Begitu masuk, Fan Jianying disuguhi pemandangan pertemuan keluarga seperti drama yang sering ditontonnya secara streaming dalam ponselnya.
" Amazing !!!...aku masih belum bisa percaya jika aku bisa melihat dan mengalami hal seperti ini secara langsung !!!...", batin Fan Jianying dengan wajah berbinar.
Untuk sesaat, Fan Jianying mulai menormalkan detak jantungnya yang tiba - tiba saja berdetak dengan cepat. Perasaan gugup, senang, dan binggung bercampur jadi satu.
Tidak ingin salah langkah, diapun mulai mencocokkan satu persatu wajah keluarga Bai yang duduk disana dengan gambaran yang dideskripsikan dalam novel sehingga bisa memutuskan harus bersikap seperti apa.
Pandangan Fan Jianying jatuh pada perempuan tua yang terlihat berwibawa dan bijaksana duduk menghadap kearah utara.
Wanita tersebut menggunakan model baju dan hiasan kepala yang sedikit menonjol jika dibandingkan dengan yang lainnya.
Membuat dirinya sebagai poros perhatian semua orang dalam ruangan. Menyadari hal itu, maka Fan Jianying sangat yakin jika wanita tersebut adalah matriark Bai.
Meski usianya sudah menginjak enam puluh depalan tahun, akan tetapi pembawaannya yang tegas mampu menutupi kerapuhannya sebagai wanita tua yang renta.
Sedangkan disamping kananya duduk seorang wanita paruh baya berusia sekitar empat puluh tahunan dengan tubuh kurus dan wajah yang sangat pucat yang Fan Jianying yakini sebagai ibu mertuanya, Lien Huan.
Meski tubuh Lien Hua dipenuhi oleh hiasan emas dan mutiara serta riasan yang sempurna, namun semua itu nyatanya tak mampu menutupi konidisi tubuhnya yang sedang sakit.
Selanjutnya di samping ibu mertuanya ada seorang wanita cantik yang sangat anggun yang Fan Jianying yakini sebagai kakak iparnya.
Istri dari tuan muda pertama Bai Axiang, madam pertama Chao yang duduk dengan sopan dan tenang serta memancarkan aura khas seorang bangsawan.
Dan disampingnya duduk dua orang gadis kecil yang Fan Jianying ingat sebagai gadis termuda dalam keluarga Bai, little Fen dan Little Kiew.
Putri kembar Bai Axiang dan Chao, sekarang telah resmi menjadi keponakannya setelah dirinya menikah dengan Bai Cheung.
Sedangkan disebelah kiri matriark Bai duduk ketiga cucunya, Bai Axiang, Bai Wang, dan Bai Cheung. Kedua kakak suaminya tersebut terlihat berbeda dengan suaminya.
Keduanya berbadan tegap dan kekar serta memiliki wajah yang tegas, gambaran sebagai keturunan dari keluarga militer yang sebenarnya.
Sedangkan Bai Cheung badannya sedikit kecil jika dibandingkan dengan kedua kakaknya serta memiliki penampilan yang lebih bersih dan sopan, membuatnya lebih cocok menjadi kaum cendikiawan dari pada seorang jenderal muda yang biasa ikut dalam peperangan.
“ Apakah Bai Cheung bukan anak kandung Lien Huan, kenapa dia sangat berbeda dengan kedua kakaknya ?...”, batin Fan Jianying penasaran.
Sejak masuk Bai Cheung sama sekali tidak menatap kearah Fan Jianying dan menganggap wanita itu sama sekali tidak ada.
Fan Jianying sendiri tidak terlalu berharap dengan sang suami, dia bertindak hanya mengandalkan insting dan ingatannya tentang alur yang ada dalam novel serta film yang sering ditontonnya.
Setelah pelayan meletakkan bantal di tengah – tengah aula, Fan Jianyingpun segera berlutut diatasnya. Begitu juga dengan Bai Cheung yang langsung berlutut disamping sang istri.
Setelah menerima cangkir berisi teh dari pelayan senior Yu, Fan Jianying segera mengangkat cangkir teh tersebut dengan kedua tangannya dan memberikannya kepada matriark Bai.
“ Cucu perempuan memberi hormat kepada nenek…semoga keberuntungan selalu mengikuti anda seperti aliran sungai yang terus mengalir tanpa henti dan anda mendapatkan umur panjang dan diberi kesehatan selalu. Tolong terima cangkir teh ini nenek…”, ucap Fan Jianying penuh kesopanan.
Matriark Bai menerima cangkir teh dari cucu perempuannya itu dengan senyum merekah hingga deretan gigi putihnya yang masih utuh sempurna terlihat.
“ Anak baik…ambillah jimat giok ini. jimat itu adalah peninggalan kakekmu yang sangat berharga…”, ucap matriark Bai sambil tersenyum.
“ Cucu tak pantas menerima barang berharga ini nek…”, tolak Fan Jianying secara halus.
Melihat bentuk kesopanan Fan Jianying, matriark Bai langsung saja meraih tangan cucu perempuannya itu dan menaruh jimat tersebut dalam genggamannya.
Fan jianying tersenyum penuh rasa terima kasih waktu melihat jimat tersebut merupakan jade magatama. Matanya tak bisa untuk tidak berbinar waktu mengetahui jika jimat tersebut adalah sebuah batu giok dengan kualitas yang cukup tinggi.
Selain langkah, dalam dunianya terdahulu giok / jade magatama bisa dijual dengan harga yang sangat tinggi. Mendapatkan barang berharga seperti itu, Fan Jianyingpun langsung mengenggam jimat tersebut dengan erat.
