Bab 6 - Separuh Manusia

“Eunaaa...”

Moon Ara menghentikan langkahnya, bergidik ngeri ketika mendengar ada yang memanggil namanya dengan nada manja yang terdengar menjijikkan itu.

Swain perlahan menghampirinya sambil tersenyum tengil, tanpa mengalihkan pandangan pada setangkai mawar yang sedang melayang di dalam cahaya sihir di tangan kirinya.

“Berhenti memanggilku begitu, Swain!”

“Itu namamu panggilanmu, kan?”

“Yeah, tapi jika kau yang memanggilnya. Aku jadi merasa geli!”

“Yayaya, aku tahu.. pasti karena suaraku membuatmu berdebar.” Timpalnya percaya diri.

“Pergilah dari sini,” Desis Moon Ara lalu melanjutkan langkahnya menuju ke tengah goa Pseudo untuk sekedar menikmati ketenangan goa di tengah sungai bawah tanah.

“Kenapa Tuan Shaga menyebutmu Euna?” Swain berusaha menyamai langkah Moon Ara.

“Euna artinya adalah sebuah perak. Di Granades, diantara empat saudaraku, aku di anggap seperti sebuah perak. Dia menyebutku begitu karena dia sayang padaku,” Ujar Moon Ara sambil tersenyum lebar.

Swain tersenyum masam, “Kau jangan terlalu percaya diri ya, Moon Ara. Para Umoya dikenal sebagai makhluk yang sadis dan terlahir dari sebuah kebencian, tak terkecuali Tuan Shaga. Jadi kau tau darimana dia sayang padamu? Hatinya saja mungkin sudah mati ribuan tahun yang lalu.”

Moon Ara tersenyum bangga, “Dia memanggilku Euna sejak dia dan Ayahku masih bersahabat. Dan dia selalu memberiku hadiah, hanya aku yang selalu mendapatkannya.”

“Oh, jadi mereka pernah bersahabat? Ternyata benar ya, yang namanya persahabatan itu tak akan ada yang bisa bertahan karena dimakan waktu, juga akan kalah jika diuji dengan materi dan kekuasaan." Ujar Swain, "Jadi ayahmu juga memanggilmu Euna?”

“Ya!” Lalu wajah berseri Moon Ara itu mendadak menjadi murung, “Tapi sekarang dia memanggilku pengkhianat,”

Swain bersendakap sambil menggelengkan kepala, “Tck, tck, tck.. Kau ini, Kasihan sekali ya,”

“Diam kau!” Tepisnya lalu melanjutkan langkahnya mengelilingi istana goa Pseudo milik Raja Shaga.

“Hey, lihatlah.. aku membuat bunga ini melayang.” Swain menggerakkan tangannya yang masih mengendalikan sihir pada setangkai mawar itu.

Kemudian Ia melayangkan bunga itu dan menangkapnya menggunakan bibirnya dengan begitu dramatis.

Ekspresi wajahnya yang sok tampan tampak sangat menyebalkan. Dia terlihat begitu membanggakan dirinya sendiri tanpa mengetahui kepada siapa dia sedang mempamerkan sihirnya yang masih tidak seberapa itu.

“Wow! Kau hebat sekali, dari mana kau bisa mendapat kekuatan itu, Swain??” Seru Moon Ara setengah hati.

Swain tersenyum miring, “Itu yang dinamakan... talenta.”

“Ohya? Lalu ini apa namanya?”

Moon Ara mengarahkan perhatiannya kepada pot bunga terdekat lalu menggerakkan tangannya, cahaya sihirnya melesat menabrak pot bunga itu hingga terangkat ke udara dengan sangat tinggi.

Hal itu membuat Swain tercengang.

“Wowowo.. k-kau juga bisa sihir?!”

Senyum Moon Ara membuat Swain tidak mau kalah.

Ia menggerakkan sihirnya kembali dan mencabut sebuah tanaman lalu mengangkatnya setinggi mungkin.

Moon Ara tidak mau kalah dengan kesombongan Swain, Ia mengerahkan sihirnya untuk mengangkat sebuah pohon.

Terus seperti itu hingga semua tanaman di taman istana goa Pseudowinter menjadi melayang hingga ke akarnya.

“Astaga! Apa yang kalian lakukan?!”

Shaga terkejut melihat pemandangan kacau di dalam goa Pseudo, dan memperintahkan mereka untuk menanamnya kembali seperti semula.

“Daripada kalian merusak lagi untuk melampiaskan rasa bosan, lebih baik kau ajak Euna jalan-jalan, Swain,”

“Betul sekali, Tuan! Pasar pasti sudah buka saat ini,”

“Pasar?” Pekik Moon Ara.

“Yeah, Aku biasanya membeli sesuatu di pasar. Pasar adalah tempat manusia menjual dagangannya kepada manusia lain---”

“Yayaya, aku tau soal itu, Swain! Tapi, kenapa kau harus jalan-jalan ke pasar? Memangnya mereka bisa melihatmu?” Tukas Moon Ara.

Pertanyaan Moon Ara membuat Shaga dan Swain saling tersenyum lebar yang tampak mencurigakan.

......................

“Swain... apa kau yakin, aku sekarang menjadi setengah manusia?” Tanya Moon Ara yang masih ragu ketika merasakan kakinya bisa menginjak tanah.

“Sssst!!” Swain menutup mulutnya. “Jangan bilang pada siapapun soal itu. Sekarang, anggap saja dirimu adalah manusia sepenuhnya.”

“Tapi.. bagaimana bisa? Aku belum terbiasa—“

“Lakukan saja seperti saat kau masih menjadi manusia,” Tukas Swain.

“Tapi itu adalah ratusan tahun yang lalu---" Moon Ara terbelalak ketika Swain berjalan lebih dulu meninggalkannya. "Swain! Swain! Kau mau kemana?!”

Swain melangkah meninggalkannya di tengah keramaian pasar. Para manusia di sekitarnya menatapnya dengan aneh. Ia merasa malu, namun Ia juga bahagia karena akhirnya ada yang bisa melihat keberadaannya lagi.

Sebuah ritual dan persyaratan yang sudah dilaluinya tadi malam tidak berakhir sia-sia, Shaga bisa membuatnya menjadi makhluk yang hampir seperti manusia biasa.

Moon Ara melompat kegirangan lalu berlari mengejar Swain yang semakin tak terlihat punggungnya di antara para manusia yang memenuhi pasar ini.

“Swain, tunggu!!”

Ia berlari tanpa melihat sekitar sehingga menabrak setiap bahu manusia yang berpapasan dengannya. Ia lupa bahwa Ia bukan lagi Umoya yang bisa berlari seenaknya tanpa terlihat dan menabrak siapapun.

Moon Ara melambat dan meminta maaf kepada setiap manusia yang memarahinya karena berjalan sembarangan, sehingga terdorong kesana-sini dan akhirnya Ia terjembab ke tanah karena gaun panjangnya terinjak oleh para manusia yang lewat.

Swain yang mendengar rengekan Moon Ara pun berbalik menghampirinya.

“Aku tau kau sekarang sudah seperti manusia, tapi kau masih baru. Jangan pergi jauh-jauh dariku,” Celoteh Swain sambil membantu gadis itu berdiri.

“Kau tadi meninggalkanku begitu saja! Lihat, semua orang memarahiku, dan menginjak-injak bajuku tau!” Dengusnya sebal.

Swain mengulurkan tangannya, “Ayo bangunlah, kita harus mencari baju baru untukmu. Baju itu terlalu aneh untuk di pakai manusia,”

Mereka berjalan-jalan mengelilingi pasar hanya untuk Moon Ara yang ingin membeli pakaian yang bagus menurutnya.

Swain heran, semua baju yang di jual di pasar ini yang terbagus, tapi tipe berpakaian Moon Ara benar-benar kuno. Diantara banyaknya gaun model terbaru, gadis itu justru menjatuhkan pilihannya kepada gaun bergaya kuno yang biasanya digunakan para wanita di jaman dahulu.

"Jangan yang itu, pilih lainnya!" Kata Swain.

Moon Ara menuruti ucapan Swain lalu memilah tumpukan gaun itu lagi, lalu menunjukkan satu pilihannya yang lain dan membuat Swain menepuk keningnya sendiri.

“Moon Ara, seleramu tua sekali. Jika kau memakai baju itu, kau akan terlihat seperti nenek-nenek!” Cetus Swain.

