Happy reading
Setelah selesai bermain, Laura tampak senang berjalan menuju tempat orang tuanya. Yang tak lain adalah Bella dan Lucas yang ia anggap sebagai Mommy dan Daddynya.
"Mommy, Laula lapal," rengek Laura pada Bella seraya mengusap perut buncitnya.
"Perut Laura udah buncit gini masa masih lapar?" goda Bella mencubit perut buncit Laura dengan gemas.
"Emangnya apa aja yang ada disini?" tanya Bella.
"Ada nasi, roti, kokis, susu, es klim, dan kue na Daddy," jawab Laura menyebutkan apa yang tadi ia makan.
Hal itu membuat Lucas tersenyum, pasalnya putrinya bukan orang yang gampang akrab dengan orang baru tapi entah kenapa saat bersama Bella, Laura menjadi gadis yang sangat patuh.
"Dan sekarang Laura ingin makan apa?" tanya Bella pada gadis kecil itu.
"Makanan yang ada di lestolan itu, Mom."
"Ya sudah, kita ke restoran itu ya."
Laura mengangguk dan minta untuk naik ke atas paha Bella.
"Laura berat sayang," ujar Lucas yang tak enak Bella karena putrinya itu berisi dan tentunya berat.
"Tidak apa-apa," jawab Bella menjalankan kursi roda itu keluar dari area timezone yang sudah mulai ramai itu.
***
Tak terasa hari sudah mulai sore, hari ini Laura sangat senang karena bisa bermain dengan Mommy dan Daddynya.
Laura sangat nempel dengan Bella yang membuat Lucas tak suka. Kenapa putrinya jadi suka dengan orang asing daripada dirinya.
"Nona Bella, kami diminta Tuan Kenzie dan Nona Tamara untuk menjemput Anda," ucap seorang supir pada Bella yang tampak bermain dengan Laura.
"Oh baiklah, aku akan pulang. Kamu duluan saja."
"Mommy mau kemana?" tanya Laura dengan sedih.
"Tante harus pulang sayang, Laura sama Daddy ya," jawab Bella dengan senyumnya.
"Tapi Laura butuh Mommy. Bukan Tante."
Bella menatap Lucas yang mengangguk.
"Mommy punya rumah sendiri, sayang. Nanti kalau kamu mau kamu bisa ke rumah Mommy," ujar Bella mengecup kening Laura yang terlihat sedih.
"Tapi Mommy gak akan pergi lagi kan?" tanya Laura dengan sedih.
"Heem, kalau Laura kangen sama Mommy. Laura bisa datang ke rumah Mommy. Atau telepon Mommy juga boleh."
"Benelan Mom?"
"Iya sayang."
Akhirnya Laura mau ditinggal bela, tapi Bella tak tahan melihat raut wajah Laura yang sedih seperti itu. Perasaan mengganjal itu hadir dalam hatinya, kenapa ia bisa ikut sedih? Apa karena mereka bermain bersama.
Lucas menggendong tubuh Laura yang tampaknya bad mood lagi seperti tadi pagi. Tapi mau gimana lagi, mereka harus berpisah.
Bella mengambil permen dari dalam tasnya dan memberikan pada Laura.
Setelah itu ia berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan sana. Terlihat supir itu membantu Bella naik.
"Daaa mommy."
Lucas mengelus punggung putrinya, dan membawa Laura ke dalam mobilnya. Seperti posisi tadi mereka ke mall . Laura juga berada di pangkuan Lucas dan menelusupkan wajahnya di leher sang Daddy.
"Kenapa kamu mengusik pikiranku dan Laura? Sebenarnya siapa dirimu, Bella?" tanya Lucas dalam hati.
Ia menyetir mobil itu dengan kecepatan sedang agar tak membahayakan putrinya yang bad mood ini.
"Apa Mommy gak sayang ya sama Laula?" tanya Laura dengan sedihnya.
"Kata siapa?"
"Tadi Mommy gak ikut kita pulang, kenapa Mommy masuk mobilnya om tadi?" tanya Laura.
"Karena Mommy Bella punya rumah sendiri, Daddy sama Laura juga punya rumah sendiri kan?"
"Kasihan Ibu dan Ayahnya Mommy kalau ditinggal."
Sepertinya bocah itu mulai paham tapi tak bisa menghapus ke bad mood an dari Laura.
Lucas hanya bisa mendiamkan saja, ia tak mau membuat putrinya tambah bad mood karena mengoceh terus.
