Malam harinya, pasangan pengantin baru ini akan makan malam bersama dikediaman mereka saat ini. Sepuluh menit setelah Gaeng mengirim salah satu pelayan pergi kedapur utama, satu persatu makananpun mulai tersaji diatas meja.
Setelah seluruh makan malam sudah tersaji diatas meja makan, Dayupun bergegas menuju kamar Fan Jianying dan membawanya untuk makan malam.
Sedangkan pelayan senior Gaeng, pergi ke ruang kerja Bai Cheung untuk memberitahu majikannya agar segera bergabung dengan sang istri di meja makan.
Meski Bai Cheung sangat enggan untuk makan bersama Fan Jianying, namun mengingat kembali pesan sang ibunda, dengan berat hati hal ini terpaksa dia lakukan.
Dia juga tidak ingin sang nenek kembali mendengar keluhan tentang dirinya karena tidak bersikap baik terhadap istrinya.
Pada awalnya Fan Jianying terlihat bersemangat menuju meja makan. Bagaimanapun juga, hari ini dia tidak terlalu makan banyak sehingga membuat perutnya terasa lapar.
Namun saat melihat tujuh piring yang ditata apik diatas meja, raut kekecewaan mulai muncul diwajahnya. Seketika, rasa lapar yang tadinya ada seakan menguap begitu saja seperti angin.
“ Apa ini ? !!!...”, batin Fan Jianying tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
“ Bukankah mereka keluarga kaya, tapi kenapa makanan yang mereka sajikan sangat miskin begini…”, Fan Jianying kembali membatin dengan kecewa.
Diatas meja hanya ada pancake seukuran telapak tangan yang tadi pagi sudah dia cicipi dan rasanya tidak enak. Juga ada beberapa potong daging bumbu merah, daging cincang, daging rusa panggang, acar, dua piring sayuran aneka warna yang terlihat hanya ditumis dengan bawang putih dan garam, serta sup ikan yang sangat tidak menggugah selera.
Dari hidangan yang tersaji, hanya dua mangkok nasi putih saja yang sedikit bisa menggugah selera Fan Jianying karena bentuknya yang utuh dan terlihat sangat pulen.
Dalam keterdiaman Fan Jianying, pelayan senior Gaeng diam – diam mengamati raut wajah majikannya tersebut dengan sangat hati – hati.
Melihat sudut bibir nyonya ketiganya sedikit berkedut dengan ekspresi yang sedikit aneh, diapun mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang disajikan diatas meja yang tidak dapat dimakan madam ketiganya.
“ Madam ketiga, mungkinkah masakan ini tidak sesuai selera anda ?...”, Gaeng bertanya dengan sangat hati – hati.
“ Tidak…ini semua baik…”, ucap Fan Jianying berusaha untuk tersenyum.
Melihat nona mudanya memberikan senyum palsu kepada Gaeng, Dayupun berjalan mendekat kearah Fan Jianying dan langsung berbisik ditelinganya.
“ Nona, disana ada daging rusa panggang. Bukankah dua hari yang lalu anda begitu menginginkannya…”, bisik Dayu sambil mengarahkan pandangan matanya ke sepiring daging rusa panggang yang cukup besar.
Dia berharap, dengan melihat daging rusa tersebut, selera makan nona mudanya dapat kembali muncul. Setelah banyaknya insiden yang terjadi mulai semalam, Dayu sangat berharap bisa mengembalikan selera makan nona mudanya itu.
Mendengar bisikan Dayu, Fan Jianying tidak tahu bagaimana dirinya harus bereaksi. Jujur saja, selama hidupnya dahulu dirinya tidak terlalu menyukai yang namanya olahan daging, kecuali daging ayam.
Apalagi ini adalah daging rusa, membayangkan saja dia tidak pernah, apalagi harus memakannya. Dari penampakannya saja dia sama sekali tak tertarik dengan daging yang dibilang Dayu sangat lezat tersebut.
Pada saat Fan Jianying fokus dengan makanan yang ada dihadapannya, Bai Cheung masuk kedalam ruangan dan langsung duduk dihadapannya.
Fan Jianying terlihat sedikit ragu, dia harus menyapa suaminya atau tidak. Bai Cheung tersenyum puas dalam hati begitu melihat istrinya tersebut terlihat sedikit kikuk dan binggung.