“Aku terlahir di era yang benar-benar lama, Swain. Wajar jika seleraku berbeda!” Timpalnya tidak terima.

Swain memilihkan sebuah gaun yang biasanya di pakai oleh para gadis di Kerajaan. Namun Moon Ara tetap ingin membeli gaun bermodel lama yang disukainya.

“Beruntung kau menjadi Umoya ketika masih muda, dan masih cantik. Bayangkan jika kau menjadi Umoya saat sudah tua. Kau harus menjadi abadi dengan tubuh renta,” Ujar Swain berbisik-bisik, ketika merasa seorang wanita pemilik toko pakaian itu sedang mengamati mereka dari jauh.

Si pemilik toko yang melihat dua anak muda berparas tampan dan cantik dengan penampilan yang berbeda dengan para penduduk desa lainnya itu pun tak sabar untuk menanyakan satu hal, "Kalian datang darimana, Nak?"

Swain dan Moon Ara tertegun mendengar pertanyaan yang mereka cemaskan itu, "Uhmm.. k-kita..."

"Karena sejak tadi kedengarannya kalian membicarakan sesuatu yang agak aneh. Seperti era lama, menjadi abadi, dan... tentang Umoya?" Sambung wanita itu yang kini memicingkan matanya menatap curiga ke arah mereka berdua.

Moon Ara dan Swain hanya terdiam dan saling memandang, bahkan jika sekarang mereka harus ketahuan oleh penduduk desa maka Moon Ara sudah siap menggunakan sihirnya untuk melarikan diri dari sini.

"Oh, apakah kalian yang akan tampil di teater nanti malam?" Sambung wanita itu lagi.

"Teater?" Pekik keduanya, lalu Swain buru-buru menambahkan, "Kau benar! Kita akan tampil di teater itu. Teater apa ya namanya?"

"Ah, sudah kuduga. Teater tentang Vampir itu, kan? Jadi kalian tadi sedang berlatih naskah rupanya, hahaha." Wanita itu tertawa karena sudah salah mencurigai dua anak muda di depannya itu.

Moon Ara menepuk dadanya merasa lega karena wanita itu masih bisa berpikir positif tentangnya dan Swain.

"Wah.. kau benar, teater Vampir! Wah ternyata kau tau tentang semuanya ya. Hahaha. Jangan sampai terlambat ya, kau tahu kan dimana lokasi teater itu?" Sahut Swain.

"Tentu saja, aku dan putraku sudah menanti teater ini sejak lama. Dan sore ini kami akan pergi ke pusat kota. Jadi peran apa yang kalian dapatkan?"

"Yang pasti adalah tokoh utamanya! Hahaha..." Gelak Swain yang kini malah terlihat menyebalkan.

Moon Ara menarik ujung mantel yang dikenakan Swain supaya lelaki itu menghentikan omong kosongnya. "Kita harus pergi dari sini sebelum mulut licinmu itu membocorkan siapa kita sebenarnya, Swain."

Moon Ara menyeret lengan Swain berjalan meninggalkan toko pakaian itu setelah Swain membelikan sepotong gaun cantik berwarna ungu muda yang menurut Swain cocok untuk gadis itu, dan menghiraukan celotehan Swain yang menanggapi pertanyaan wanita itu dengan kenakalannya.

"Wanita itu sangat mudah untuk mengatakan semua hal, dia wanita yang baik." Kata Swain, "Bagaimana kalau nanti malam kita pergi menonton teater juga, Euna? Kedengarannya seru sekali!"

"Pergi saja kalau kau mau berbaur dengan para manusia yang akan dengan mudahnya menyadari bahwa kau bukan bagian dari mereka." Sahut Moon Ara tanpa menatap Swain.

Swain tersenyum masam, "Menjadi Umoya itu terkadang rumit ya."

“Yeah, omong-omong kau sudah berapa lama menjadi Umoya? Jika kulihat dari penampilanmu, seperti seorang Pangeran di masa sekarang ya?”

“Dulu aku memang seorang pangeran, tapi suatu hal membuatku memutuskan untuk menjadi Umoya sepenuhnya,” Ucap Swain lirih.

Pandangannya jatuh ke langkah kakinya, Moon Ara menyadari guratan muram dan nada getir Swain ketika mengatakan itu.

“Apa yang terjadi?”

