang hendak masuk kedalam kamar mandi segera ditahan oleh pelayan senior Gaeng dengan tatapan garang.
“ Apa yang akan kamu lakukan ?...ini tuan muda yang masuk, dia suami madam ketiga, bukan orang asing !!!...”, Gaeng terlihat memperingatkan Dayu.
Justru karena tahu yang masuk itu Bai Cheung, makanya Dayu sangat khawatir terhadap keselamatan nona mudanya itu.
“ Tapi…”, Dayu mencoba untuk berbicara tapi langsung dipotong ucapannya oleh Gaeng.
“ Tapi apa …cepat ikut aku keluar…”, ucap Gaeng yang langsung menarik tangan Dayu dan menutup pintu kamar dengan cepat.
Meski sangat khawatir, tapi Dayu tak bisa berbuat apapun karena pelayan Senior Gaeng terus memeganginya dengan erat agar dirinya tak kembali menerobos masuk kedalam.
Tiba – tiba wajah tampan Bai Cheung terlihat berubah menjadi merah, seperti kepiting rebus. Bagian bawah tubuhnya pun mulai bergejolak waktu tatapan matanya tak sengaja kembali melihat kearah bak mandi yang berisi Fan Jianying disana.
Fan Jianying terlihat sangat marah oleh tatapan Bai Cheung yang dianggapnya sangat melecehkannya. Bagaimanapun juga, suaminya itu lah yang tidak bersedia mewujudkan malam pernikahan mereka.
Tapi sekarang, dengan liarnya dia menatap lapar tubuh indah Fan Jianying yang dililit kain tipis yang basah. Membuat segala macam kebencian mulai menjalar dihatinya.
“ Apa yang akan orang ini coba lakukan ?...”, batin Fan Jaiying geram.
Fan Jianying yang marah hanya bisa mengambil barang yang ada didekatnya. Daipun segera melempar sabun, karena hanya benda itulah yang dekat dengannya kearah Bai Cheung dengan penuh amarah.
“ Keluar kamu !!!....”, hardik Fan Jianying dengan keras.
Mendengar teriakan Fan Jianying, Bai Cheungpun mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Tubuh Bai Cheung seketika menegang waktu menyadari kebodohannya karena terpesona dengan keindahan tubuh istrinya.
Wajahnya segera menjadi hitam waktu menyadari apa yang sedang dilakukannya saat ini. Dengan wajah sinis Bai Cheungpun berjalan mendekat ketempat dimana Fan Jianying berada.
Dengan sedikit membungkuk diapun menatap Fan Jianying dengan penuh rasa jijik. Karena wajah mereka sangat dekat, dapat Fan Jianying lihat kilat penuh kebencian terpancar jelas dimata Bai Cheung, membuat darah dalam tubuh Fan Jianying mulai mendidih.
“ Kamu mencoba merayuku dengan penampilan seperti ini…Bermimpilah !!!...”, ucap Bai Cheung mencemoh.
PLAKK !!!!....
Satu tamparan mendarat di pipi Bai Cheung, meninggalkan bekas kemerahan disana. Bukan hanya menampar wajahnya, Fan Jianying juga mulai menyiram wajah suaminya itu dengan air yang diambilnya dari dalam bak mandi dengan kedua tangannya berulang kali.
Bai Cheung yang hendak membalas perbuatan Fan Jianying yang telah berani menamparnya terpeleset jatuh oleh sabun yang tadi dilempar oleh Fan Jianying kearahnya.
Demi menjaga martabatnya, Bai Cheungpun mulai berdiri sambil memegang pinggangnya yang sakit akibat terpeleset tadi.
Dengan wajah merah menahan amarah, Bai Cheung yang sudah berhasil berdiri segera melempar lengan bajunya dengan kasar dan berjalan keluar kamar mandi dengan tubuh kaku.
Jika tidak ingat jika dirinya tidak memakai baju dan hanya menggunakan kain tipis yang transparan, mungkin Fan Jianying akan melompat dari bak kamar mandi saat ini juga dan menyerang Bai Cheung yang dianggap telah melecehkannya.
Dada Fan Jianying terlihat naik dan turun dengan cepat , dan sorot matanya menatap nyalang kearah sang suami yang bayangannya sudah menghilang dibalik tiarai, menahan semua amarah yang tersimpan didalam dada.
Namun\, saat mengingat jika dia berhasil menampar laki – laki b*****n tersebut dan juga menjadi penyebab Bai Cheung terpeleset dan mendaratkan pantatnya dengan cantik di lantai\, amarah yang tadi tersimpan didada perlahan mulai sirna.
Tak sadar, sudut bibir Fan Jianying bergetar keatas dan tertawa tanpa suara. Ada perasaan puas yang tidak bisa dilukiskan waktu melihat kemalangan yang menimpah Bai Cheung tadi.
“ Itu balasan bagi lelaki b******n seperti dia….”, guman Fan Jianying tersenyum puas.
Mendapati tubuhnya mulai menggigil, Fan Jianyingpun segera bangkit dari dalam bak dan segera mengambil kain bersih yang cukup tebal untuk membalut tubuh polosnya.
Baru saja dia keluar dari dalam kamar mandi, Dayu dan Gaeng sudah menyambutnya diluar dengan wajah cemas .
“ Nona tidak apa – apa ?...”, tanya Dayu sambil memutari tubuh Fan Jianying.
Berusaha untuk mencari luka ataupun bekas memar setelah melihat Bai Cheung keluar dari dalam kamar dengan penuh amarah.
“ Aku tidak apa – apa….kalian jangan cemas…”, Fan Jianying berkata sambil tersenyum manis.
Tidak membiarkan kedua pelayannya bertanya lebih jauh, Fan Jianying pun menyuruh keduanya segera menyiapkan pakaian ganti dan merias dirinya.
Setelah Fan Jianying selesai berganti pakaian dan berias, Dayu segera memberikan secangkir obat yang tadi sudah selesai direbusnya.
“ Dimana suamiku ?...”, tanya Fan Jianying basa – basi.
“ Tuan muda ketiga meninggalkan kediaman sepuluh menit yang lalu. Hamba tidak tahu kemana tuan muda pergi …”, Gaeng menjawab sopan.
Fan Jianying segera menghabiskan obat yang sudah dibuat oleh Dayu dengan santai. Diapun segera menyuruh kedua pelayannya untuk keluar dengan alasan dia ingin beristirahat.
Setelah berada didalam kamar sendirian, diam – diam Fan Jianying mengambil sebuah buku yang disembunyikannya di balik kasur dan mulai mempelajarinya.
Dengan kecerdasan yang dimiliki jiwanya terdahulu, tak membutuhkan waktu yang lama, Fan Jianying sudah bisa memahami seluruh isi buku tersebut.
“ Nanti malam aku akan mempraktekkan semuanya…”, guman Fan Jianying antusias.
Dia memilih waktu tengah malam untuk mulai berkultivasi karena energi yin yang ada diwaktu malam yang sangat tenang sarat akan kekuatan.
Fan Jianyimg berencana melakukannya mulai tengah malam hingga dini hari. Dimana energy yin pada waktu dini hari adalah energy yin yang paling murni dan sangat bagus digunakan untuk berkultivasi.
Proses perpindahan antara malam ke pagi hari, udara yang sangat murni ini bisa membantu proses pemulihan tubuhnya dan mempercepat dirinya untuk mencapai tingkatan dalam berkultivasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments