Happy reading
Keesokan harinya Tamara bangun seperti biasa. Ia tak langsung ke kamar mandi tapi lebih dahulu mengamati wajah Kenzie yang terlelap di sampingnya itu.
Tadi malam seperti malam malam sebelumnya, mereka bermain sampai tengah malam. Entah kenapa saat pagi seperti ini gai*ahnya meningkat apalagi tubuh mereka yang masih polos
Cups cups cups
Tiga kecupan di bibir, Tamara layangkan pada Kenzie yang masih terlelap karena lelah melayaninya itu.
Kenzie yang merasa ada benda yang menyentuh bibirnya itu mulai membuka matanya. Ia menatap Tamara yang saat ini menjadi pelaku atas bangunnya senjatanya seperti ini.
"Mau apa lagi sih hm? Yang tadi malam belum puas, Honey?" tanya Kenzie dengan nada beratnya.
Lihat saja kelakuan Tamara yang sudah menelusup kedalam selimut dan menggenggam senjatanya.
"Kapan aku puas?"
Akhirnya di pagi itu, bahkan mereka belum mandi sudah kembali melakukan hubungan badan. Bahkan pagi ini Tamara meminta nambah untuk kedua kalinya.
***
Setelah selesai mandi, Tamara berjalan menuju lemari sedangka kokn Kenzie kembali membaringkan tubuhnya di k postsasur empuk itu.
Tamara yang sudah kembali dan menatap kekasihnya masih memakai handuk yang menutupi senjatanya saja itu hanya bisa menggeleng.
Apalagi melihat tonjolan yang ada di pusat tubuh Kenzie yang masih tercetak jelas. Karena ukuran dan besar milik kekasihnya itu memang besar. Makan dari itu ia sangat kecanduan.
"Pakai baju kamu dulu, kan kita mau ke dokter," ujar Tamara dengan lembut.
Kenzie menatap Tamara kemudian kembali memejamkan matanya. Ia sedikit lelah akan aktivitasnya tadi malam. Tapi entah kenapa malah dia yang capek sedangkan kekasihnya itu tampak cerah tanpa beban.
"Aku ngantuk," ujarnya memeluk guling yang biasa Tamara peluk jika sedang marah dengannya.
Tamara menarik tangan Kenzie dengan kasar. Otomatis Kenzie ikut terseret hingga membuat pria itu kesal.
"Aku ambil pakaian kamu dulu. Jangan tidur lagi," ujar Tamara dan diangguki malas oleh Kenzie.
Tak lama Tamara kembali membawa pakaian Kenzie.
"Pakek dong, masa harus aku yang pakein," ucap Tamara yang langsung diangguki oleh Kenzie.
Mau kesal juga bagaimana, akhirnya Tamara memakaikan baju Kenzie mulai dari dalaman sampai baju dan celana pria itu.
Setelah memakai baju tadi, keduanya langsung turun ke ruang makan. Makan untuk sarapan sudah tersedia di meja makan jadi tak perlu susah susah masak.
"Habis dari rumah sakit mau ke mana?" tanya Kenzie pada Tamara.
"Kita ke rumah Laura yuk. Aku kangen sama anak itu, sekalian lihat Bella yang sepertinya betah di rumah besar itu," jawab Tamara mengambil nasi.
"Boleh, lagipula ini weekend. Pasti mereka semua ada di rumah," ujar Kenzie mulai menyiapkan makanan itu ke mulutnya.
Sarapan mereka juga tak terlalu memakan waktu. Keduanya langsung pergi ke rumah sakit.
***
1 jam berlalu akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang biasa mereka datangi saat mengantar Bella terapi.
Untung mereka sudah banyak kenal dengan dokter di rumah sakit itu. Bahkan saham perusahaan Bella ada 30% di rumah sakit ini.
Dan tadi malam Kenzie sudah menelepon dokter kandungan jika pagi ini mereka akan ke rumah sakit. Jadi tak perlu lama mereka menunggu.
"Apa sebelumnya Nyonya sudah memakai testpack?" tanya sang dokter pada Tamara.
"Belum dok."
"Baik kalau begitu silahkan Anda cek dulu." Dokter itu memberikan alat tes kehamilan pada Tamara. Dibantu oleh salah satu suster untuk memberitahu Tamara tentang alat ini.
Mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi yang ada disana. Sedangkan Kenzie dan dokter laki laki itu menunggunya di luar.
"Bukannya kalian belum menikah?" tanya Dokter pada Kenzie yang hanya mengangguk.
"Gue harap kalian cepat menikah. Karena kalian juga orang yang berpengaruh dalam kita ini. Aku hanya tak mau nama kalian tercoreng, dan yah aku sudah menganggap Tamara adalah adikku setelah dia menolong istriku saat itu," ujar dokter itu lagi.
"Aku sangat mencintainya, dan kamu tak perlu mengkhawatirkannya. Sudah pasti akan menikahinya, karena Tamara adalah cinta matiku," jawabnya dengan tegas dan dokter itu hanya mengangguk.
Tak lama Tamara dan suster itu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah yang sendu Tamara menatap Kenzie dengan sedih.
"Gimana Honey?" tanya Kenzie yang sudah jedak jeduk jeder.
Pria itu memeluk tubuh Tamara karena ia pikir Tamara tidak hamil. Kenzie tak mau membuat Tamara lebih sedih karena ini.
"Aku gak apa-apa kok. Nanti kita buat lagi kalau bisa yang kembar," ujar Kenzie mengecup kening Tamara.
Tamara menatap Kenzie dengan sendu kemudian ia mengecup bibir Kenzie.
"Garis dua," bisiknya memeluk leher Kenzie.
Sedangkan Pria itu masih sedikit ngeblank karena ucapan Tamara. Ia tak percaya akan jawaban Tamara tapi jika itu benar ia akan menjadi pria yang paling bahagia.
"Serius?"
"Heem."
Kenzie hanya bisa memeluk tubuh Tanara tanpa melihat ada orang disana. Yang jelas ia sangat bahagia saat ini.
EHEM
"Karena saat ini alat ini menunjukkan garis dua, bagaimana jika langsung USG saja."
Kenzie dan Tamara tersenyum dan melepaskan pelukan itu. Tamara langsung berjalan dan naik ke brangkar yang ada di ruangan itu.
"Eits mau apa? Aku gak mau perut kamu dilihat laki laki lain," ujar Kenzie tak terima jika dokter itu membuka baju kekasihnya.
Akhirnya dokter itu menyuruh suster untuk mengarahkan alat itu ke perut Tamara. Sedangkan dokter itu hanya mengarahkan dan menuju gambar di dalam layar itu pada Kenzie dan Tamara yang tak bisa menahan air matanya karena sebentar lagi mereka akan menjadi orang tua.
Walaupun usia mereka sudah lebih dari cukup untuk memiliki anak, tapi sebenarnya keduanya belum kepikiran tentang hal itu.
Setelah mengetahui jika mereka akan memiliki satu anak itu, Tamara dan Kenzie tak bisa menahan senyumnya.
Tak lama USG itu selesai, foto kandungan Tamara juga sudah dicetak.
Dan disinilah mereka sekarang, Tamara dan Kenzie pergi ke taman dulu untuk meluapkan kebahagiaan mereka dulu.
"Anak Papa jangan susahin Mama hmm. Harus jadi anak yang baik, apalagi nanti kalau kamu lahir udah ada teman main," ujar Kenzie mengelus perut Tamara.
"Siapa teman mainnya?" tanya Tamara.
"Laura. Dia kan bakal jadi kakak adik kita," jawabnya dengan lembut.
Tamara mengiyakan karena hubungan Tamara dan Laura juga cukup baik. Tapi seketika ia teringat sesuatu tentang hal ini.
"Aku punya satu permintaan kan. Kalau aku benar hamil?"
Kenzie menatap Tamara dan mengangguk, ia tak bisa mengingkari janjinya begitu saja. Hanya cowok pecundang yang mengingkari janji kepada kekasihnya.
Seberat apapun jika masih bisa ia lakukan, Kenzie akan lakukan.
"Iya kamu minta apa?" tanya Kenzie dengan lembut.
"Aku mau.."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Eka ELissa
mau nikh scpat y ma kmu😁😁
2022-07-23
1
Siti Zuriah
apa permintaan tamara ya jd penasaran 🤔 pake d gantung segala si
2022-07-22
0
♍Endah Wahyu♍
Kira-kira apa yg mau diminta Tamara....
Heeemmmmmmm
2022-07-21
0