Setelah pergi dari kediaman Lien Hua, Fan Jianying dibawa oleh Dayu menuju ruang tengah kediaman tuan muda ketiga keluarga Bai untuk diobati.
Diruang tengah, tabib Shilin dengan sabar mulai membersihkan, mengobati dan membalut luka yang ada di kaki Fan Jianying dengan kain agar lukanya tidak terkena kotoran yang bisa menyebabkannya infeksi.
“ Madam ketiga bisa mengganti kain ini dua kali sehari agar kebersihannya tetap terjaga. Karena lukanya tidak terlalu dalam, jadi sekitar dua sampai tiga hari luka itu akan mengering. Setelah luka kering, madam ketiga bisa mengolesi luka tersebut dengan obat ini agar bekas luka bisa cepat memudar…”, ucap tabib Shilin menjelaskan.
“ Terimakasih…”, ucap Fan Jianying sambil tersenyum lemah.
Dibantu oleh Dayu, Fan Jianyingpun segera meninggalkan ruang tengah setelah berpamitan dengan tabib Shilin dan bergegas menuju kamarnya untuk beristirahat.
Sementara itu, Gaeng setelah menyimpan obat untuk madam ketiganya, dia segera mengantarkan tabib Shilin pergi hingga samapi pintu depan rumah.
“ Saya ucapkan terimakasih untuk bantuannya hari ini tabib…”, ucap Gaeng sambil membungkuk hormat.
“ Tidak masalah. Jika tubuh madam ketiga masih kurang baik, anda bisa memanggil saya. Kapanpun itu…”, pesan tabib Shilin sebelum meninggalkan kediaman keluarga Bai.
Melihat Fan Jianying tidak terlalu diperhatikan oleh tuan muda ketiga keluarga Bai, Shilin yang terpesona oleh kecantikan dan kelembutan Fan Jianyingpun bertekad untuk bisa menjaga menantu perempuan keluarga Bai tersebut dengan baik.
“ Baik, akan saya ingat…”, ucap Gaeng sopan.
Diapun segera menuju kediaman tuan muda ketiga Bai begitu pintu kediaman keluarga Bai tertutup. Dengan langkah cepat, Gaeng bergegas menuju dapur untuk merebus obat yang telah diberikan oleh tabib Shilin untuk madam ketiganya.
Setelah meminum obat, Fan Jianying segera membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Dia merasa energinya cukup terkuras hari ini.
“ Hari ini sungguh melelahkan. Untung saja semuanya bisa berjalan dengan baik…”, batin Fan Jianying lega.
Diapun segera menarik selimutnya dan membungkus tubuhnya rapat – rapat begitu udara dingin mulai terasa. Gaeng dan Dayu terlihat bernafas dengan lega waktu melihat Fan Jianying mulai menutup mata dengan tenang.
Tidak ingin menganggu waktu istirahat majikannya, mereka berduapun segera menutup pintu kamar Fan Jianying dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Jika saat ini Fan Jianying dapat tidur siang dengan tenang, lain halnya dengan Bai Cheung. Setelah keluar dari kediaman nyonya utama, wajah lelaki itu semakin gelap.
Aura yang terpancarpun semakin dingin dan mematikan, seolah dia siap membunuh siapa saja yang berhasil mengusiknya saat ini.
Qiofeng dan Liam yang melihat tuan muda mereka setelah menikah semakin bertingkah aneh hanya bisa mengambil nafas dalam – dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Jika aura Bai Cheung sudah gelap seperti ini, tidak ada seorang pun yang berani untuk menyinggungnya. Bahkan nyamuk pun tidak berani mendekat karena masih sayang nyawa.
Dalam tidurnya, Fan Jianying mendapatkan mimpi yang cukup aneh hingga membuat tubuhnya berkeringat cukup banyak, hingga membuat bajunya basah.
“ Haaahhh….haaahh…apa itu tadi…”, Fan Jianying terbangun dengan nafas tersengal dan keringat mengucur deras ditubuhnya.
Sambil menetralkan nafasnya, Fan Jianying berusaha untuk tenang agar bisa mencerna mimpi yang terlihat seperti nyata tersebut.
Setelah meminum segelas air putih, Fanianying pun segera mengganti pakaiannya yang telah basah oleh keringat dan langsung duduk dikursi dengan sedikit linglung.
Diapun berusaha sedetail mungkin untuk mengingat kembali mimpinya siang ini. Dalam mimpi tersebut dia berada diarea pegunungan yang hampir seluruh areanya tertutup oleh salju.
Disana dia bertemu dengan seorang kakek tua yang membicarakan berbagai hal yang aneh, karena Fan Jianying hampir tak mengerti apa yang sedang dibicarakannya.
“ Aura…segel…apa itu ?...”, guman Fan Jianying waktu mengingat perkataan kakek tua tersebut.
Seingatnya, dalam novel sama sekali tidak disebutkan mengenai hal – hal yang berbau mistis dan kekuatan atau sejenisnya itu.
Namun kata – kata tersebut tampak tidak asing baginya. Setelah memutar keras otaknya, Fan Jianyingpun mulai menginggat jika kata - kata tersebut juga sering ada dalam novel yang biasa dia baca.
“ Apa ini juga berhubungan dengan kultivasi ?...apakah disini juga ada hal seperti itu ?...”, kepala Fan Jianying tiba – tiba sajaterasa sakit waktu memikirkan semua itu.
Seingatnya, novel yang membawa jiwanya masuk ini bergenre romantis. Jadi, dari awal dia sama sekali tidak membaca bab yang menyinggung tentang adanya kekuatan ataupun mengenai kultivasi seperti yang ada pada novel – novel lainnya.
