Tugas ku

Mini bus yang di tumpangi oleh Aleena bersama dengan suami serta seluruh rekanya kembali melewati kota. Sebelumnya mereka tidak memasuki kota Barda, melainkan melewati jalan lintas yang ada di luar kota tersebut.

Mereka tidak berhenti saat melewati sebuah kota kecil. Namun kali ini mereka berhenti, tatkala melewati sebuah kota yang cukup ramai. Bus yang dikendarai oleh robot tersebut mulai memasuki sebuah tempat parkir yang cukup luas. Adam meminta semua rekannya untuk turun dan beristirahat sejenak, sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Mini bus tersebut berhenti tepat di parkiran sebuah hotel sederhana dan lebih terkesan klasik. Pada papan nama bertuliskan Yasmine Classic hotel. Beni kembali memasukkan mini bus tersebut ke dalam ruang penyimpanan miliknya.

Sebelumnya hanya terlihat beberapa orang yang melewati teras hotel tersebut. Namun setelah Adam menginjakkan kakinya di lobi hotel. Seluruh pegawai berseragam sama, terlihat berbaris rapi dan mulai menunduk sesaat.

"Selamat datang tuan muda."

Mereka serentak mengucapkan salam selamat datang. Adam hanya berdehem, kemudian melambaikan tangannya.

"Aku ingin beristirahat sejenak dan siapkan jet pribadi untuk ku. Aku akan ke kantor pusat."

"Baik tuan muda. Mari saya antar ke kamar anda."

Adam hanya berlalu tanpa memperdulikan semua pegawai hotel yang masih sedikit menunduk. Semua pelayan mengantar mereka ke kamarnya masing-masing. Termasuk manajer hotel, yang mengantar sendiri Adam menuju ke ruangannya. Aleena hendak memasuki sebuah kamar yang diperuntukkan bagi Nadeen. Namun seketika, tangannya di sambar oleh Adam.

"Kau ikut bersama dengan ku."

Aleena masih terdiam. Adam kembali berucap.

"Kau lupa dengan statusmu?"

Aleena mulai berjalan beriringan dengan suaminya untuk memasuki kamar lainnya. Setelah manajer hotel membukakan pintu sebuah ruangan. Adam sedikit tersenyum dan kembali berucap.

"Bawakan aku beberapa jenis pakaian ternama yang di tempat terdekat. Antarkan secepatnya. Istriku harus berganti pakaian."

Sang manajer hotel kembali menunduk dan mulai berkata dengan sedikit tergagap.

"Maafkan kelalaian saya, karena tidak mengetahui kedatangan nyonya muda."

Aleena tidak menjawab dan memilih untuk memasuki ruangan tersebut. Adam hanya sedikit tersenyum dan mengucapkan terimakasih sebelum ia menutup pintu kamarnya.

Setelah Adam memasuki ruangannya, kehebohan terjadi pada semua karyawan hotel. Sang manajer sudah meminta beberapa pegawainya untuk membawakan beberapa gaun yang seukuran dengan seorang wanita yang baru saja dilihatnya. Sementara yang lainnya, sibuk menyiapkan makanan dan banyak hal lainnya. Termasuk jet pribadi sesuai dengan permintaan tuan muda mereka.

Sementara di ruangan tersebut, Aleena terlihat begitu terkesima dengan desain kamar yang elegan dan terkesan klasik tersebut. Aleena bahkan menyentuh beberapa barang yang menurutnya sangat bagus. Seperti kursi yang terbuat dari rotan pilihan dan dianyam dengan baik. Ada pula beberapa lampu unik yang terletak di samping tempat tidur. Belum lagi karpet serta hiasan dinding lainnya.

Meskipun hanya gadis desa, namun Aleena sempat berkerja berbagai jenis pekerjaan yang di minta pihak outsourcing yang ia ikuti. Tentunya hanya pekerjaan baik yang diterima oleh perempuan tersebut. Meskipun hanya cleaning servis, asalkan pekerjaan itu adalah halal. Aleena akan bekerja dengan baik. Berulang kali dia memasuki hotel dan perkantoran, namun baru kali ini ia masuk ke dalam sebuah hotel yang bernuansa klasik. Ucapan Adam menghentikan kegiatan gadis tersebut.

