Happy reading
"Makan!"
"Enggak mau, aku mual," tolak Tamara saat Kenzie memaksanya untuk memakan makan malamnya.
Kenzie cukup kesal karena Tamara tak ingin makan dari pagi kekasihnya itu tak mau makan.
Dan malam ini Tamara hanya memakan buah stroberi yang ada di kulkas.
"Sayang nanti kamu sakit. Makan sedikit aja ya," ujarnya dengan tegas tapi tetap dengan nada lembut. Ia akan seperti itu jika kekasihnya atau Bella bandel, Kenzie adalah sosok kakak untuk Bella.
"Gak mau, aku mau makan ini aja. Udah kenyang juga," jawab Tamara dengan cemberutnya.
"Emang dari pagi kamu sudah makan nasi hmm? Kamu selalu jawab kalau kamu kenyang."
Tamara menggeleng, ia memang tak mau makan. Bawaannya pengen bermesraan terus sama kekasihnya.
"Oke kamu boleh minta apapun asal kamu mau makan."
"Gak mau, aku cuma mau tidur sama kamu," jawabnya memeluk leher Kenzie dan mendaratkan kecupan di bibir Kenzie.
"Aku juga gak mau tidur sama kamu kalau kamu gak makan," ujarnya meletakkan piring yang berisi nasi dan lauk itu di meja.
Tamara yang mendapat penolakan dari Kenzie itu entah mengapa hatinya langsung sakit. Ia bangkit dan berlari menuju kamarnya dengan tangis.
Kenzie yang melihat kekasihnya menangis itu bingung. Karena Tamara tak pernah seperti ini, Kenzie menghembuskan nafasnya kemudian mengambil piring itu kemudian berlalu menuju kamar Tamara yang biasa mereka gunakan untuk ehem.
"Di kunci? Kenapa apa sebegitu marahnya sampai kunci pintu segala?" tanya Kenzie mengambil kunci cadangan kamar itu.
Saat pintu itu terbuka Kenzie melihat Tamara tengkurap dengan isak tangis yang dapat di dengar.
"Honey, kenapa kamu nangis?" tanya Kenzie meletakkan piring itu di nakas.
Tamara langsung duduk dan menatap Kenzie dengan tajam. Kenzie yang tiba tiba ditatap seperti itu hanya bisa membalas tatapan Tamara dengan lembut.
"Ngapain kamu kesini bukannya kamu gak mau tidur sama aku hah!!!"
"Honey bukan gitu loh maksudnya. Aku cuma mau kamu makan dengan godaan tadi supaya kamu mau makan," ujarnya dengan lembut.
Kenzie menghapus air mata kekasihnya kemudian memeluknya. Karena hanya dengan pelukan Tamara bisa lebih tenang.
"Kenapa sih hmm? Gak biasanya kamu sampai nangis cuma gara gara bercanda aku?" tanya Kenzie dimengelus lembut rambut Tamara.
Tamara sendiri bingung dengan dirinya, tapi entah kenapa ia jadi sangat mellow seperti ini.
"Gak tahu," jawabnya dengan tangisnya.
"Sekarang makan ya, aku gak mau kamu sakit karena gak makan," ujarnya menghapus air mata Laura dengan lembut.
Tamara menatap Kenzie dengan mata yang masih berair. Kemudian ia menatap makanan itu dengan datar. Ia tak suka tapi benar juga kata Kenzie jika ia tak makan mungkin akan sakit.
"Tapi suapin," ujarnya dengan manja. Kenzie terkekeh melihat tingkah Tamara sangat tiba tiba manja seperti ini.
"Iya Honey, sini aku suapin," jawabnya seraya mengambil piring yang berisi makan malam untuk Tamara itu.
"Habis ini aku mau kayak kemarin malam," ujar Tamara mulai menerima suapan dari kekasihnya. Hingga ia tersadar suatu hal.
"Yank," panggil Tamara disela kunyahannya.
"Ada apa? Jangan bilang kamu gak mau makan lagi. Nanggung Honey tinggal dua suapan lagi," ujar Kenzie menatap Tamara dengan kesal. Awas saja sampai Tamara kembali menolak untuk makan.
"Nanti aja," jawab Tamara mengunyah makanannya.
Kenzie pun menyelesaikan menyuapi kekasihnya dengan lembut. Walau ia sedikit kesal dengan Tamara tapi ia tak bisa mengurangi sedikitpun rasa cintanya pada wanita berusia 28 tahun ini.