“Di Kerajaanku, ada lima pangeran yang sangat di agungkan. Sayangnya, aku bukanlah bagian dari kelima pangeran itu meskipun namaku masih tercantum dalam keturunan kerajaan. Mereka terlalu sibuk dengan kakak-kakakku sehingga melupakan keberadaanku. Dan, yeah, di dunia Umoya.. aku lebih diakui. Tuan Shaga mengangkatku menjadi Panglimanya."

Lalu Swain melirik Moon Ara sambil mencibir, "Dan sekarang dia mempercayaiku untuk menjadi pengasuh seorang gadis muda edisi lama. Aku tidak tahu apakah itu kenaikan pangkat atau malah turun?”

Ucapan Swain membuat Moon Ara meremas kerah baju Swain dan membuat lelaki itu berkelit.

“Bagaimana bisa kau bertemu dengan Paman Shaga?”

“Aku menemukan sebuah buku tua yang menceritakan tentang Umoya. Lalu menirukan semua yang ditulis disana dan bertemulah aku dengannya di goa Pseudo. Dan aku tidak akan pernah bisa kembali menjadi manusia lagi.”

“Apakah kau tidak ingin pulang ke Kerajaanmu?” Tanya Moon Ara.

“Tidak, lagipula semua yang aku kenal di Kerajaan itu mungkin sudah melupakanku. Dan yang kudengar, Kerajaan mereka sedang di pimpin oleh generasi yang baru. Aku tidak peduli. Lagipula, Aku lebih senang di kehidupanku yang sekarang,” Katanya dengan senyum yang terlihat begitu yakin.

Mata biru Moon Ara menatap lurus ke mata Swain yang berusaha menghindari pandangannya, “Kau tahu kan, manusia itu lebih baik daripada Umoya. Kenapa kau meninggalkan takdirmu begitu saja, Swain?”

Ia menghela nafas dalam, “Tapi seorang pangeran membutuhkan sebuah pengakuan dari semua orang, Euna.”

Swain mengakhiri pembicaraan dengan mengalihkan perhatian kepada sebuah pernak-pernik yang dijual sebuah kedai terdekat.

Swain sedikit menjaga jarak ketika mencium sesuatu yang aneh di kedai itu. Namun Moon Ara yang tertarik kepada sesuatu yang di jualnya pun langsung berlari mendekat ke kedai tersebut tanpa ragu, dan tiba-tiba Ia merasakan sebuah semburan asap yang seolah terasa membakar kedua matanya.

Semua orang terheran melihat Moon Ara berteriak kesakitan, sedangkan Swain yang langsung menangkap tubuh gadis itu berusaha membuat semua orang tenang dan seolah tidak terjadi apa-apa.

“Dia... Dia adikku, dan dia memiliki kelainan pada matanya, jangan takut ya,” Ucap Swain seadanya kepada orang-orang yang menatap mereka berdua. Lalu buru-buru membawa Moon Ara pergi dari sana.

Dengan tergesa Swain berlari membawa Moon Ara meninggalkan desa itu, orang-orang yang dilewatinya tampak heran ketika melihat seorang pemuda menggendong seorang gadis yang terus menangis di pelukannya itu.

Langkah Swain terhenti di tengah perempatan pasar yang dipadati penduduk Runthera, Ia kebingungan harus berlari kemana lagi untuk keluar dari desa itu sementara Moon Ara masih terus merintih.

"Sabarlah sebentar lagi, Euna. Tuan Shaga akan menyembuhkanmu. Tahan ya," Ucap Swain lembut.

"Nak! Kemarilah! Cepat naik!"

Seorang pria paruh baya yang berdiri tak jauh dari Swain berada itu melambaikan tangannya agar Swain mendekat ke delman miliknya. "Aku akan mengantar kalian!"

Sebenarnya Swain sangat membutuhkan tumpangan untuk segera keluar dari desa dan mendekat ke hutan agar mereka bisa merubah wujud menjadi Umoya. Tapi Ia harus menahan dirinya sebelum terjadi hal yang mengerikan.

Swain hanya tersenyum dan menggeleng, "Terimakasih,"

Pria itu berjalan mendekat dan membantu Swain mengangkat tubuh Moon Ara, "Sudahlah, ayo. Kasihan dia,"

Tak ada pilihan lain, Swain hanya bisa menuruti pria itu demi keselamatan Moon Ara.

