Happy reading
Tak terasa haru sudah pagi tapi Laura tampaknya bekum mau bangun dari dekapan sang Daddy. Bahkan tangan kecil itu bersembunyi diantara dada sang Daddy.
Lucas yang merasa kesilauan karena tadi malam tak menutup jendela dengan gorden itu mulai membuka matanya. Lucas mulai menatap putrinya yang sangat nyaman di dalam pelukannya itu.
Ia mengecek suhu tubuh Laura, tapi sepertinya tak ada perubahan. Walau tidur gadis itu sangat nyenyak tapi suhu tubuhnya masih sangat tinggi.
Lucas juga melihat sudah ada semangkuk bubur di atas nakas itu, ternyata Nia sudah masuk ke dalam kamar dan meletakkan bubur itu sebelum mereka bangun.
"Kenapa tak turun juga?" tanya Lucas pada dirinya sendiri.
"Sayang," panggil Lucas pada putrinya. Sedangkan Laura yang merasa dipanggil itu membuka matanya pelan.
"Dad, mana Mommy?" tanya Laura dengan lirih.
"Mommy ada di rumahnya sayang. Sekarang Laura makan dulu, biar cepat sembuh," ucapnya menyenderkan tubuh sang putri di head board itu dengan pelan.
"Laula mau Mommy, Laula gak mau makan," tolak Laura menutup mulutnya saat Lucas ingin menyuapkan bubur itu ke mulutnya.
"Sayang ayolah, Daddy tak mau kamu semakin sakit."
"Laula mau Mommy!"
"Iya sayang, nanti Daddy panggilkan Mommy. Tapi Laura harus makan dulu, kalau enggak nanti Mommy gak mau datang ke sini," ujar Lucas dengan alibinya.
"Benelan Dad?" tanya Laura dengan sedikit semangat.
"Iya, apapun untuk putri Daddy ini. Sebelum ketemu sama Mommy, Laura harus makan. Nanti Mommy sedih kalau Laura jadi kurus," ucap Lucas pada putrinya.
Akhirnya Laura kau disuapi oleh Oleh Lucas, dan hari ini ia akan cuti selama Laura sakit. Daripada nanti di kantor ia tak bisa fokus karena memikirkan putrinya terus.
"Ayo, Dad. Telepon Mommy," rengek Laura yang tak sabar.
"Habiskan dulu makanannya sayang."
Dan setelah habis bubur itu, Lucas memberikan obat dan vitamin untuk putrinya. Lucas memanggil Nia untuk mengelap tubuh putrinya karena ia juga harus mandi.
"Laula mau Mommy, Daddy," teriak Laura saat Daddynya sudah keluar.
"Non Laura mau ketemu Mommy?" tanya Nia dengan lembut.
"Iya, sustel. Laula ingin beltemu Mommy. Tapi Daddy jahat, dan gaj bolehin Laula ketemu Mommy."
"Laula mau Mommy."
"Sudah ya Non, nanti Daddy
Lucas yang sebenarnya belum pergi dari kamar itu hanya bisa menghela nafasnya panjang. Ia belum bisa menerima kehadiran wanita itu dalam rumah ini walaupun wajah Bella mirip dengan wajah Laura.
"Apa aku harus menelepon dia?" tanya Lucas pada dirinya sendiri.
Jujur ia tak tega melihat putrinya seperti itu. Laura sangat menginginkan kehadiran Bella yang dianggap sebagai Mommy.
Dengan langkah pelan ia mulai berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai atas.
"Sayang aku harus bagaimana? Aku tak mau wanita itu mengganti kamu di hati Laura. Tapi aku juga kasihan dengan putri kita itu, dia sangat mengingkan kehadiran Mommy dalam hidupnya."
"Apa aku salah jika mempertemukan mereka? Aku janji setelah Laura sembuh aku akan menjauhkan mereka," ujar Lucas mencium pigora itu dengan lembut.
Setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual mandinya. Ia tak mau kotor walau tak masuk ke kantor.
Setelah beberapa saat ia di kamar mandi, Lucas keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk sebatas pusar saja.
Dengan santainya ia berjalan menuju jendela dan membuka tirai sekaligus gorden kamar itu.
"Huh apa aku harus menghubunginya?"