"Aku akan membersihkan tubuh ku terlebih dahulu. Mereka membutuhkan beberapa waktu untuk mencarikan pakaian ganti untuk mu."

"Aku masih memiliki banyak pakaian ganti. Kenapa harus beli?"

"Kau adalah nyonya Adam sekarang. Apapun yang kau pakai dan apapun yang kau perbuat, akan menjadi urusan ku. Termasuk semua penampilan mu. Kau adalah kehormatan ku. Tolong siapkan beberapa kemeja dan jas dari lemari itu. Kemudian bantu aku menggosok punggung ku."

"A... Aku."

"Iya. Siapa lagi?"

Adam berlalu masuk ke kamar mandi. Namun Aleena masih terdiam sejenak di tempatnya. Gadis itu mulai tersadar saat mendengar pintu yang ditutup dengan sedikit keras. Aleena berjalan mendekati sebuah lemari besar yang ada di samping ruangan tersebut. Gadis itu mulai memilih kemeja yang serasi dengan sebuah jas yang sudah dipilihnya.

"Apakah dia juga ingin mengenakan dasi?"

Aleena hanya bergumam sendiri. Namun gadis itu juga memilih sebuah dasi dan juga kaos kaki bahkan pakaian dalam. Tidak berselang lama, seseorang terdengar mengetuk pintu. Aleena beralih untuk membuka pintu. Manajer yang tadi mengantar mereka, sudah terlihat kembali seraya membawa beberapa orang yang membawa beberapa setel pakaian.

"Silahkan nyonya memilih."

Aleena meminta semua orang itu masuk dan mulai memilih beberapa pakaian.

"Kenapa hanya dua nyonya. Kami akan menatanya di dalam lemari jika anda berkenan."

Sang manajer tertegun sejenak saat ia melihat nyonya majikannya hanya memilih dua setel pakaian. Tidak berselang lama, terdengar suara Adam dari dalam kamar mandi.

"Letakkan saja semua pakaian itu di sana dan kalian pergilah. Lena cepat masuk ke mari dan bantu aku."

Tanpa sepatah katapun mereka semua mulai keluar dari dalam ruangan tersebut. Aleena mulai berjalan mendekati kamar mandi. Jantungnya benar-benar seolah sedang lari maraton, saat ia tiba di depan pintu tersebut. Sebelum suaminya kembali berteriak memanggilnya, ia bergegas membuka pintu tersebut dengan hati-hati.

"Ayo cepatlah Leen. Tolong gosok punggung ku."

Terlihat Adam sudah berada di dalam sebuah bathtub yang dipenuhi oleh busa sabun. Dengan sedikit gemetar, Aleena mulai menggosok punggung pria tersebut. Aleena beberapa kali memejamkan matanya, saat melihat lengan kekar yang ada di hadapannya.

"Apa kau takut melihat tubuh ku. Hingga wajahmu begitu pucat.'

Aleena terdiam setelah mendengar ucapan pria yang masih memunggungi dirinya. Perlahan Aleena mengangkat wajahnya yang sedari tadi hanya tertunduk. Gadis itu terperanjat, saat melihat sebuah cermin yang cukup besar tertempel pada sebuah dinding di hadapannya. Aleena hanya menghentakkan kakinya kesal dan berlalu dari tempat itu. Sementara Adam hanya tersenyum kecil dan segera membilas tubuhnya.

Setelah pria itu keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Aleena yang terduduk di sebuah kursi panjang di depan televisi.

"Maaf aku hanya bercanda. Ayo bantu aku keringkan rambut ku."