***
Sedangkan di dalam mobil, Bella tampak termenung memikirkan apa yang terjadi padanya. Kenapa ia sangat nyaman dengan Laura dan Lucas yang bahkan tak ia kenal.
Ia baru seminggu datang ke kota ini, tapi kenapa bisa ada seorang gadis yang langsung memanggil dirinya Mommy.
Sampainya di mansion megah itu, Bella turun dari mobil dan masuk di bantu oleh supir.
Ia melihat Kenzie dan Tamara yang sangat sibuk bermesraan hingga membuat Bella jangan sendiri.
"Kenapa kalian gak menemuiku tadi?" tanya Bella pada kedua sahabatnya ini.
"Kamu lagi asik sama laki-laki dan gadis kecil itu. Buat apa kita ganggu?" tanya Tamara mengalungkan tangannya di leher Kenzie.
"Kamu terlihat bahagia bersama mereka, Bel. Kamu seperti mendapat kebahagiaan yang tak kamu dapat di tempat sebelumnya," tambah Kenzie mengelus punggung pacarnya.
"Siapa pria dan bocah tadi?" tanya Tamara seolah tak tahu.
"Aku tak tahu, tapi gadis kecil itu memanggilku Mommy. Apa aku ini Mommy nya?" tanya Bella dengan penasaran.
"Kenapa kamu tanya begitu?" tanya Kenzie menatap sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu.
"Karena aku merasa, aku sangat dekat dengan mereka. Hatiku hangat melihat tawa Laura, aku juga bingung aku ini kenapa," jawabnya dengan bingung.
"Emm jika kamu ingin tahu jawaban dari semua pertanyaanmu itu kenapa kamu tidak ikut mereka? Siapa tahu kamu akan mendapatkan jawabannya," ucap Tamara mengecup leher pacarnya dengan mesra.
"Haiss kalian ini tidak ada tempat lain kah untuk bermesraan? Kenapa tidak menikah saja?" geram Bella saat melihat kemesraan dua pasangan ini dihadapannya.
"Makanya nikah dong, nanti Kenzie juga akan menikahiku saat kamu sudah menikah," jawab Tamara dan dianggukkan Kenzie.
"Aku belum kepikiran. Lagipula kakiku belum bisa digerakkan."
"Pria tadi."
"Aku tidak kenal siapa dia, aku hanya menemani anaknya bermain itu saja. Aku tak tega melihat wajahnya yang sedih."
Kenzie dan Tamara saling pandang dan tersenyum. Entah apa yang disembunyikan oleh mereka akan senyuman itu.
"Aku ke kamar dulu, kepalaku sedikit pusing karena memikirkan hal ini."
Mereka berdua mengangguk lagipula mereka sedang bermanja manja ria dan tidak boleh ada yang ganggu.
Setelah Bella masuk ke dalam lift, Tamara langsung menatap Kenzie dengan senyum manisnya.
"Biarkan dia menemukan apa yang selama ini dia cari. Kita hanya membantu dalam diam saja," ucap Kenzie mengecup bibir manis Tamara.
"Hmmm, dia pasti menemukan semua yang ia cari." Kenzie mengangguk.
"Sudahlah aku ingin bermanja dengan kamu, karena Bella sudah pulang. Kita lanjut ke kamar hmmm."
Tamara yang mendengar itu langsung mengangguk. Ia sudah candu dengan semua yang ada di tubuh pacarnya ini apa lagi itu.
"Kamu masih meminumnya kan?" tanya Kenzie dan dianggukkan oleh Tamara.
Kenzie menggendong pacarnya menuju kamar yang ada di lantai empat samping kamar Bella.
"Memang kamu mau aku hamil?" tanya Tamara dengan sedih.
Jujur saja Tamara ingin memiliki anak dari Kenzie tapi ia belum menikah dengan pria ini.
"Emm setidaknya kita nyicil buat hidung dan telinganya. Sisanya kalau kita sudah menikah hmmm."
"Tapi itu masih lama."
"Tidak akan lama, Honey. Karena Bella juga sebentar lagi akan menemukan belahan jiwanya."
Tamara menatap Kenzie dengan senyum, ia sudah berencana ingin tidak meminum pil yang selama ini ia konsumsi.
"Aku tak akan meminumnya lagi."
Bersambung
Kenzie dan Tamara hanya pemanis ya, biar gak bosen kalian sama cerita Lucas yang itu itu aja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰
2023-10-03
0
susi 2020
🤩🤩
2023-10-03
0
Sri Mulyati
Apa Bella juga Laura?
tapi yang meninggal siapa?
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-09-17
0