Setelah memberikan beberapa nasehat kepada kedua cucunya, matriark Bai segera mengakhiri pertemuan pagi ini karena melihat kondisi menantunya yang tidak terlalu bagus.
“ Cheung…biarkan istrimu kembali terlebih dahulu. Ada yang nenek ingin bicarakan empat mata denganmu…”, ucap matriark Bai sebelum keduanya meninggalkan aula rumah utama.
Mendengar ucapan sang nenek, tubuh Bai Cheung sempat membeku sesaat. Sedetik kemudian diapun mengangguk setuju.
Setelah Fan Jianying memberikan penghormatan terakhir, Bai Cheung segera menarik pergelangan tangan wanita itu dengan kasar.
Namun tindakan Bai Cheung tersebut disalah artikan semua orang yang menganggap jika tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut sudah tak sabar ingin segera berduaan dengan sang istri.
“ Wah…tak kusangka adik ketiga yang dingin ternyata merupakan tipe yang memanjakan istri. Aku akhirnya bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri…”, ucap Bai Wang dengan senyum lebar diwajahnya.
" Makanya...cepat cari istri...", Bai Axiang tersenyum meledek.
Mendengar sindiran sang kakak, Bai Wang pun [ura - pura tidak mendengar dan hendak melangkah pergi. Namun, belum juga kakinya melangkah tiba - tiba telinganya terasa sangat sakit.
Bai Axiang segera menarik telingga Bai Wang begitu menyadari jika adiknya itu hendak kabur darinya. Diapun segera menyeretnya keruang kerja untuk membicarakan permasalahan yang ada diperbatasan.
Selanjutnya satu persatu anggota keluarga mulai pergi ke kediaman mereka masing – masing setelah acara perjamuan selesai.
Setelah agak jauh dari aula kediaman utama, Bai Cheungpun langsung menghempaskan tangan Fan Jianyaing dengan kasar dan mengusap bekas tangan yang tadi memegang pergelangan istrinya dengan saputangan.
Seolah – olah Bai Cheung baru saja memegang kotoran. Selanjutnya saputangan tersebut dia buang begitu saja ditempat sampah dan meninggalkan Fan Jianying sendirian dihalaman.
Dayu yang melihat semuanya hanya bisa mengeram marah. Jika nonanya hanya diam dan pasrah mendapatkan perlakuan seperti itu, namun tidak dengan dirinya.
Dia merasa jika tuan muda ketiga keluarga Bai tersebut benar – benar telah merendahkan nona keduanya dengan tingkah lakunya yang kasar dan seenaknya itu.
Setelah mengantar nonanya kedalam kediaman tuan muda ketiga, Dayupun mulai menghibur Fan Jianying. Dia berharap nona keduanya itu tidak bersedih setelah ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dengan kasar.
“ Saya tadi melihat anda tidak makan dengan baik. Apa perlu saya bawakan camilan untuk anda ?...”, tanya Dayu sopan.
“ Baiklah…”, ucap Fan Jianying tersenyum lebar.
Berakting ternyata cukup menguras energi dan sudah saatnya dia mengisi kembali energy yang tadi dikeluarkannya dengan yang baru.
“ Apa ini kue ?... kenapa bentuknya sangat aneh ?...”, batin Fan Jiaying penuh tanda tanya.
Karena penasaran, diapun mulai mengambil satu kue yang ada dihadapannya. Baru saja satu gigitan, mulutnya sudah terasa dipenuhi oleh gula satu ton banyaknya karena rasanya yang sangat manis.
“ Kue apa ini ?...”, tanya Fan Jianying sambil berusaha menelan kue yang telah dia gigit tadi.
“ Itu namanya kue kacang merah nona. Kebetulan kue ini merupakan salah satu kudapan favorit dan menjadi andalan di keluarga Bai....Beruntung sekali nona bisa memakannya hari ini...”, ucap Dayu sambil tersenyum lebar.
“ Kue andalan...favorit...Hah....bagaimana bisa koki terkenal dinegara ini membuat kue semacam ini…lagipula, mana rasa kacang merahnya. Selain warnanya yang merah, aku hanya merasakan rasa manis yang teramat sangat. Seakan satu ton gula berada dalam kue keras tersebut…”, batin Fan Jianying tercenggang mendapati fakta bahwa kue tersebut adalah kue favorit dan andalan keluarga bangsawan sekelas keluarga Bai.
Untuk menghilangkan rasa manis yang sangat menganggu lidahnya, tanpa banyak tanya lagi Fan Jianying langsung mengambil teh yang baru saja dituang Dayu untuknya.
Byurrr…
Fan Jianying langsung menyemburkan teh yang baru saja diminumnya secara spontan saat rasa pahit dan aneka rasa aneh yang menusuk lidah dia rasakan.
“ Apalagi ini…kenapa ada minuman seaneh dan tidak enak seperti ini…”, Fan Jianying terus saja mengomel dalam hati.
“ Kua tadi pagi saja tidak terlalu enak, tapi tidak separah yang satu ini…”, batin Fan Jianying masih dengan raut wajah tercenggang.
Diapun kembali menginta kue kacang hijau yang tadi pagi dimakannya. Meski rasanya tidak seenak kue kacang hijau di dunianya.