Setelah menyelesaikan makan malam itu, Kenzie memberikan minum untuk Tamara. Setelah itu merek naik ke atas kasur.
"Kenapa kamu mau bilang apa?" tanya Kenzie pada kekasihnya.
Tamara menatap Kenzie, dengan manjanya ia naik ke paha pria yang notabene adalah kekasihnya.
"Kalau aku hamil gimana?"
"Ya kita rawat bareng bareng anak kita. Karena kalaupun kamu hamil itu adalah anak aku," jawabnya dengan yakin.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu? Gimana kalau aku selingkuh dari kamu. Terus aku hamil anak orang lain?" tanya Tamara ingin mengetes kekasihnya saja. Karena mereka tak selalu bersama walau bekerja di tempat yang sama.
"Karena aku cinta sama kamu, aku percaya sama kamu. Apalagi jika ingin berpaling dari aku harus berpikir dua kali," jawabnya melepaskan baju piyama kekasihnya.
"Kenapa?"
"Selain tampan aku juga sangat sangat sangat pandai memuaskan kamu di ranjang," jawabnya dengan senyum manisnya.
Tamara yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tak salah ucapan Kenzie karena ia memang sudah dibuat candu dengan kekasihnya ini.
Padahal alasan Kenzie percaya bukan hanya itu tapi Kenzie sudah memasang GPS di ponsel dan mobil pribadi Tamara. Hingga ia tahu kemana pun Tamara pergi dan lokasinya.
"Iya aku tahu kamu memang hebat. Tapi kalau aku hamil bagaimana. Sedangkan kita belum menikah?" tanya Tamara mengangkat kepala Kenzie dari dadanya.
"Aku akan menikahi kamu, Honey. Jangan khawatir begitu, kamu tahu aku dari dulu hm."
"Maka dari itu aku tanya. Karena aku tahu kamu suka kabur dari musuh siapa tahu kamu bakal kabur dari tanggung jawab," jawab Tamara mengelus senjata Kenzie yang masih bobo di balik boxernya.
"Hahaha kan kaburnya kita bareng, Honey. Aku gak akan pernah kabur sama orang lain," jawab Kenzie menatap Tamara dengan senyum licik nya.
Mereka berdua memang memiliki banyak musuh tapi itu jika malam hari. Untung tak ada yang tahu tentang siapa mereka.
"Aku mau kamu pegang perut aku," ucap Tamara dan di turuti oleh Kenzie.
Tangan pria itu sudah berada di atas perut Tamara dan mengelusnya.
"Aku telat 1 bulan," jawab Tamara yang membuat Kenzie menghentikan gerakannya lalu menatap Tamara dengan raut tak biasa.
"Serius udah telat?" tanya Kenzie sedikit terkejut dengan jawaban tiba tiba dari Tamara.
"Iya kenapa. Kamu gak seneng kalau kita cepat punya Baby," tanya Tamara dengan sendu. Ia takut Kenzie tak mau jika ia hamil dan melahirkan.
"Siapa yang gak seneng sih hmm? Aku cuma tanya. Aku gak nyangka kita akan memiliki bayi. Kita juga sudah pas untuk menikah dan memiliki anak sayang. Aku sudah tak muda dan kaku tahu itu," ujarnya mengelus perut Tamara dengan lembut kemudian mencium perut itu.
"Anak Papa gak boleh nakal hmm."
Tamara yang merasakan hal itu sedikit risih.
"Kan aku belum tentu hamil sayang. Aku cuma telat 1 bulan. Siapa tahu aku besok kedatangan tamu," jawabnya dengan lembut.
"Aku yakin kamu hamil. Besok kita cek ke dokter. Jika benar kamu hamil aku akan langsung menikahimu saat itu juga. Dan kamu boleh minta satu permintaan sama aku," ujar Kenzie memeluk tubuh Tamara dengan erat.
Ia bahagia jika benar Tamara hamil karena di rumah besar ini akan ada tangisan bayi yang tentunya akan imut dan lucu.
"Aku pegang janji kamu."
"Kita tidur atau?"
"Enak aja tidur, aku mau kamu," jawab Tamara tak terima. Ia mulai bangkit dan melepas pakaiannya yang masih tersisa.
Dan selanjutnya kalian pasti tahu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Eka ELissa
wduh tamara hmil ko makin garang...😁😁😁😁mo ehem"...
2022-07-23
3