Cukup lama Fan Jianying terbaring diatas tempat tidurnya sambil memikirkan rencana apa yang akan dilakukannya esok hari agar wajahnya tetap ada dan nama baik keluarganya tetap terjaga.
Diapun kembali membuka memori yang ada dikepalanya dan mengimgat - ingat setiap bagian tentang isi dalam novel yang dia baca dan beberapa film yang pernah dia lihat.
CLING !!!....
Tiba – tiba ide brilian muncul dalam kepalanya. Diapun segera bangkit dari tempat tidurnya dan mulai menggeledah ranjangnya.
" Ini dia....", guman Fan JIanying senang.
Diapun segera mengambil saputangan putih yang tersembunyi dibawah sprei dan menusuk jarinya dengan jarum perak.
Membiarkan darahnya mengalir dengan baik dan menetes diatas sapu tangan putih tersebut dengan alami, meniupnya agar darah tersebut cepat kering dan langsung kembali menyimpannya ditempat semula.
Dia mendapatkan ide tersebut setelah memutar ingatannya tentang film yang pernah dia lihat jika setiap keluarga bangsawan dalam era kerajaan.
Mereka selalu menyuruh pelayan senior untuk menaruh sapu tangan putih dibawah sprei untuk melakukan pembuktian bahwa penyatuan telah terjadi.
Selain untuk mengetahui bahwa pernikahan telah dilakukan secara sempurna, hal tersebut juga digunakan sebagai ajang pembuktian bahwa menantu perempuan yang datang dan masuk kedalam kediaman mereka benar – benar masih murni dan dari keluarga baik – baik.
“ Tidak rugi aku suka menonton drakor dan dracin selama ini…”, batin Fan Jianying bangga.
Sebagai seorang anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya sejak kecil membuat Fan Jianying sudah terbiasa menghadapi permasalahan yang berat dan mengtasinya sendiri.
Sekarang, jika Bai Cheung mengibarkan bendera perang kepada dirinya maka dengan lapang dada dia akan menerima dan mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan yang pastinya akan segera diluncurkan oleh suaminya itu kepadanya.
Meskipun Bai Cheung sangat tampan dan memenuhi criteria pribadinya untuk bisa mewujudkan kisah romantis yang sempurna, namun hal itu tidak membuat Fan Jianying menjadi bodoh dan mau ditindas begitu saja.
Melihat sifat Bai Cheung yang berubah seratus delapan puluh derajat dengan semua gambaran yang ada dalam novel membuat Fan Jianyingharus terus meningkatkan kewaspadaan dalam dirinya agar tidak jatuh dalam pesona laki - laki tersebut.
Dalam novel, meski Bai Cheung tidak mencintainya, namun lelaki itu tidak pernah berlaku kasar kepada Fan Jianying.
Apalagi sampai berniat membunuhnya seperti apa yang dilakukan oleh lelaki itu tadi. Jika sesuau alur, Bai Cheung hanya menyakitinya dengan kata - kata tajam dan menusuk serta sikap dingin yang selalu ditampilkan ketika mereka bersama.
Fan Jianying yang tidak membaca keseluruhan isi dalam novel, saat ini hanya bisa mengikuti alur yang ada dan membuat plot ceritanya sendiri.
Yang jelas, dia tidak ingin mati secara tragis seperti yang ada diakhir cerita, dimana Fan Jianying akhirnya mati secara mengenaskan ditangan tokoh antagonis wanita yang merupakan adik tirinya itu.
Pada saat memikirkan betapa berbedanya alur yang ada dan sifat Bai Cheung yang seakan penuh dendam yang sangat dalam kepadanya, Fan Jianyingpun mulai terpikirkan hal yang aneh dalam kepalanya.
“ Apakah dia juga bertransmigrasi seperti diriku ?...”, guman Fan Jianying sambil memicingkan satu matanya.