Namun, setidaknya kue tersebut masih bisa dimakan karena rasa manis tidak terlalu dominan dan kacang hijaunya masih terasa, meski hanya sedikit.
“ Nona kedua, apa yang terjadi ? apa tubuh anda merasa tidak enak ?...”, Dayu bertanya dengan wajah sangat cemas.
Selama melayani nona keduanya ini, dia tidak pernah melihat Fan Jianying menolak apapun yang disediakan untuknya, terutama kudapan dan teh rempah seperti ini.
Dayu masih memikirkan apa yang mebuat nona mudanya itu meolak kudapan yang dibuat oleh koki terkenal dinegeri ini.
Dimana makanan yang dihasilkan oleh koki tersebut banyak orang yang menginginkan. Namun sayangnya, hanya keluarga Bai yang bisa merasakan masakan dan kue yang telah dibuatnya.
“ Dayu, bawakan aku air putih biasa…”, perintah Fan Jianying cepat.
Melihat wajah nona keduanya semakin pucat, Dayu segera memberikan air hangat yang ada disebuah cawan diatas meja.
Sebelum meminum air dalam cawan tersebut, Fan Jianying menciumnya untuk memastikan tidak ada aroma apapun dalam air tersebut.
Setelah merasa jika air hangat tersebut adalah air putih biasa, barulah dia meneguknya dengan cepat. Berharap rasa aneh yang menusuk lidahnya tersebut sedikit berkurang.
Bagaiamana mungkin ada teh hijau dicampur dengan daun bawang, jahe, bawang putih dan rempah – rempah lainnya seperti itu disajikan disini.
“ Apa selera keluarga bangsawan di era ini begitu buruk….”, batin Fan Jianying berdecak kesal.
“ Teh apa yang kau sajikan untukku tadi?...”, tanya Fan Jianying masih penasaran dengan nama minuman aneh tersebut.
Setidaknya dia tahu namanya, jika nanti dia ditawari hal serupa maka dia dapat menolaknya secara halus demi untuk menjaga lidahnya agar tidak mati rasa.
“ Ini namanya sencha, teh kesukaan nona kedua. Bukankah nona sangat menyukai teh ini ?… ”, Dayu berkata dengan tatapan aneh.
" Apa kepala nona terluka setelah dibenturkan dengan keras dan dicekik oleh tuan muda ketiga. Kenapa nona bisa lupa dengan teh kesukaannya ?...", batin Dayu cemas.
Fan Jianying tidak terlalu memperhatikan ekspresi Dayu setelah mendengar ucapannya tadi. Saat ini dia sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri.
“ Kesukaanku !!!...sungguh buruk selera gadis ini…”, batin Fan Jianying sambil menghembuskan nafas secara perlahan dengan raut wajah sedih.
Melihat Dayu terlihat mencurigainya, Fan Jianying pun dengan segera mencari alasan agar pelayannya itu tidak mencurigai gelagatnya yang aneh.
Melihat Dayu menerima begitu saja alasan yang telah dibuatnya, diam – diam Fan Jianying menghembuskan nafas lega.
“ Jika seperti ini, aku ingin minum ice milk tea…tentunya itu bisa membuat segar tenggorokanku setelah memasukkan makanan dan minum aneh kedalam tenggorokanku…”, batin Fan Jianying mendesah frustasi.
Melihat nonanya terlihat lesu dan tak berselera, Dayupun berusaha untuk mendekat dan berbicara dengan Fan Jianying.
“ Nona…menurut anda, bagaimana kudapan ini ?...”, Dayu memancing pertanyaan agar nona keduanya melihat kudapan yang ada di hadapannya dan kembali bersemangat.
Mendengar ucapan Dayu, Fan Jianying hanya menatap kue berbentuk indah dihadapannya itu dengan tatapan enggan.
Bagaimanapun, gara – gara kue itulah lidahnya hampir saja mati rasa karena harus meminum teh yang rasanya sangat aneh.
“ Selain bentuknya yang bagus, rasanya biasa saja. Jika kamu mau, kamu bisa mengambilnya dan membagikannya untuk mereka…”, ucap Fan Jianying sambil melirik empat orang pelayan perempuan yang ada dibelakang Dayu dan pelayan senior Gaeng yang baru saja datang.
Tentu saja kedua mata pelayan tersebut berbinar ceria mendapatkan kudapan mewah yang dibuat oleh koki terkenal yang selama ini hanya bisa mereka pandangi saja.
Melihat antusia dan ekspresi mereka semua yang terlihat sangat menikmati kudapan tersebut, Fan Jianying hanya bisa meringgis ngeri dan berusaha untuk tersenyum melihat kebahagian yang terpancar dari raut wajah mereka.
Jika kudapan tersebut bagi Fan Jianying sangatlah buruk, tapi bagi para pelayan, ini adalah berkah yang tak terkira bisa menikmati kudapan mewah yang seumur hidup tidak pernah mereka bayangkan bisa mereka makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Netty S
semanggatttt,, baguuuuuusssss bggtttt 🥰
2022-09-08
2
Iana
lagi thor semangat buat up terus
2022-07-14
0