Jantung Aurela masih berdegub dengan kencang meski semua orang sudah pergi dan meninggalkannya sendiri bersama dua orang pelayan yang masih setia bersamanya.
Dia masih tidak percaya jika laki – laki tampan yang tadi ada dihadapannya adalah benar – benar suami yang telah dinikahinya.
Meski dia tidak berada dalam raganya sendiri, namun mendapati fakta jika laki – laki tampan yang begitu sempurna itu adalah suaminya tak ayal membuat Aurela sangat bahagia.
Aurela yang terlalu larut dalam kebahagiaannya sendiri sama sekali tak menyadari tatapan aneh yang dilayangkan oleh Bai Cheung saat menatap wajahnya tadi.
Sementara itu, kepala pelayan senior Gaeng mengkerutkan keningnya cukup dalam waktu merapikan beberapa barang yang ada disamping ranjang pengantin bersama Dayu.
Dia sudah berusia lebih dari empat puluh tahun dan sudah menemui banyak orang. Baru saja, ketika semua orang hanya fokus pada wajah mempelai wanita, dia tampak aneh melihat ekspresi tuan muda ketiganya itu.
Sebagai seorang yang sudah dua puluh tahun mengabdi dikeluarga Bai, Gaeng tentunya dapat dengan mudah mengetahui jika tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut tidak puas dengan mempelai wanita dari ekspresi wajah yang ditunjukkannya tadi.
Berbagai tanda tanya mulai melintas dibenak Gaeng, bagaimana mungkin tuan muda ketiganya tidak tertarik dengan paras cantik yang dimiliki oleh istrinya, Fang Jianying.
Bukan hanya tidak tertarik, bahkan tuan mudanya itu sama sekali tidak memperlihatkan tanda – tanda keterkejutan ataupun setitik jejak kebahagiaan disana.
Sebaliknya, sorot matanya terlihat sangat dingin dan tenang. Seperti danau yang sangat dalam dan hening tanpa ada tanda – tanda riak disana, begitu datar tanpa ekspresi apapun.
Gaeng yang masih penasaran dengan sikap tuan mudanya kembali melirik Fang Jianying yang masih terlihat duduk manis ditepi ranjang dengan bibir merekah seperti buah ceri yang baru saja masak.
“ Lelaki mana yang tidak akan tergoda dengan paras cantik mempesona ini. Hanya lelaki berhati baja yang tidak bisa menghargai bunga yang begitu indah ini…”, guman Gaeng sambil menghembuskan nafas secara kasar.
Sementara itu, Aurela sudah terlihat mulai gelisah dan merasa tidak nyaman. Dia ingin segera melepas penutup kepala serta berbagai macam atribut yang melekat ditubuhnya.
Berganti baju yang lebih santai dan ringan serta secepatnya beristirahat karena tubuhnya merasa sangat lelah hari ini.
Baru saja tangan Aurela hendak melepaskan penutup kepalanya, tiba – tiba gerakannya terhenti saat ada suara menginstrupsi aktivitasnya.
“ Nona kedua, petugas pengantin meninggalkan instruksi untuk anda tadi. Anda harus menunggu tuan muda ketiga untuk secara pribadi melepas penutup kepala yang anda kenakan sekaligus meminum anggur pengantin sebagai puncak ritual pernikahan hari ini…”, ucap Gaeng menjelaskan.
Mendengar penjelasan Gaeng yang panjang kali lebar, dengan lesu Aurelapun melepaskan tangannya dari atas kepalanya, kemudian merenggangkan lehernya yang sedikit sakit akibat hiasan kepala yang menurutnya sangat berat itu.
“ Kurasa aku hanya bisa membiarkannya seperti ini untuk sementara…”, batin Aurela lesu.
Melihat pengantin wanita tersebut mengerucutkan bibirnya, diam – diam Gaeng tersenyum geli dengan wajah lucu nona keduanya itu.
“ Jangan khawatir nona kedua, tuan muda ketiga sebentar lagi akan kembali. Saya yakin tuan muda kesatu dan kedua tidak akan menahan tuan muda ketiga terlalu lama diluar…”, ucap Gaeng dengan senyum menggoda.
Ucapan Gaeng yang menggoda membuat Aurela tanpa sadar tersipu malu. Namun sedetik kemudian diapun mulai mengembalikan wajahnya menjadi datar sambil menatap tajam pelayan senior tersebut.