Mencoba mengingat kata – kata yang sempat Gaeng ucapkan kepadanya tadi. Pelayan senior tersebut terlihat beberapa kali sedikit terkejut karena tuan muda ketiganya memiliki sifat dan sikap yang berbeda dari biasanya..
Berdasarkan hal – hal yang diucapkan oleh Gaeng tadi,maka Fan Jianying mulai mengambil kesimpulan jika yang ada dalam tubuh Bai Cheung saat ini bukanlah jiwa asli lelaki tersebut tapi orang lain.
Seperti jiwanya yang masuk kedalam raga Fan Jianying dan mulai hidup menajdi gadis tersebut agar bisa bertahan dalam dunia asing ini.
Itu asumsi yang pertama, asumsi yang kedua adalah Bai Cheung terlahir kembali setelah mati dimedan perang, seperti yang ada dalam novel.
Jika salah satu asumsi yang ada dalam pikirannya saat ini benar maka wajar jika Bai Cheung sangat tidak menyukainya.
“ Tapi,kenapa dia sangat ingin membunuhku.... tatapan matanya juga menyorotkan api kebencian yang cukup dalam .Apa dipertengahan novel Fan Jianying melakukan sebuah kesalahan fatal hingga Bai Cheung sangat benci dan ingin menyingkirkannya …”, berbagai spekulasi mulai muncul dalam benak Fan Jianying saat ini.
Ternyata hobi membaca novel reikarnasi yang selama ini dilakukannya tidak lah sia – sia.Fan Jianying jadi bisa lebih memahami semua hal yang terjadi dengan sangat cepat.
“ OK…jika seperti itu, maka aku harus cepat memahami situasi yang ada agar bisa segera mengambil keputusan dan langkah apa yang harus aku ambil…”, Fan Jianyingpun berguman sambil tersenyum lebar.
Akhirnya kegalauan hatinya malam ini sudah terpecahkan setengahnya, selanjutnya dia hanya bisa menunggu waktu esok hari.
Meski Fan Jianying tidak memahami seluruh situasi yang ada, namun dirinya tak akan duduk diam dan dipermalukan begitu saja oleh Bai Cheung.
Jika Bai Cheung adalah Bai Cheung yang asli seperti tertulis dalam novel maka dirinya tidak keberatan untuk bermain cantik dan memperlakukan lelaki tersebut sebagai suami sebenarnya meski lelaki itu tidak mencintainya, setidaknya dia tidak berbuat kasar kepadanya.
Namun jika Bai Cheung yang sekarang bukanlah Bai Cheung yang sebenarnya atau berubah menjadi b*****n\,
maka dia tak akan segan untuk turut serta dalam permainannya dan membuatnya tak berkutik.
Bahkan Fan Jianying bertekad akan membalas semua perlakuan buruk Bai Cheung kepadanya berkali - kali lipat
dari yang dia lakukan.
Setelah cukup lama berkutat dengan pikirannya dan mendapatkan kesimpulan, Fan Jianyingpun segera masuk kedalam selimut merah yang sangat tebal dan halus dan menbungkus tubuhny agar hangat.
Memejamkan kedua kelopak matanya dan mulai terbang menuju alam mimpi dengan senyum merekah diwajah cantiknya.
Sementara itu, dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan berbagai macam buku disana, seorang pria jangkung yang tampan berdiri dibawah cahaya lilin dan berbicara pelan dengan pelayan wanita yang berpakain serba hitam yang masih setia berlutut disampingnya.
“ Bagaimana keadaan disana?...”, tanya Bai Cheung dengan nada dingin.
“ Menjawab tuan muda, madam ketiga sudah tidur…”, ucap pelayan wanita tersebut masih dengan posisi yang sama dengan sopan.
“ Apa !!!...sudah tidur !!!...”, ucap Bai Cheung dengan suara rendah penuh amarah.
Tangan Bai Cheung yang berada dibelakang punggungnya terkepal sangat kuat hingga buku – buku jarinya menjadi putih dengan rahang mengeras.
