Pembangunan ke tiga

Semua pria sudah mulai melangkah mendekati beberapa batu bata yang sudah di sediakan oleh para robot di setiap sisi bangunan yang akan mereka buat. Mereka memutuskan untuk segera memulai pembangunan, sebelum matahari bersinar cukup terik.

Selain para robot yang masih terus di gerakkan oleh Green, beberapa pria bertubuh tegap mulai ikut membantu. Mereka adalah para tentara yang memang ditugaskan di tempat tersebut. Biasanya setiap pagi mereka berlari secara berkelompok mengelilingi seluruh kamp. Namun saat ini mereka ikut mengangkut, serta memasang batu bata yang sudah tersedia. Beberapa penduduk yang tidak sedang berkebun pun ikut membantu.

Nadeen dan Aleena kembali berkutat dengan beberapa bahan makanan di dalam tenda terbuka mereka. Beberapa penduduk serta nenek Pam terlihat diantara mereka. Seorang gadis kecil terlihat begitu semangat untuk menjaga serta bermain dengan semua anak-anak.

Dia adalah Aurel, cucu satu-satunya pasangan tua dari nenek Pam dan juga suaminya. Mereka selamat dari kejamnya tentara lawan karena pengorbanan dari ke dua orang tua Aurel. Putra dan menantu mereka berusaha melawan semua tentara musuh yang mencoba menyakiti keluarga tersebut.

Hingga timah panas yang diarahkan pada sang anak, yaitu Aurel beralih menembus dada sang ibu. Sementara sang ayah masih bisa membawa mereka semua untuk menuju ke perbatasan. Namun sayangnya penyerangan kembali terjadi hingga ia gugur demi menyelamatkan putri serta ke dua orang tuanya. Ditempat inilah mereka bertemu dengan Nadeen yang melanjutkan perjuangan dari begitu banyaknya pria yang mati demi seorang anak serta ayah ataupun ibu mereka.

Aurel menggantikan tugas Aleena untuk menjaga semua anak-anak. Gadis yang baru berusia belasan tahun tersebut, begitu telaten merawat semua anak-anak. Aurel membawa semua anak-anak serta orang dewasa untuk sekedar berkeliling melihat tempat tinggal baru mereka. Kali ini mereka tidak berjalan kaki, melainkan menaiki sebuah kereta mini yang memang diperuntukkan bagi semua orang.

Aurel menunjukkan tempat di mana mereka bisa belajar, sembahyang serta posko pengobatan dan juga pos penjagaan. Tempat penting untuk melaporkan bila terjadi sesuatu yang tidak terduga, ataupun untuk meminta berbagai jenis kebutuhan mereka.

Setelah mendengarkan beberapa penjelasan dari komandan militer yang bertugas di tempat tersebut, mereka kembali ke tenda sementara yang telah tersedia. Meskipun ada petugas dari kemiliteran yang bertugas untuk merawat dan menjaga anak-anak, namun Aurel tetap tidak tinggal diam. Gadis itu selalu berusaha membantu sebisa mungkin. Dia juga mengikuti setiap pelatihan yang diadakan di dalam kamp tersebut, meskipun bukan sebagai anggota inti.

Sosok Aurel tidak sendiri. Masih banyak gadis belia yang harus hidup sebatang kara karena peperangan yang tak berkesudahan ini. Mereka semua mendapatkan latihan tersendiri, meskipun hanya sekedar untuk bisa membela diri mereka sendiri. Para gadis belia itu masih merasa bersyukur karena sudah bisa mengurus diri mereka sendiri. Karena di tempat itu, masih banyak anak-anak yang berusia balita.

Aleena dan Nadeen sudah selesai membuat banyak makanan untuk semua orang. Dengan dibantu oleh beberapa warga pengungsi lainnya, semua makanan itu sudah tersedia lebih awal dari waktu makan siang.

"Kalian senang dengan tempat baru kalian?"

Aleena bertanya kepada beberapa anak yang ada dihadapannya. Serentak semua anak-anak itu memeluk Aleena dan berkata terimakasih. Aleena mengusap satu persatu rambut mereka.

"Jika rumah kita sudah siap. Kalian akan mendapatkan ranjang sendiri-sendiri. Jangan lupa untuk belajar dan membantu sebisa mungkin semua pekerjaan para orang dewasa. Kalian mengerti?"

Beberapa anak yang berusia lebih dari lima tahun mengangguk mengerti. Sementara yang lainnya hanya diam. Aleena mulai membagikan makanan yang sudah mereka siapkan kepada setiap anak. Seorang anak yang berusia delapan tahun, sempat bertanya sebelum mulai menyendok makanan yang ada dihadapannya.

"Apakah masih ada makanan untuk para paman serta kakak-kakak yang lain?"

Aleena mengusap lembut kepala pria kecil itu, seraya tersenyum manis.

"Tentu saja tampan. Masih tersedia banyak makanan untuk kita semua. Sekarang makanlah."