“ Mengapa hari ini anda banyak bicara…sudah, diam saja !!!...”, bentak Aurela tajam.
Sambil melotot dengan pandangan menegur, Aurela memerintahkan Gaeng dan Dayu untuk menyimpan semua barang yang ada didalam kamarnya sekarang juga.
Tak lama kemudian, para penjaga diluar mengumumkan jika tuan muda ketiga sudah kembali. Saat Bai Cheung memasuki ruangan, dua orang pelayan yang berada dibelakangnya segera menyusun camilan yang mereka bawa keatas meja.
Beberapa makanan kering, termasuk kacang – kacangan dan manisan buah sudah tertata apik disana.Tak lupa anggur pengantin yang ditaruh didalam teko beserta dua gelas kosong turut hadir dalam hidangan ringan malam ini.
Salah satu petugas pengantin yang baru saja datang segera masuk begitu semua camilan dan anggur pengantin sudah tertata apik diatas meja.
“ Tuan muda ketiga dan madam muda ketiga. Setelah meminum anggur pengantin ini maka anda berdua sudah menyempurnakan pernikahan ini... ”, ucap petugas pengantin menjelaskan.
Aurela yang berada didalam tubuh Fan Jianying, karena sudah menikah dengan Bai Cheung yang merupakan tuan muda ketiga keluarga Bai, maka dirinya sekarang dipanggil madam ketiga Bai, mengikuti marga sang suami.
Petugas pengantin tersebut segera memberikan gelas anggur kepada kedua pengantin dan segera mengambil teko yang berisi anggur diatas meja.
Bai Cheung mengambil cangkir yang diberikan oleh petugas pengantin sambil terus berdiri didepan ranjang tanpa bergerak.
Dia berdiri tegak lurus seperti pohon kelapa yang kokoh, dengan wajah datar dan dingin sambil menatap tajam Fan Jianying yang juga menampilkan wajah datar untuk menutupi kegugupannya.
Petugas pengantin tiba – tiba merasa atmosfer dalam ruangan yang turun secara drastis, membuat tubuhnya sedikit bergetar pada saat menuangkan anggur kepada Bai Cheung.
Diam – diam, petugas pegantin tersebut menghapus keringat dingin yang mulai mengalir di keningnya dan berusaha untuk tersenyum ceria saat menuangkan anggur untuk Fan Jainying.
“ Silahkan diminum anggurnya. Setelah tuan muda ketiga dan madam ketiga meminum anggur perkawinan, tuan muda ketiga harus melepaskan penutup kepala madam ketiga, dan mulai dengan malam penyatuan…”, ucapnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“ Baiklah…anda bisa pergi sekarang…”, ucap Bai Cheung dengan nada dingin.
“ Ta…tapi tuan muda…anda belum meminumnya…”, ucap petugas pengantin tersebut gugup.
“ Apakah anda tidak mendengar apa yang saya katakana !!!...”, hardik Bai Cheung dengan tatapan tajam.
Udara dingin yang sedari tadi menyelimuti ruangan tiba – tiba berubah menjadi hawa kematian yang sangat kental terasa.
Membuat bulu kudu semua orang yang ada disana berdiri. Petugas pengantin adalah seorang yang statusnya berada dibawah keluarga Bai.
Jadi dia tidak berani untuk berdebat dengan tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut dan dengan rasa hormat serta rasa takut yang luar biasa, diapun menjawab dengan sepatutnya dan keluar ruangan dengan tergesa – gesa.
Selama perjalanan keluar petugas pengantin memeras otaknya untuk mencari tahu dimana letak kesalahannya hingga dirinya diusir dari kamar pengantin sebelum tugasnya terselesaikan.
Dia hanya bisa meratapi nasib buruknya malam ini. Untuk pertama kalinya dalam masa tugasnya sebagai petugas pengantin, ini adalah pertama kalinya dia diusir sebelum tugas yang diembannya diselesaikan dengan baik.
Fan Jianying meletakkan anggur perkawinan yang ada ditangannnya sambil menunduk dan mulai berpikir tentang rentetan kejadian yang melenceng dari alur novel.
“ Mengapa urutan kejadian ini tidak sesuai dengan yang ada di novel…”, batin Fan Jianying cemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Yeni Ambu Na Barudak
ini mh kaya novel china yg judul nya reinkarnasi meet transmigation
2023-05-04
0
sita wirid damayanti
lanjuutttt
2022-08-31
1