Happy reading
"Ouh sayang ouhh, lebih cepat."
"Yes Honey."
"Ahh ahh ouh, Kenz."
"Ahh."
"Honey, im coming argg."
Bella yang sedang duduk di depan laptopnya itu tampak bergidik mendengar suara laknat dari kamar sebelah itu.
"Apa mereka lupa tidak menghidupkan peredam suara? Hais sungguh merusak pendengaranku," gumam Bella menghidupkan peredam suara di kamarnya agar ia tak kehilangan kesucian telinganya.
***
Sedangkan di kamar sebelah, tampak seorang laki laki yang masih betah di atas tubuh kekasihnya itu.
"Ouhhh kamu makin hebat saja," ujar Tamara mengelus dada bidang sang kekasih.
"Kamu juga semakin pandai mengimbangiku," jawabnya bermain di dada kekasihnya dengan lembut.
"Kamu siap mengandung anakku, Honey?" tanya Kenzie mengelus pipi kekasihnya yang sangat glowing karena keringat mereka.
"Aku siap saja, aku sangat menginginkan malaikat kecil itu ada di dalam perutku."
"Jadi kita harus rajin rajin membuatnya hmmm."
"Yah, karena kamu mesum sekali."
Keduanya tertawa dengan rendahnya tampak memikirkan seseorang yang mengumpati mereka.
***
Sedangkan Laura yang sedari tadi sampai rumah langsung berlari ke kamarnya itu membuat Lucas sedikit khawatir karena putrinya tak berbicara banyak padanya.
"Nia, apa Laura sudah memakan makan malamnya?" tanya Lucas yang melihat Nia yang berdiri di depan kamar Laura membawa nampan berisi makanan kesukaan putrinya itu.
"Belum, Tuan. Dari sore Nona Muda tidak mau membuka pintu kamarnya," jawab Nia masih mencoba mengetuk pintu kamar itu.
"Kenapa lagi anak itu?"
Lucas membuka pintu kamar itu tapi sepertinya di kunci dari dalam hingga membuat Lucas khawatir dengan keadaan sang putri.
"Laura sayang, buka pintunya."
Lucas berteriak memanggil putrinya, tapi apa ini. Biasanya Laura akan menjawab jika ia panggil tapi kenapa saat ini Laura diam tak membalas?
"Ambil kunci cadangan!" titahnya yang membuat Nia langsung mengangguk dan mengambil kunci cadangan kamar Nona Mudanya.
Tak lama Nia kembali dan memberikan kunci itu pada Lucas. Lucas memasukkan kunci itu ke dalam lubang tapi sepertinya Laura tidak mencabut kunci itu hingga membuat Lucas kesusahan membukanya.
Karena kekhawatiran yang mendalam membuat Lucas mendobrak pintu kamar itu dan betapa terkejutnya saat ia melihat kamar itu tampak gelap.
Cetek.
"Laura sayang kamu tidur, Nak?" tanya Lucas duduk di samping ranjang sang putri.
Lucas menyibak selimut bermotif bulan dan bintang itu. Betapa terkejutnya Lucas saat melihat wajah putrinya yang pucat pasi seperti ini.
"Mom."
"Nia ambilkan kompres dan baskom. Jangan lupa hubungi Dokter Mike," titah Lucas pada Nia.
Nia yang mendengar itu langsung menjalankan tugasnya. Sedangkan Lucas mengelus kening putrinya yang mengeluarkan keringat dingin.
"Kenapa kami bisa sampai demam sayang? Apa karena tadi sore?"
"Mom."
Lucas tersenyum kecut saat putrinya menggumamkan Mom dalam ketidak sadarannya. Apa karena wanita itu yang membuat Laura sakit seperti ini. Apa putrinya ini sangat merindukan kasih sayang seorang ibu.
"Ini Daddy sayang," bisikan mematikan AC kamar itu yang akan memperburuk keadaan Luara.
Tak lama Nia datang membawa baskom dan kompres untuk Nona Mudanya. Lucas mengambil kompres itu dan mulai mengompres dahi putrinya yang sangat panas baginya.
Laura sangat jarang sakit seperti ini, mungkin hanya flu biasa. Tidak sampai demam dan seperti ini.
"Mom."
"Dimana dokter Mike, Nia?" tanya Lucas dengan nada sedikit membentak.
Jujur ia tak bisa terus melihat putrinya yang bergumam Mom itu. Ia tak mau putrinya semakin tersiksa.