"Ada tabib yang terkenal di sekitar sini, kau mau aku membawa kalian kesana?" Tanya pria itu yang tampak masih cemas melihat keadaan Moon Ara.

"Hutan! Tolong antar kami ke sisi hutan saja, Tuan!" Sahut Swain cepat.

"Tapi dia--"

"Kumohon antarkan kami ke hutan sekarang! Aku mengenal seorang tabib juga disana!" Timpal Swain.

Menyadari nada bicara Swain yang meninggi, pria itu hanya menurutinya dan mulai menjalankan kudanya.

Moon Ara sudah berada di kursi tumpangan delman tersebut bersama Swain ketika kuda milik pria itu tiba-tiba meringkik dengan keras dan berusaha untuk melompat-lompat.

"Kenapa dengan kuda ini? Maaf ya, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya." Ujar Pria itu heran.

Swain mengerti penyebab kuda ini tidak terkendali adalah karena keberadaannya dengan Moon Ara. Para hewan memiliki insting yang lebih sensitif terhadap makhluk tak kasat mata seperti mereka.

Berusaha menenangkan situasi, Swain memejamkan mata dan membaca sebuah mantra. Tak lama kemudian kaki-kaki kuda itu berjalan dengan cukup kencang membawa kereta yang ditumpangi Swain dan Moon Ara meskipun kuda itu masih terus meringkik dengan keras bersaing dengan suara rintihan Moon Ara.

Mereka tiba di sisi hutan. Swain membawa Moon Ara turun dari delman dan memberi beberapa koin, namun pria itu menolak dan menyarankan Swain untuk membayar pengobatan Moon Ara.

Swain dengan panik berlari menerobos hutan yang mulai berkabut untuk membawa Moon Ara kembali ke goa Pseudo secepatnya.

Sebuah portal yang terdapat di antara dua pohon pinus itu terbuka dan mengubah mereka berdua kembali menjadi Umoya.

“Apa yang kau lakukan padanya, Swain?”

Shaga terkejut ketika melihat Moon Ara yang masih dibopong oleh Swain memasuki goa Pseudo itu terus berteriak kesakitan.

“Aku tidak melakukan apa-apa, Tuan. Kami hanya berjalan-jalan, dan di suatu kedai.. mereka menyalakan sebuah lilin yang aromanya sangat aneh. Moon Ara malah mendekatinya, dan dia langsung kesakitan terkena asapnya.” Swain membaringkan Moon Ara di kasur dengan hati-hati.

"Pamaaan!! Mataku sakit!!! Tolong aku!!!"

Shaga berusaha menarik pelan kedua tangan Moon Ara yang terus menjerit kesakitan supaya dapat melihat apa yang terjadi padanya. Sepasang mata Moon Ara yang masih terpejam itu mulai terdapat ruam hitam dan mengeluarkan sedikit asap, “Dia sudah terkena asap dari lilin pengusir Umoya.”

Swain tercengang, lalu menatap Moon Ara dengan rasa bersalah, “Apakah itu berbahaya untuknya, Tuan?”

“Dimana kalian menemukan itu?”

“Di wilayah Kerajaan Runthera, Tuan. Biasanya aku kesana dan tidak mencium keanehan seperti itu, tapi sekarang mereka memasangnya.”

“Jangan datang ke tempat itu lagi! Suatu hal mungkin telah terjadi disana, sehingga mereka menjaga diri dari kedatangan Umoya.”

Di tengah kepanikan itu, sebuah keributan lain terdengar dari luar goa.

Shaga memerintahkan Swain untuk menyembuhkan Moon Ara selagi dirinya mencari tahu apa yang sedang terjadi diluar.

Shaga berjalan keluar dan menemukan seorang manusia utuh dengan sebuah busur panah di tangannya sedang ditahan oleh para penjaga istana goa miliknya ini.

Manusia itu terlihat seperti pemberontak. Ia tidak mengerti dimana dirinya berada dan terus meronta memaksa penjaga untuk membiarkannya masuk.

Auranya terlihat membara penuh dengan amarah dan kebencian. Namun Shaga bisa melihat kekuatan jiwa yang dimilikinya, dia adalah seorang petarung yang hebat.