Reaksi Fan Jianying benar – benar meleset dari apa yang diperkirakannya. Dia menghindar untuk masuk kedalam kamar pengantin guna mempermalukan gadis itu.
Bukannya menangis dan menyesali nasib, gadis itu malah tidur dengan sangat nyamannya, membuat darah dalam tubuh Bai Cheung mulai mendidih.
Dalam diam, Bai Cheung mengingat peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya, membuat kebencian laki – laki itu terhadap Fan Jianying semakin memuncak.
Dia memang tidak bisa mengubah pernikahannya, tapi dia bersumpah tidak akan membiarkan gadis itu menempati posisi sebagai istri resminya dan melewati hari – harinya dengan damai.
Jika tidak, bagaimana bisa dia menyembuhkan semua rasa sakit yang telah diterimanya dalam kehidupan sebelumnya.
Dia bertekad tidak akan kembali bertekuk lutut pada p*****r tersebut dan jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Jika kebanyakan orang sangat menantikan dan menghargai malam pertama pernikahan mereka, namun hal itu tidak berlaku bagi Bai Cheung.
Dia sangat membenci malam pernikahan tersebut dan ingin membuat malam ini segera berlalu tanpa kesan apapun didalamnya.
Bai Cheung tersenyum samar, dia ingin melihat bagaimana ekpresi Fan Jianying saat tidak bisa menyerahkan sapu tangan putih yang mewakili kemurniannya pada esok hari.
Membayangkan jika Fan Jianying akan malu dan tertekan membuat amarah dalam diri Bai Cheung perlahan – lahan mulai memudar.
“ Baik, kamu boleh pergi. Jangan lupa, awasi terus pergerakannya…”, perintah Bai Cheung tegas.
“ Baik tuan…”, ucap pelayan wanita tersebut dan langsung menghilang dikegelapan malam.
Seperti yang diharapkan, sebelum matahari terbit Fan Jianying yang masih mengantuk mulai terbangun setelah mendengar suara langkah seseorang yang berjalan masuk kedalam kamarnya.
Meski langkah kaki Bai Cheung sangat ringan hampir tak menimbulkan suara, telingga Fan Jianying yang cukup peka mendengar hal itu, membuatnya tanpa sadar mengulum senyum diwajahnya.
Dengan adanya lilin pernikahan yang masih menyala, meski gelap Fan Jianying masih bisa melihat dengan jelas jika laki – laki yang baru saja masuk itu adalah suaminya.
Dari balik siluet yang ditampilkan oleh cahaya lilin, Fan Jianying dapat menangkap sosok tinggi ramping dengan otot yang membingkai tubuhnya, membuat air liur Fan Jianying hampir menetes dibuatnya.
Dia benar – benar tampan dan sangat sempurna, seperti gambaran yang ada dalam novel. Jika tidak melihat wajahnya yang bengis dan dingin dengan sangat jelas tadi, mungkin Fan Jianying akan langsung luluh dibuatnya.
Namun, saat Fan Jianying memikirkan kembali perubahan sifat Bai Cheung yang tidak seperti harapannya, diapun segera menutup matanya dan kembali tidur.
Bai Cheung yang pada awalnya berniat tinggal diruang kerjanya sampai pagi tiba - tiba mengurungkan niatnya saat hawa dingin perlahan mulai membekukan tubuhnya.
Sekarang adalah awal permulaan musim dingin, jadi bagaimanapun kuat dan sehat tubuhnya tetap tidak bisa menahan udara dingin yang langsung masuk dan menusuk kedalam tulang – tulang tubuhnya.
Meluhat Fan Jianying tetap berada dalam posisinya dan tak terganggu dengan kehadirannya, Bai Cheung pun dengan santai melepas jubah luar dan membuangnya asal lalu menyingkirkan tirai yang menutupi ranjang dengan kasar.
Amarah yang sempat padam dalam tubuhnya kembali menyala, seperti api redup yang kembali membara setelah dituang bensin waktu melihat Fan Jianying tidur dengan nyenyaknya tanpa terganggu apapun.
