Bab 17 - Déjà vu

Beberapa botol bir dengan berbagai jenis telah tersedia di sebuah meja yang ditempati oleh Moon Ara dan dua orang penjaga istana dari Runthera itu.

Ben yang nampak begitu bahagia itu bergegas menuangkan minuman ke gelasnya dengan sangat antusias.

Sedangkan Vins di sampingnya sedang menatap jajaran bir itu dengan tidak nyaman, Ia melirik Ben yang baru saja meneguk habis minumannya.

"Tadi kau terlihat tidak berminat saat aku mengajakmu pergi kesini. Tapi lihat sekarang, siapa yang meminum bir itu seperti seekor monyet yang kehausan?" Gumam Vins dengan tatapan menyelidik terhadap Ben.

"Tadi aku tidak berminat karena aku tahu kau mengajakku minum tapi kau tidak membawa sepeserpun uang di sakumu, kan?" Timpal Ben.

Vins hanya tertawa kecil, "Itu karena biasanya aku menaruh uang di mantelku. Dan aku lupa membawanya."

"Tapi, Ben, Aku minta kau menahan nafsumu untuk tidak menghabiskan semua minuman itu sebelum kau mabuk berat dan menyulitkanku membawamu pulang. Lagipula ada seorang wanita disini, kau tidak boleh minum terlalu banyak!" Bisik Vins.

"Sudahlah, Pangeran. Minum saja yang ada di depanmu, jangan terlalu banyak memikirkan yang lainnya!" Balas Ben santai.

Sialnya, Ben sudah dibutakan dengan jajaran bir itu.

Kini Vins tersenyum kikuk menatap gadis yang duduk di hadapannya dengan begitu anteng memandangi mereka berdua yang sedang berbisik-bisik.

"Aku meminta maaf atas nama temanku, dia memang cukup memalukan." Kata Vins.

Moon Ara menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak masalah. Kau juga silahkan minum."

"Sejujurnya aku merasa sedikit canggung karena harus minum dan duduk di meja yang sama bersamamu, jika kau merasa tidak nyaman dengan situasi ini katakan saja ya, kita berdua bisa pergi." Ujar Vins sopan.

"Aku yang ingin membelikan kalian minuman, tidak perlu merasa sungkan."

"Tapi sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini, Nona. Kami menolongmu dari kejadian itu adalah sebuah kewajiban, kami tidak akan membiarkan penyerangan terhadap seorang wanita terjadi di kota kami."

"Dan aku akan senang jika kalian mau menerima bentuk ucapan terimakasihku ini." Kata Moon Ara sembari Ia menuangkan minuman ke gelas Vins.

"Terimakasih kembali untuk minumannya." Lalu Vins mengangkat gelasnya sambil melirik gelas milik Moon Ara yang masih kosong, "Kau tidak minum?"

Moon Ara menggeleng sambil tersenyum lembut.

"Apakah kau tidak boleh minum bir?" Tanya Ben.

"Uhmm.. tidak, aku hanya--"

Belum selesai yang diucapkan Moon Ara, namun Ben telag bergerak cepat untuk menuangkan bir itu ke gelas Moon Ara, "Sayang sekali bukan, jika kau datang kesini dan tidak minum sama sekali. Minumlah sedikit saja."

"Ben!" Tukas Vins kesal karena Ben terlihat begitu memaksa. Ben hanya tertawa kecil.

"Apakah penyerangan seperti yang kualami tadi sering terjadi disini, Tuan?" Tanya Moon Ara.

Vins menghela nafas, "Jika ditanya sering atau tidak, sebenarnya kota kami terbilang cukup aman dari tindak kejahatan semacam itu. Karena di setiap sudut di seluruh wilayah Kerajaan, para penjaga telah ditugaskan untuk berjaga sejak pagi hingga malam secara bergantian agar kota kami tetap aman."

"Tapi pria yang menyerangmu tadi bukanlah penduduk di kota ini. Dia adalah pengawal dari Kerajaan lain yang kebetulan sedang berkunjung ke istana. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya hingga menyerangmu seperti itu." Sambung Vins serius.

"Kudengar tadi kau bilang bahwa salah satu penduduk di suatu desa pernah juga mengalaminya, apakah kejadiannya sama seperti tadi?" Tanya Moon Ara hati-hati.

"Hampir sama, hanya saja yang dialami salah satu penduduk kami di desa itu lebih parah dari ini." Kata Vins.

"Benar. Dia bahkan sampai dikurung di rumahnya sendiri." Sahut Ben dengan santainya.

Lagi-lagi Vins melotot kepada Ben yang tidak bisa menjaga ucapannya.

"Separah itu kah? Apa yang terjadi padanya?" Tanya Moon Ara cemas. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan karena merasa begitu penasaran dengan cerita itu.

Vins menatap Moon Ara dengan waspada, Ia menatap ke dalam mata gadis di depannya yang nampak tidak sabar mendengar ceritanya. Dia terlihat seperti sedang mencoba menggali sebuah informasi.

Tidak seharusnya Ia menceritakan topik yang cukup sensitif tentang Kerajaannya ini kepada orang asing. Dan Vins mengurungkan niatnya untuk menjelaskan tentang kejadian Nyonya Mada padanya.

"Lupakan, aku seharusnya tidak mengatakan banyak hal tentang itu padamu." Ujar Vins lalu ditutup dengan senyuman manis.

"Tapi kenapa?" Tukas Moon Ara.

Vins menjatuhkan pandangan pada gelas yang digenggamnya yang menyisakan sedikit bir di dasar gelas itu, "Mungkin hal itu akan membuatmu berspekulasi terlalu jauh tentang kota kami, dan mungkin saja kau akan berpikir kota kami ini mengerikan."

Moon Ara menegakkan punggunggnya kembali dan berbicara dengan tenang, "Tuan Victor, Runthera adalah kota terbaik yang pernah kulihat. Keindahan dan kekayaan alamnya, keramahan penduduknya, dan kedamaian yang tercipta disini membuatku betah berada di kota ini. Aku akan sangat menyayangkan jika ada yang merusak ketenangan disini dengan penyerangan semacam itu."

"Omong-omong, aku juga tinggal di Wilayah Kerajaan Runthera. Hanya saja letaknya sedikit lebih jauh dari sini." Sambungnya.

"Benarkah? Kau tinggal dimana?" Tanya Ben penasaran.

"Uhm.." Bola mata Moon Ara bergerak cepat sementara Ia memikirkan nama sebuah kota yang diingatnya secara acak, "Mon.. Monostera."

Mendengarnya membuat mata Ben melebar, "Monostera?! Whoa, perumahan kelas atas itu. Kau punya rumah disana? Orang tuamu adalah bangsawan ya?"

"Ti-tidak juga."

"Jangan merendah begitu," Timpal Ben, lalu Ia menatap Vins dan dengan antusias menjelaskan betapa mengagumkannya kota tersebut kepada Vins yang sebenarnya tidak begitu tertarik.

"Kau bercanda, Kau tidak boleh pergi sendirian seperti ini. Panggil pengawalmu untuk menjagamu." Kata Vins serius.

"Tidak masalah. Aku hanya suka berjalan-jalan sendirian." Timpal Moon Ara singkat, "Lalu bagaimana dengan penduduk di desa itu? Seperti apa yang dialaminya?"

Vins menegakkan punggung lalu membungkuk sejenak, "Maafkan aku, Nona Ara. Aku tidak bisa mengatakannya terlalu banyak padamu demi menjaga nama baik Kerajaan kami. Tapi, kami sudah merawat penduduk tersebut hingga sekarang kondisnyai telah membaik."

Dari cara bicaranya yang santun, Moon Ara bisa menyaari bahwa penjaga itu bukanlah orang biasa.

Namun Moon Ara enggan lagi mendesaknya untuk mengatakan hal yang berusaha Ia tutupi itu, dan mengubur rasa penasarannya tentang serangan mistis Granades yang diam-diam mulai membaur di dalam Kerajaan ini.

"Apakah kau sudah lama bekerja di istana?" Tanya Moon Ara mengalihkan pembicaraan.

"Ya, hampir seumur hidupku. Aku terlahir di istana itu." Ujar Vins tenang sambil meneguk bir itu sedikit demi sedikit.

Moon Ara mengernyit heran, "Apa maksudmu terlahir disana?"

"Maksudku.. ibu dan ayahku juga bekerja disana ketika aku lahir." Vins tersenyum lebar ketika Ia nyaris menunjukkan siapa dirinya pada gadis itu.

"Kalau aku.. aku juga hampir seumur hidupku. Aku juga terlahir di istana.. ketika ibuku menjadi pelayan disana. Dan aku telah.. tumbuh bersama para Pangeran selama ini, dan diperintahkan untuk mengawal mereka kemanaaaapun mereka pergi...hihihi.." Ujar Ben.

Dari nada bicaranya yang melemah, Vins menyadari bahwa Ben sudah dalam kondisi mabuk, karena sejak tadi lelaki itu tidak berhenti meneguk habis minuman yang dituangnya.

Vins mencegah Ben yang hendak meminum bir itu lagi lalu menaruh gelasnya ke meja kembali hingga membuat Ben mendengus kesal.

"Jadi Runthera memiliki banyak Pangeran ya?" Tanya Moon Ara.

Vins menatap tajam ke arah Moon Ara, "Bukankah kau juga penduduk di Runthera, kau tidak mengenal keluarga Kerajaanmu sendiri?"

"Uhm.. Aku hanya bertanya, dan tidak terlalu peduli tentang itu." Jawab Moon Ara acuh, meskipun Ia benar-benar ingin tahu.