“Lepaskan dia,” Ucapan Shaga seketika di turuti oleh para penjaga yang langsung melepaskan pemuda itu.

Dia mengusap kedua lengannya dengan kesal. Ia mengalungkan kembali busur panahnya di bahu dan tercekat begitu melihat sosok Shaga mendekatinya.

“Siapakah kau? Bagaimana bisa kau datang kemari?” Shaga menghampiri pemuda itu.

Namun baru beberapa meter, pemuda itu sudah mengacungkan pedangnya dengan pandangan tajam.

“Jangan mendekat! Atau aku akan menghancurkan semua yang ada disini!”

Ancamannya terdengar menyeramkan.

Namun Shaga tidak tergertak sedikitpun, Ia justru merasa kagum melihatnya. Para penjaga yang bersiap menyerang pemuda itu diisyaratkan Shaga untuk mundur dan membiarkannya menghadapi pemuda itu sendirian.

“Kalian para Umoya.. kuminta kalian untuk berhenti mengganggu manusia! Ataupun menyerang mereka dengan sihir kalian yang terkutuk itu!”

Shaga tersenyum, “Itukah tujuanmu datang kemari?”

Pemuda itu tidak menjawab dan hanya menghujam Shaga dengan tatapan tajam.

"Siapakah dirimu?"

“Aku Vins dari Runthera. Ibuku, Ratu dari Kerajaan Runthera.. dia sedang sakit keras sehingga membuatnya koma bertahun-tahun. Karena ulah mahluk dari bangsa kalian! Dan Ayahku...”

Vins tertunduk lirih mengingat kesadisan para umoya yang membantai Ayahnya hingga mati. Sejak saat itu Vins telah kehilangan separuh hidupnya.

Ia menjatuhkan lututnya ke tanah lalu mengerang sambil menyeka air matanya.

“Aku Pangeran dari Runthera. Telah datang kesini dengan tekat ingin membalaskan dendamku. Aku tahu sudah bersikap tidak sopan, tapi aku sudah kehilangan perilaku seorang Pangeran dalam diriku sejak kalian menghancurkan keluargaku! Bisakah kau bayangkan itu? Pernahkah kalian memikirkan tentang kebahagiaan seseorang sebelum merusaknya? Bisakah kalian berhenti membuat kekacauan? Hah?!” Teriaknya kepada Shaga yang masih tenang mendengarkan ceritanya.

Shaga tahu Pangeran itu sedang dikuasai amarah. Ia terlihat benar-benar frustasi ketika mengatakan tentang itu. Shaga berusaha untuk tidak tersinggung dan mendengarkan keluh kesahnya hingga selesai.

“Perkenalkan, Aku Shaga. Pemimpin dari bangsa Umoya Pseudowinter. Kami para umoya, memiliki dimensi yang berbeda-beda yang membuat kami bisa mengendalikan yang mana yang mau kami lakukan, dan mana yang tidak seharusnya. Yang kami tahu, kami tinggal dengan damai di dalam goa ini, dan tidak pernah menyentuh kehidupan manusia manapun, kami hidup dalam dimensi kami sendiri.” Ujarnya dengan seulas senyum lembut.

“Kami bisa berhenti membuat kekacauan. Jika saja kau mau mengatakannya kepada kami, apa yang telah kami lakukan kepada keluargamu, dan kapankah hal itu terjadi?”

Baru saja pemuda itu menarik nafas hendak menjawabnya, Shaga langsung

memotongnya. “Tapi izinkan aku mempersilahkanmu untuk masuk ke dalam istanaku.”

Vins enggan mengikuti Umoya dengan cahaya putih bersinar itu, Ia tidak bisa mempercayai siapapun disini.

Sedangkan Shaga menoleh dan tertawa pelan melihat Pangeran itu masih berdiri disana dengan tatapan waspada kepadanya.

“Tak perlu khawatir. Aku berjanji tidak akan menyemburkan sihirku kepadamu, aku hanya ingin mendengarkan keluhanmu dan meluruskan semuanya. Dan, kurasa aku bisa membantumu, Pangeran.”

Kata-kata Shaga yang terlihat tulus nampaknya membuat Vins sedikit mempercayainya. Meskipun kini pedang itu masih berada dalam genggamannya untuk berjaga-jaga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!