"Ya Tuhan."
Lucas tak mau banyak berinteraksi dengan Bella tapi putrinya membutuhkan wania itu.
Dengan berat hati Lucas mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Bella.
Tak lama panggilannya tersambung, suara yang sama persis dengan suara istrinya itu mulai menyapa.
"Halo."
"Bisa kau datang ke rumah. Laura sakit dan dia terus memanggil Mommynya."
"Apa! Laura sakit? Bagaimana bisa? Bukan kah kemarin masih baik baik saja?" tanya Bella dengan nada khawatir.
"Entahlah. Intinya kamu bisa datang apa tidak!" tanya Lucas dengan tak sabar. Ia jarang bertelepon dengan seseorang dengan lama terkecuali itu masalah pekerjaan.
"Bisa tapi jam siang nanti. Pagi ini aku masih ada urusan," jawab Bella dengan lesu.
"Tak apa. Nanti aku kirim lokasinya."
Tutt
Panggilan Lucas tutup dengan sepihak, tanpa mendengarkan jawaban dari Bella.
Huhh
"Maafkan aku sayang. Aku terpaksa melakukan ini demi putri kita," ujar Lucas menatap foto sang istri.
Dulu ia sudah berjanji pada mendiang istrinya untuk tidak pernah membawa wanita lain ke dalam rumah impian mereka. Tapi saat ini, ia harus memberikan izin pada wanita lain agar bisa membuat putri mereka kembali cerita seperti semula.
***
Sedangkan di sisi lain, Bella yang melihat panggilan itu dimatikan merasa kesal.
"Dasar, Duda. Bikin kesel aja, belum juga jawab udah dimatikan."
"Kesell!!!!"
Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil miliknya kemudian menjalankan kursi roda itu keluar dari kamar.
Saat melewati kamar Tamara dan Kenzie lagi lagi ia mendengar suara laknat keduanya. Sungguh memuakkan.
"Udah tahu aku jomblo, kenapa malah begitu sih? Kenapa gak nikah aja!" tanya Bella menggelengkan kepalanya.
"Woy! Udah pagi, jangan pada gulat kalian. Katanya mau anterin aku!" teriak Bella berlalu meninggalkan kamar itu yang menghentikan aktivitas keduanya.
"Huh kenapa ganggu aja sih dia," ujar Kenzie yang mendengar teriakan Bella.
Tamara yang melihat kekasihnya kesal itu hanya tersenyum dan mengecup bibir Kenzie.
"Sabar, dia sahabat kita. Cepat selesaikan dan kita ikut sarapan," jawab Tamara mengalungkan tangannya di leher Kenzie.
"Kamu selalu saja bisa."
Akhirnya mereka menyelesaikan urusan ranjang mereka dengan cepat. Hingga setelah beberapa menit berpacu di atas Tamara, ia mengeluarkan cairan miliknya ke rahim Tamara berharap apa yang mereka lakukan pagi ini membuahkan hasil.
"Ahh."
"Cabut gih, setelah itu kita mandi."
"Bentar, Honey. Biar jadi baby kita disini," jawab Kenzie mengelus perut Tamara dengan lembut.
"Ya sudahlah. Tapi cepat, nanti Bella ngamuk lagi."
Setalah itu mereka bangun dari posisi masing masing menuju kamar mandi. Mandi bersama sudah biasa bagi mereka kadang juga melakukan hal lebih.
Setelah beberapa menit mereka di kamar mandi, Tamara dan Kenzie keluar dari sana dengan rambut yang masih basah.
Mereka berganti pakaian dan turun dari kamar menuju meja makan. Dan benar saja sampainya di sana mereka melihat Bella yang tampak muram seraya memakan sandwich. Kemudian Bella menatap keduanya horor.
"Lebih baik kalian menikah. Aku gak mau telinga aku kotor terus gara gara kalian," ketus Bella yang membuat mereka menelan ludahnya kasar.
"Kita bakal menikah setelah lu juga menikah."
Bella yang mendengar itu hanya menggeleng, pasalnya ia belum ada rencana untuk menikah. Kaki saja belum pulih mau memikirkan nikah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘
2023-10-03
0
susi 2020
🤩🥰🥰
2023-10-03
0
Mariana Frutty
✔️
2023-01-12
0