"Di Runthera hanya ada satu pangeran dan usianya sudah cukup tua, dia juga sangat buruk rupa." Jawab Vins sembarangan.

"Benarkah? Tapi Tuan Ben bilang, dia tumbuh bersama 'Para Pangeran'?"

Vins tertawa renyah, "Kau mempercayai apa yang dikatakan seseorang yang meneguk habis semua bir ini? Ben sedang mabuk."

Yang dikatakan Pria berkumis itu ada benarnya, mungkin saja Tuan Ben hanya bicara sembarangan karena dia mabuk.

Tapi sungguh? Pangeran disini seperti yang dikatakan si Victor itu?

Sementara gadis itu merenung memikirkannya, diam-diam Vins berusaha menahan senyumnya setelah berhasil mengerjainya.

Tiba-tiba datang seorang lelaki bertubuh tinggi dan gagah, Ia berjalan masuk dan dengan marah Ia mendekat ke arah meja Moon Ara dan dua penjaga istana itu.

Vins melihat gadis di depannya memutar bola matanya sebal ketika lelaki itu berdiri di depannya dengan mata melotot. Lelaki itu mencengkram lengan Moon Ara dan menariknya untuk berdiri.

Sontak Vins juga berdiri dan mencengkram bahu lelaki itu, "Hey, siapa kau? Lepaskan dia!"

Lelaki itu menatap dua pria berbusana penjaga yang duduk bersama Moon Ara, salah satunya sedang nampak lemas karena mabuk, Ia juga menyadari beberapa botol bir yang sudah kosong di meja itu dan semakin membuatnya terlihat marah.

"Setan kecil, apa yang baru saja kau lakukan huh?! Dengan dua manusia ini?! Berani-beraninya kau! Aku sudah mencarimu selama berjam-jam tapi kau malah duduk manis didalam sini?!" Serunya dengan begitu cepat.

"Hey," Vins menepuk bahu lelaki itu, "Bisakah kau bicara dengan pelan?"

Lelaki itu meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Vins, "Kau siapa?"

"Kau sendiri siapa?" Balas Vins singkat.

"Kau yang siapa?!" Lelaki itu melotot kepada Vins dan kembali berbicara dengan cepat, "Aku adalah kakak dari anak ini. Kenapa kau membawa adikku ke tempat seperti ini? Siapa yang menyuruhmu? Apakah kau sudah meminta izin pada Ibumu untuk pergi minum dengan membawa adik perempuanku? Apa yang sedang kau rencanakan? Hum?"

"Bisakah kau diam, Swain?" Cetus gadis itu.

Bahkan Vins sampai terperangah melihat lelaki itu berceloteh di depannya, "Maafkan aku, tapi dia yang mengajak kami."

Lalu perhatiannya kembali pada gadis itu.

"Seharusnya kau temani adikmu, kenapa kau membiarkannya pergi sendirian di tempat seperti ini? Apa kau tahu? Dia hampir saja diserang oleh orang asing. Untung saja kami cepat menolongnya." Sambung Vins serius.

Lelaki itu menatap tajam ke arah Moon Ara dan menarik tangannya, "Kita pulang sekarang!"

Vins tertegun ketika melihat situasi ini. Pandangan Vins mengikuti kepergian mereka berdua .

Gadis itu membiarkan tangannya ditarik oleh lelaki itu menuju ke pintu keluar, sesekali Ia memberontak karena kesakitan tapi lelaki itu tidak menghiraukannya.

Tatapan Vins masih tertuju pada mereka hingga gadis itu menengokkan kepalanya sebentar ke arah Vins sebelum menghilang di balik pintu itu.

Hal itu membuat Vins semakin merasakan sensasi yang begitu kuat, situasi ini seolah begitu familiar baginya.

Sehingga Vins kini hanya mampu duduk terdiam di kursinya sementara pikirannya masih terus melayang memikirkan suatu peristiwa yang seolah membekas yang tidak dapat Ia temukan itu.

......................

Langkah kaki bersepatu buts itu berjalan dengan pasti melintasi jembatan yang terhubung langsung ke depan gerbang istana Runthera yang sedang ramai penjaga.

Melihat busananya yang menunjukkan siapa dirinya dengan begitu jelas, Pengawal Leruviana itu dengan mudahnya melewati penjaga di pintu gerbang dan masuk ke istana dengan leluasa.

Ia terus berjalan melewati halaman istana yang diterangi dengan jajaran obor, membiaskan kilau merah yang seolah menyala di dalam tatapan matanya yang terlihat tajam itu. Seulas senyuman bengis terukir di wajahnya semakin melebar ketika langkah kakinya mulai dekat dengan istana Runthera yang begitu megahnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tinggalkan like dan komentarmu setelah membaca cerita ini yaa :)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!