“ Wah..aku tak menyangka jika akan mendapatkan harta karun seperti ini…”, batin Fan Jianying dengan kedua mata berbinar.
Melihat binar di kedua mata cucu perempuannya, matriark Bai terkekeh. Tampaknya dia tak salah memberikan hadiah itu kepada Fan Jianying.
Bai Cheung yang menyaksikan langsung kejadian yang ada dihadapannya langsung saja raut wajahnya menjadi kaku dan sangat dingin, sambil tersenyum getir dalam hati.
“ P*****r itu tak pantas mendapatkan barang berharga seperti itu !!!....”, batin Bai Cheung geram.
Tatapan mata Bai Cheung sangat menyeramkan dan dingin. Dia memiliki keingginan yang sangat kuat untuk merebut jimat tersebut dari tangan Fan Jianying saat ini juga.
Namun, hal tersebut tentu saja hanya bisa dilakukannya dalam anggan saja tanpa bisa merealisasikannya. Hal itu membuat mata Bai Cheung dipenuhi kilatan api kemarahan.
Setelah selesai dengan matriark Bai, selanjutnya Fan Jianying memberi hormat kepada ibu mertuanya dengan memberikan secangkir teh kepadanya.
Karena kondisi tubuhnya yang tidak terlalu baik, Lien Hua hanya bisa tersenyum dan mendoakan semoga pasangan pengantin tersebut segera diberikan keturunan dan kedamaian serta keharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya.
Selanjutnya, ibu mertuanya itu melepaskan gelang giok berwarna merah darah dan memberikannya kepada Fan Jianying.
Untuk adegan kali ini, Fan jianying tidak terlalu terkejut karena semua yang dilakukan oleh ibu mertuanya sudah tergambar dengan jelas di novel, bahkan mengenai hadiah yang diberikannya juga sama persis dengan yang digambarkan disana.
Tidak seperti matriark Bai yang didalam novel hanya disebutkan memberikan jimat peninggalan suaminya tanpa menyebutkan detailnya.
Selanjutnya tinggal madam pertama Chou dan kedua kakak Bai Cheung yang harus Fan Jianying beri penghormatan.
Untungnya Fan Jianying masih ingat dengan jelas apa saja yang tergambar didalam novel sehinngga dia benar – benar menghindari kecerobohan yang akan membuatnya sial dihari pertama tinggal didalam keluarga besar Bai.
Setelah memberikan salam kepada nenek dan ibunya, Bai Cheung terdiam dengan kedua tangan yang disembunyikan dipunggungnya sambil mengawasi pergerakan Fan Jianying dari arah samping.
“ Salam hormat kepada kakak ipar pertama… ”, ucap Fan Jianying sambil memberikan secangkir teh untuk Bai Axiang dan satu cangkir kepada madam pertama.
Selanjutnya diapun segera bergeser untuk memberikan secangkir teh dan penghormatan kepada Bai Wang, selaku cucu kedua keluarga Bai.
“ Salam hormat kepada kakak ipar kedua…”, ucap Fan Jianying dengan nada sopan.
Saat dia menoleh, Fan Jianying mendapatkan tatapan tajam yang penuh peringatan dari Bai Cheung, membuat wanita itu berpikir apakah dia telah melakukan kesalahan.
Tapi melihat semua orang menatapnya biasa saja dan tidak ada teguran membuat Fan Jianying kembali berpikir tentang apa yang salah dari penghormatan yang dilakukannya tadi.
“ Istriku !!!...”, Bai Cheung berbisik dengan suara mengeram dengan gigi terkatub.
“ Apa ada masalah suamiku ?..”, ucap Fan Jianying sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali dengan polos.
Melihat tatapan Fan Jianying yang terlihat polos tanpa dosa membuat Bai Cheung ingin mencekik lehernya dan langsung membunuhnya dalam peti mati saat ini juga.
“ Kaki anda di kaki saya…”, bisiknya dengan suara sangat rendah sambil menahan rasa sakit diujung kakinya.
“ Ohhh…”, Fan Jianying langsung menggeser kakinya dan melihat kearah bawah dengan wajah terkejut.
Bai Cheung melihat Fan Jianying perlahan mulai menggeser kakinya dengan ekspresi terkejut, seolah - olah tak bersalah membuat darah dalam tubuhnya mulai mendidih.
“ Lihat saja Fan Jianying…cepat atau lambat aku akan mengungkap wajah aslimu diahadapan semua orang…”, batin Bai Cheung penuh amarah.
Selanjutnya pasangan pengantin tersebut duduk di tempatnya masing – masing dan mulai menyantap hidangan yang telah disediakan sambil bercengkerama dengan hangat.
Bai Cheung tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya dengan kuat waktu melihat senyum lebar terus mengiasi wajah cantik Fan Jianying selama perjamuan berlangsung.
“ Tidak !!!...ini tidak benar !!!..dia tidak boleh tersenyum lebar seperti itu !!!...dia seharusnya menangis dan meratapi kemalangannya saat ini !!!...sial !!!...kenapa dia bisa secerdas ini sekarang !!!...”, batin Bai Cheung dengan emosi yang sudah mencapai ubun – ubunnya.
Fan Jianying yang melihat asap hitam diatas kepala Bai Cheung dengan tanduk lancip dikedua sisi kepalanya semakin memperlebar senyum diwajahnya.
“ Ingin membuatku menderita…BIG NO…”, batin Fan Jianying tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Buke Chika
😀😀😀😀😀rasain deh bai cheung
2024-03-25
0
Dede Mila
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Facepalm/
2024-03-09
0
Satrio Rara
semangat nona fan,, bikin baicheung bertekuk lutut
2022-12-16
0