“ Apa hal ini dijelaskan di bab pertengahan yang tidak sempat aku baca ?...”, batin Fan Jianying sedikit kecewa karena meneruskan untuk membaca bab selanjutnya setelah melihat ending sang tokoh wanita yang meninggal, membuat moodnya untuk membaca langsung turun.
Karena hal itu, kini diri sendiri lah yang mengalami kesulitan. Terlalu banyak berpikir membuat kepala Fan Jianying kembali sakit.
Untuk membuat kepalanya dingin, Fan Jianying pun mulai memejamkan kedua matanya dengan posisi duduk bersila dengan kedua tangan berada dikedua pahanya seperti dia melakukan gerakan yoga dioatas ranjang.
Fan Jianying tidak terlalu kesulitan melakukan hal ini karena dalam kehidupan sebelumnya dia sudah biasa melakukan yogasetuiap kali kepalanya terasa sakit karena memikirkan masalah pekerjaan.
Setidaknya hal tersebut cukup efektif dan lebih sehat jika dibandingkan dia harus mengkonsumsi obat setiap kali rasa sakit dikepalanya mulai terasa.
Dengan mata tertutup, Fan Jianying yang sedang berkonsentrasi untuk memusatkan pikirannya, perlahan mulai masuk kedalam alam bawah sadarnya.
Tanpa disadarinya, pada saat dia berada pada posisi lotus, ada sinar terang masuk kedalam tubuhnya. Perlahan sinar tersebut mulai menuntunnya untuk melakukan sesuatu diluar kehendaknya.
Saat ini, Fan Jianying merasakan aliran tubuhnya perlahan mulai bergerak dan menuju suatu muara yang sedikit besar.
Namun, aliran tersebut seperti terhenti seperti ada sesuatu yang menghalangi aliran tersebut untuk terus mengalir didalam tubuhnya.
Sekuat tenaga Fan Jianying berusaha untuk menembus halangan tersebut agar aliran kekuatan dalam rubuhnya bisa bebas bergerak ke muara inti, namun usahanya tidak juga membuahkan hasil.
Namun hal tersebut tidak membuat dirinya berputus asa. Melalui kekuatan yang tidak dia ketahui dari mana asalnya, akhirnya Fan Jianying berhasil menembus penghalang tersebut hingga membuat aliran kekuatannya mulai kembali mengalir dengan lancar.
Tampaknya penghalang yang ada bukan hanya satu saja, masih ada beberapa penghalang yang sama dibeberapa titik yang ada di tubuhnya.
Membuat dia harus berupaya lebih keras lagi untuk bisa menembus semuanya. Dengan sisa – sisa energy yang ada, Fan Jianyingpun akhirnya bisa menembus beberapa halang rintang yang ada.
Setelah semua halang rintang tersebut berhasil ditembus, aliran tenaga yang ada didalam tubuhnyapun mulai berkumpul pada muara yang berada dalam inti tubuhnya.
Menjadi sebuah kekuatan yang cukup besar. Namun sayangnya, tubuh Fan Jianying tampaknya masih belum mampu untuk menerima aliran tenaga yang cukup besar tersebut hingga membuatnya langsung tak sadarkan diri begitu kekuatan itu muncul.
Dayu yang baru saja masuk kedalam kamar untuk membantu nona mudanya membersihkan diri dibuat sangat terkejut mendapati tubuh Fan Jianying tergolek tak sadarkan diri diatas ranjang dengan darah segar keluar dari sudut mulutnya.
“ Apa nona keracunan ?...”, guman Dayu cemas.
“ Tolong !!!....”, Dayupun berteriak panik setelah mencoba menepuk pipi nona mudanya beberapakali tapi sama sekali tak ada reaksi.
Salah satu pelayan segera memanggil pelayan senior Gaeng begitu mendengar teriakan Dayu dari dalam kamar madam ketiga.
Brakkkk….
Gaeng langsung membuka pintu kamar Fan Jianying dengan kasar dan wajahnya terlihat sangat panik saat mendapati Dayu sedang membersihkan darah yang mengalir dari sudut bibir nyonya mudanya itu.
“ Ada apa dengan madam ketiga ?...”, tanya Gaeng panik.
“ Aku juga tidak tahu…saat aku datang, nona…nona sudah pingsan dan dari sudut bibirnya keluar darah…”, ucap Dayu dengan mata berkaca – kaca.
“ Panggil tabib Shilin sekarang !!!...”, perintah Gaeng kepada salah satu pelayannya.
Pelayan tersebut pun bergegas pergi meninggalkan kamar Fan Jianying dengan terburu – buru hingga menabrak tubuh Qiaofeng yang baru saja datang dari arah dapur.
“ Hey…kenapa kamu terlihat buru – buru ?...”, tanya Qiaofeng sambil memincingkan satu matanya curiga.
“ Madam ketiga terkena racun. Hamba harus segera memanggil tabib Shilin sekarang juga…”, ucap pelayan tersebut yang langsung buru – buru meninggalkan Qiaofeng yang terdiam ditempatnya.
Untuk memastikan ucapan pelayan tersebut, Qiaofeng pun buru – buru menuju kamar Fan Jianying. Setelah memastikan informasi yang didapatkannya benar, diapun segera berjalan menuju ruang kerja Bai Cheung untuk melaporkan apa yang telah didengar dan dilihatnya tadi.
“ Trik apa lagi yang dimainkan oleh p*****r itu !!!....”, guman Bai Cheung penuh amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Rtqueenami
ishhh ... tidak ada simpati nya sedikit saja, curiga muluuu
2022-08-25
1