“ Sial !!!...bagaimana p*****r ini bisa tidur dengan nyenyaknya sedangkan aku tersiksa kedinginan diruang kerja !!!…”, batin Bai Cheung penuh amarah.
Dia melihat Fan Jianying meringkuk didalam selimut hangat yang membalut seluruh tubuhnya dengan rambut berantakan dan bibir tersenyum.
Seolah tidurnya sangat nyaman tanpa terganggu apapun dan mengalami mimpi yang sangat indah. Hal itu sangat terlihat jelas dari pancaran wajah dan bentuk bibirnya yang melengkung keatas.
Sementara dirinya menderita melawan hawa dingin yang masuk kedalam ruang kerjanya. Bahkan makan malam yang tersedia tidak bisa dihabiskan karena udara dingin yang sangat menusuk tersebut.
“ Apa taktikku salah ?…”, guman Bai Cheung penuh tanda tanya, tak terima waktu melihat Fan Jianying tidur dengan nyenyaknnya.
Setelah menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar, Bai Cheung segera menarik selimut yang membungkus tubuh Fan Jianying dengan sekuat tenaga.
Karena lilitan selimut tersebut terlalu kuat, Fan Jianying hanya berpindah posisi dan berguling menyerong, membuat dirinya berada ditengah – tengah ranjang dan membuatnya jadi penuh.
“ Sial !!!...”, maki Bai Cheung semakin kesal.
Merasakan hawa dingin kembali menusuk tubuhnya, dengan kesal Bai Cheung mengeluarkan seperangkat selimut cadangan, membungkus tubuhnya agar hangat dan langsung merebahkan diri di lantai bawah ranjang.
Namun tebalnya selimut tersebut tak mampu membuat dirinya hangat. Dan lebih buruknya, sekarang seluruh anggota tubuhnya merasakan rasa dingin yang menusuk hingga ketulang – tulangnya itu.
Sebenarnya Fan Jianying merasa kasian melihat suaminya terus bergerak dalam balutan selimut dibawah ranjang.
Namun jika mengingat kembali bagaimana lelaki itu hendak membunuhnya dengan mencekik lehernya sangat erat, rasa kasihan yang sempat munculpun kembali diabaikannya.
Diapun semakin mempererat selimut yang membungkus tubuhnya agar tetap hangat di cuaca yang ekstrim seperti ini.
Bai Cheung berusaha untuk mengatur nafas dan kembali memejamkan matanya, berusaha untuk bisa beristirahat meski hanya sejenak.
Namun, baru saja Bai Cheung menutup mata, beberapa pelayan sudah datang untuk membangunkan pengantin baru tersebut agar bisa membersihkan diri.
Pelayan senior Gaeng menyambut dua pelayan senior dari rumah utama yang pagi ini langsung bergabung dengannya dengan wajah tegang.
Beberapakali dia terlihat menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang tiba – tiba saja terasa kering dan keringat dingin tanpa aba – abapun mulai mengucur deras ditubuhnya.
“ Bagaimana ini …jika pelayan senior kediaman utama melihat tuan muda ketiga tidak berada dalam kamar pemgantin dihari pernikahannya, apakah madam ketiga bisa hidup baik – baik saja dikeluarga Bai…”, batin Gaeng cemas.
Bukan hanya Gaeng saja yang cemas, Dayu juga merasakan hal yang sama. Tapi yang dia rasakan bukanlah ketakutan tapi lebih kearah amarah yang sudah dia tahan mulai dari semalam.
Wajah keduanya semakin tegang saat suara lembut Fan Jianying meminta mereka untuk masuk kedalam kamar pemgantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Dede Mila
emang enak..../Tongue//Tongue//Tongue//Tongue/ sok jual mahal sih jadi lakik..../Hammer/
2024-03-08
0
Rtqueenami
salah sendiri...
2022-08-24
1