Mereka yang mendengar hal itu merasa begitu terharu. Walaupun kebersamaan mereka tidak terhitung lama, namun seorang anak kecil bisa berfikir untuk saling berbagi. Dan bahkan memikirkan apakah mereka semua bisa makan atau tidak.

"Makanlah yang banyak. Masih ada banyak makanan untuk kalian. Dan jangan lupa untuk ikut berlatih bersama para paman itu, untuk melanjutkan perjuangan negara kita."

Nadeen kembali menyodorkan beberapa buah dihadapan mereka. Semua anak yang mengerti ucapan Nadeen, serentak mengangguk dan bergegas menghabiskan makanannya.

Dengan bantuan semua orang, tembok rumah sudah selesai di buat. Green kembali mengendalikan beberapa robot untuk menaikkan baja ringan sebagai pilar untuk atap rumah.

Aleena mendekati Green yang masih berkonsentrasi pada setiap robot yang ia kendalikan. Gadis itu begitu terkesima dengan cara kerja para robot. Mereka memiliki pekerjaan yang berbeda, namun Green bisa mengontrol mereka semua dengan baik.

Beberapa robot menaikan baja ringan, sementara yang lainnya memasang sekrup serta ada yang bertugas untuk mengencangkannya. Jimmy dan yang lainnya sudah berhenti untuk beristirahat, namun Green masih tetap bekerja mengendalikan semua robot tersebut.

"Kau yakin tidak ingin berhenti sejenak?"

Aleena menatap burung beo tersebut dari samping, setelah selesai memberikan makanan kepada Oby dan Shadow.

"Aku masih bisa. Apa kau lupa jika aku juga sebuah robot."

Green berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari layar transparan yang ada di hadapannya.

"Terkadang memang kau terlihat normal seperti burung lainnya."

Aleena berlalu dari tempat tersebut. Usai makan dan mengistirahatkan tubuh sejenak, Noha dan yang lainnya kembali bekerja untuk memastikan para robot itu bekerja dengan benar. Selain itu mereka mulai membuat beberapa sekat untuk memisahkan beberapa ruangan.

Sebuah pintu geser mulai terpasang pada sebuah ruangan yang sudah selesai pemasangan keramik pada lantainya. Para robot sudah hampir menyelesaikan pemasangan atap pada rumah tersebut. Beberapa robot lainnya sudah beralih membantu memasang keramik pada lantai setiap ruangan.

Terdapat tiga sekat pada rumah tersebut. Masing-masing adalah ruangan yang cukup besar. Satu ruangan untuk anak-anak, Sementara dua lainnya untuk para pria dan wanita dewasa. Ada satu ruangan besar setelah pintu masuk utama. Ruangan tersebut akan digunakan untuk ruang tamu, serta ruang makan dan juga dapur. Sementara kamar mandi ada di bangunan lainnya yang hanya bersebelahan dengan pintu dari dapur.

Hari sudah berganti malam, namun mereka masih belum berhenti dari pekerjaannya. Saat ini mereka masih menyelesaikan pemasangan keramik lantai pada teras rumah. Sementara Aleena dan Nadeen juga terlihat sibuk membersihkan setiap ruangan bersama dengan para orang tua. Mereka ingin secepatnya bisa tidur di rumah baru mereka.

Setiap tembok ruangan tidak menggunakan cat tembok yang berwarna warni, melainkan wallpaper yang sudah terpasang rapi dengan berbagai jenis warna dan corak. Setelah ruangan selesai di bersihkan, Adam mulai mengeluarkan banyak tempat tidur yang sudah ia bawa sebelumnya. Begitupun bantal, guling serta selimut.

Ruangan yang pertama kali di tata adalah ruangan untuk anak-anak. Beberapa gambar kartun, hewan serta bunga, tampak menghiasi setiap dinding dari ruangan tersebut. Lebih dari sepuluh tempat tidur bertingkat tertata rapi di ruangan tersebut, lengkap dengan kasur busa serta bantal dan guling yang sudah di tata rapi. Adam pun meletakkan beberapa lemari untuk menyimpan semua baju dan perlengkapan.

Anak-anak terlihat begitu gembira dengan kamar baru mereka. Adam bahkan mengeluarkan banyak sekali boneka besar maupun kecil, serta berbagai jenis mainan dan segala macam peralatan untuk belajar.

"Terimakasih tuan muda."

Aleena tersenyum semanis mungkin, setelah melihat semua yang diperbuat oleh Adam. Meskipun masih dengan lentera kecil, namun semua anak-anak itu begitu senang dan mulai tertidur lelap.

Noha dan semuanya berhenti bekerja setelah menyelesaikan bangunan tersebut. Meskipun belum ada listrik dan hanya menggunakan lentera kecil, namun mereka sudah begitu bersyukur. Hari berikutnya mungkin mereka akan mulai memasang kabel untuk mengalirkan listrik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!