"Dokter Mike masih ada di jalan, Tuan. Mungkin sebentar lagi akan datang," jawabnya menunduk takut.
Lucas terus mengompres dahi sang putri, dan menyuruh Nia keluar dari kamar itu. Ia hanya ingin berdua dengan putrinya.
Menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk Laura memang tak mudah, Lucas harus membagi waktunya antara pekerjaan dan putrinya yang sangat membutuhkan kasih sayangnya sebagai ibu yang selalu ada untuk Laura putrinya.
"Maafkan Daddy sayang," ucapnya mengecup kening putrinya
Tak lama pintu kamar itu di ketuk oleh seseorang yang tak lain adalah Dokter Mike. Lucas membiarkan Mike memeriksa putrinya.
"Nona Muda hanya demam biasa, Tuan. Mungkin karena dia terlalu merindukan seseorang entah itu Daddynya atau Mommynya. Anak seperti Nona Muda masih sangat membutuhkan kasih sayang keduanya."
Jantung Lucas seperti di tikam oleh ucapan Mike, ia sadar selama ini putrinya selalu haus akan kasih sayang Mommy. Bahkan Nia yang notabene adalah Baby Sister itu tak bisa menggantikan posisi Mommy di hati Laura.
"Apa tidak ada yang parah? Dia tak biasa sakit sampai demam seperti ini," tanya Lucas dengan khawatir.
Apapun itu yang berhubungan dengan Laura ia akan bersikap sangat berbeda. Bisa dibilang sangat berlebihan tapi itulah dia.
Lucas tak mau istrinya kecewa karena ia tak becus mengurus putri mereka.
"Sejauh ini yang saya lihat tidak ada, Tuan. Tapi sebaiknya Anda pertemukan Nona dengan Mom nya. Karena sedari tadi Nona Muda selalu memanggil Mom di dalam bawah sadarnya."
Lucas yang mendengar itu hanya mengangguk. Apa ia harus mempertemukan Luara dengan Bella yang hampir mirip dengan istrinya?
"Ini obat untuk Nona Muda dan vitamin untuk Nona Muda. Jangan sampai telat meminumnya, Tuan," ucap Dokter Mike memberikan obat penurun panas dan vitamin Laura.
"Hmmm."
Lucas menerima obat itu dan kembali menatap putrinya yang sedang terbaring lemas itu.
Setelah itu Dokter Mike keluar dari kamar itu menyisakan dua orang manusia itu.
"Maafkan Daddy tak bisa memberikan apa yang kamu inginkan ini sayang. Karena Bella bukan Mommy kamu," ucapnya dengan sedih.
Karena hari sudah malam, Lucas menutup pintu kamar itu dan ikut naik ke atas kasur dan membenarkan selimut putrinya yang sempat melorot.
"Mom."
Lucas hanya bisa memeluk tubuh putrinya dengan lembut. Ia meletakkan kepala putrinya di dadanya. Ia tak bisa terus menerus mendengar gumaman sang putri.
***
Sedangkan disisi lain, Bella yang tak bisa tertidur itu hanya bisa menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri.
"Kenapa aku sangat susah tidur? Kenapa aku jadi resah seperti ini?"
Tiba-tiba saja ia kepikiran dengan gadis kecil yang sedari tadi mengusik pikirannya. Kenapa ia menjadi rindu dengan gadis kecil itu.
Seperti ada yang mengikat mereka untuk saling merindukan, bahkan mereka memiliki banyak persamaan mulai dari bola mata berwarna biru yang sama dengan miliknya.
"Kenapa bisa? Apa ini sebuah kebetulan atau apa?" tanya Bella pada dirinya sendiri.
Kata biru yang membuat siapa saja yang memandang mereka akan betah.
"Dan kenapa jantungku juga berdetak tak karuan seperti ini saat menatap mata Lucas? Apa sebelumnya kami pernah bertemu?" tanya Bella lagi.
Lama lama memikirkan hal ini membuatnya pusing tapi bagaimana ini. Ia tak bisa tidur dan selalu kepikiran dengan Laura.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
susi 2020
😎😎
2023-10-03
0
susi 2020
🙄😘
2023-10-03
0
Sri Mulyati
Siapa Bella?
kenapa ada ikatan bathin dengan Laura kecil dan Lucas.
penasaran Thorrr 🙄🙄🙄🙄
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-09-17
1