Kilatan amarah terlihat jelas dimata hitam Bai Cheung waktu dirinya mengingat bagaimana ibunda dan neneknya terus berpesan kepadanya agar hidup damai dan harmonis dengan istrinya.
Sesuatu hal yang cukup menggelikan bagi Bai Cheung dan hanya dianggap lelucon yang sama sekali tidak lucu untuknya.
Seandainya dia bisa menceritakan semuanya kepada dua wanita yang sangat dihormati dan disayanginya itu, mungkin Bai Cheung akan menceritakan semua kesulitan dan kesakitannya dikehidupannya terdahulu kepada keluarganya.
Dan menunjukkan sifat asli Fan Jianying yang sangat tidak tahu malu dan menjijikkan. Wanita jahat yang tidak pantas untuk berada dalam keluarga Bai.
Sayangnya, hal tersebut hanya bisa dilakukannya dalam angannya saja. Jika dia nekat menceritakan hal tersebut, bukan hanya tidak percaya, keluarganyapun pasti akan menganggap ada yang tidak beres dengan otaknya dan menganggapnya gila.
Fan Jianying yang diam – diam mengamati raut wajah Bai Cheung terlihat menautkan kedua alisnya waktu melihat ekspresi kesakitan diwajah sang suami.
“ Suami, ada apa ?...”, tanya Fan Jianying lembut.
Suara Fan Jianying seperti palu yang langsung mengetuk kepala Bai Cheung, membuatnya segera tersadar dari lamunannya.
Untuk sesaat, tubuh Bai Cheung sedikit menegang, namun kondisi tersebut bisa segera dia pulihkan. Detik berikutnya, raut wajahnya kembali datar dan dingin.
“ Makan saja !!!...jangan banyak bicara !!!...”, ucap Bai Cheung ketus.
Sedetik kemudian, Bai Cheung mengingat makan malam pertamanya dulu setelah pernikahannya. Meski belum ada rasa cinta, namun lelaki tersebut masih bersikap lembut kepada sang istri.
Saat itu, Bai Cheung bahkan mengambilkan beberapa potong daging rusa paggang dan meletakkannya dimangkuk sang istri.
Fan Jianying memakan daging rusa panggang yang diberikan oleh suaminya dengan wajah berbinar sambil memuji jika rasa daging rusa tersebut sangatlah lezat.
Ingatan tentang kehidupannya terdahulu yang melintas tanpa diminta tersebut membuat Bai Cheung merasa sangat kesal.
Hatinya langsung saja kembali dipenuhi akan kebencian yang sangat kepada Fan Jianying yang dianggap telah membuatnya kesakitan dimasa lalu.
Tanpa sadar, Bai cheung memegang sumpitnya dengan sangat kuat dengan sorot mata penuh amarah. Saat melirik Fan Jianying yang terlihat masih binggung memilih makanan yang ada dihadapannya.
Tanpa ragu, dengan gerakan cepat Bai Cheung pun langsung mengambil semua daging rusa yang ada dipiring dan memakannya dengan sangat cepat.
Semua orang hanya bisa melotot terkejut melihat tuan mudanya makan dengan sangat cepat. Seolah – olah makanan tersebut akan direbut oleh orang lain jika tidak secepatnya dia habiskan.
“ Ada apa dengannya ?...”, batin Fan Jianying penuh tanda tanya.
Sambil mengkerutkan kening, Fan Jianying terus saja melihat suaminya itu makan dengan sangat cepat seperti orang kelaparan.
Dia sama sekali tak mengerti tentang pola pikir Bai Cheung saat ini. Jika memungkinkan berkata, Fan Jianying pasti akan mempersilahkan suaminya tersebut untuk menghabiskan semua makanan yang ada diatas meja makan.
Tapi dia juga sangat bersyukur karena semua daging diatas meja sudah dihabiskan dengan cepat oleh Bai Cheung, hingga dirinya tidak perlu repot – repot untuk memakannya.
“ Ya…habiskan saja semuanya. Lagipula, tak satupun hidangan tersebut menggugah seleraku…”, batin Fan Jianying santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Oi Min
Bai Cheung g tau aja klo Fan Jianying yg sekarang beda ma yg dulu
2023-11-16
0