Aleena hanya menurut, dan mulai mengusap lembut kepala suaminya dengan handuk kecil. Kemudian menyalakan hairdryer. Gadis itu meminta Adam untuk duduk. Karena jika pria itu tetap berdiri, Aleena akan sedikit kesulitan. Karena tinggi badannya hanya sepundak pria dihadapannya itu.

Aleena berpindah ke belakang Adam. Karena pria itu meletakkan kedua tangannya di pinggang rampingnya. Sebenarnya Adam sangat menikmati posisi tersebut, karena harum tubuh gadis itu tercium jelas oleh hidungnya. Namun Aleena masih sedikit risih, dengan tingkah pria yang sudah sah menjadi suaminya tersebut.

"Kancing kan kemeja ku dan pasangkan dasi ku. Entah seperti apa orang yang akan aku temui nanti."

Adam menghela nafas panjang dan menjulurkan lengan kemeja yang belum terkancing.

"Naiklah."

Kali ini Aleena naik ke atas kursi untuk memasangkan dasi di leher suaminya.

"Pergilah mandi. Aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan ku. Dan jangan lupa untuk memasukkan semua pakaian yang kau suka ke dalam ruang penyimpanan mu. Jika ada yang kau inginkan lagi, katakan saja."

Aleena tidak menjawab dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa ia juga membawa baju ganti.

Adam mulai fokus pada layar laptop nya. Terdengar suara ketukan pintu. Adam hanya menyahut, tanpa mau membukanya.

"Ya. Ada apa?"

"Jet pribadi anda sudah siap tuan."

"Suruh dia menunggu. Aku ingin makan terlebih dahulu. Siapkan semuanya."

"Baik tuan."

Tak berselang lama, Aleena keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan pakaian berwarna abu-abu. Kali ini Aleena hanya memakai masker biasa. Dia sudah terbiasa menggunakan masker ataupun niqab untuk menutup sebagian dari wajahnya sejak terjadi pandemi virus pada beberapa tahun yang lalu. Namun terkadang gadis itu hanya memakai masker bila keluar rumah ataupun bekerja saja. Ayah dan kakaknya pun menganjurkan hal itu, karena kecantikannya bisa mendatangkan mala petaka bagi dirinya.

Aleena sudah mengeringkan rambutnya dengan hairdryer yang juga terdapat di dalam kamar mandi, serta sedikit berias seadanya. Karena gadis itu memang tidak begitu menyukai make up yang terlalu tebal.

"Aku menyukai aroma tubuhmu. Katakan padaku, parfum apa yang kau pakai. Sehingga aku bisa memesannya untuk mu."

Adam menghampiri Aleena dan menghirup aroma tubuh wanita tersebut. Kedua tangannya sudah memeluk erat pinggang ramping istrinya.

"Selesaikan kembali tugas mu."

Aleena mencoba melepaskan tangan kekar itu dari pinggangnya.

"Tugas ku bahkan belum di mulai. Bagaimana bisa selesai."

Adam masih menghirup aroma tubuh Aleena yang sudah menjadi kebiasaan barunya.

"Jadi, kau mau aku melakukan tugas itu sekarang?"

Aleena semakin bingung dengan semua ucapan suaminya.

"Apa kau tidak bisa menahannya?"

Ucap Adam lagi. Gadis itu semakin bingung dengan semua ucapan pria yang masih saja meletakkan wajahnya pada ceruk lehernya yang sudah tertutup oleh hijab.

"Kita sebaiknya makan dulu. Karena pesawat kita sudah menunggu. Jika aku harus mengerjakan tugas ku sekarang. Bisa-bisa kita akan berangkat besok."

Karena begitu kesal, akhirnya Aleena menanggapi ucapan suaminya.

"Sebenarnya apa tugasmu. Hingga harus dikerjakan sampai besok."

"Tugas ku di ranjang."

Aleena menepuk pelan keningnya. Gadis itu memilih keluar dari dalam kamar dan menuju ke restoran yang ada di dalam hotel. Adam tersenyum puas dengan semua kejahilannya. Dia berhasil membuat wajah Aleena benar-benar pucat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!