Pembangunan pertama

Jimmy menyerahkan beberapa lembar dokumen kepada salah seorang penjaga.

"Anda benar tuan. Tempat ini memang kamp pengungsi yang terakhir. Namun perlu anda ketahui tuan. Jika ingin tinggal di tempat ini tidaklah mudah. Tidak ada ruang yang tersisa untuk mereka semua. Kalian harus membangun sendiri rumah kalian. Tempat ini terbuka untuk semua orang. Namun jika ingin tinggal dan menetap, kalian harus membangun rumah sendiri. Meskipun kami juga akan membantu nantinya. Pihak pemerintah tidak ingin ada salah satu penduduknya yang hanya bergantung pada orang lain serta pemerintah. Meskipun kami berusaha memberikan bantuan yang diperlukan."

Adam dan yang lainnya mendengar semua penuturan yang diucapkan oleh sang penjaga. Tuan muda itu segera berucap untuk membuat semua urusan cepat selesai.

"Jika memang diperbolehkan. Lalu di mana kami harus membangun tempat tinggal untuk mereka. Asalkan kalian tahu, yang kami bawa bukanlah para pria yang masih kuat untuk berkerja. Melainkan para orang tua serta anak-anak kecil."

"Tuan, bukannya kami tidak akan membantu sama sekali. Kami mohon pengertiannya pada tuan sekalian. Kami tidak memiliki banyak petugas. Seluruh pengungsi serta penduduk di sini pun kebanyakan orang tua dan anak-anak. Intinya, kami juga meminta bantuan dari anda semua."

Adam dan yang lainnya mengangguk mengerti. Kemudian Noha mengajukan beberapa pertanyaan.

"Bagaimana sekolah, tempat ibadah ataupun prasarana umum lainnya?"

"Kami memiliki sekolah, meskipun hanya mengajarkan membaca dan menulis serta beberapa pelajaran umum lainnya. Karena mayoritas dari para pengungsi serta penduduk adalah beragama Islam, maka kami pun mendirikan masjid. Untuk masalah kesehatan, kami memiliki sebuah klinik kecil meskipun hanya ada dokter dari pihak kemiliteran."

"Lalu apakah tidak ada tempat tinggal sementara untuk kami. Sebelum kami menyelesaikan rumah."

Aleena pun bertanya setelah sekian lama terdiam untuk mendengarkan penjelasan mereka.

"Mungkin kalian bisa menumpang di rumah beberapa penduduk, jika mereka mengijinkan."

Adam yang mulai jenuh dengan semua pembicaraan itupun mulai menengahi.

"Kami akan urus tempat tinggal kami sendiri. Sekarang katakan di mana kami bisa membangun rumah?"

"Kalian bisa memilih tempat sendiri atau bisa membangun di beberapa tempat yang cukup luas di sana."

Penjaga tersebut menunjuk satu tempat yang cukup luas di samping area persawahan.

"Baiklah. Tolong kirimkan bahan bangunan yang kalian miliki."

"Tentu saja tuan."

Adam mulai meminta Jimmy untuk mengarahkan truk ke tempat yang sudah di tunjukkan oleh penjaga barusan. Jimmy menghentikan truknya di tempat yang seharusnya. Adam dan yang lainnya mulai keluar dari dalam truk, begitupun Oby, shadow dan Green. Adam mulai memperhatikan sekitarnya dan berucap.

"Akan sulit jika para orang tua harus selalu naik atau turun dari truk. Jadi kita harus membangun beberapa tenda untuk tempat tinggal sementara. Henna, buatkan tenda yang cukup untuk mereka. Aku sudah memperkirakan semua ini akan terjadi."

Adam mengeluarkan iPad miliknya dan mengeluarkan sebuah truk tronton yang mengangkut berbagai bahan bangunan.

"Aku sudah menyiapkan semua bahannya. Kalian kerjakan saja."

Adam hendak berlalu dari tempat tersebut, namun ucapan Aleena menghentikan langkahnya.

"Kau memang tuan muda. Jika kau tidak mau membantu mereka mendirikan bangunan. Setidaknya bantu aku menyiapkan makanan."

Aleena mulai mengeluarkan beberapa peralatan dapur. Tidak ada yang berani membantah maupun memerintah terhadap tuan muda Altan company tersebut selain Aleena.

"Sekarang keluarkan tenda terbuka untuk dapur umum."

Aleena kembali berucap seraya menjulurkan tangan kanannya di hadapan Adam, sementara tangan yang lainnya berada di pinggang rampingnya. Adam mendengus perlahan, baru kali ini ada seorang gadis yang berani memerintahnya.

Tempat tersebut memang sedikit terbuka, terlihat beberapa pohon besar yang sudah ditebang sebelumnya. Bahkan masih ada akar yang masih tertanam beserta sedikit batang bawahnya. Adam mengeluarkan sebuah tenda terbuka yang cukup besar tepat di atas bekas pepohonan yang sudah di tebang dan masih meninggalkan sedikit batang pohon yang masih tertanam, hingga terlihat seperti meja yang siap di gunakan setelah di bersihkan.

Aleena mulai menutup akar pohon tersebut dengan sebuah kain yang cukup lebar. Sekarang ia mulai mengeluarkan beberapa makanan ringan serta air mineral di atasnya.

"Jangan lupa keluarkan tempat duduknya tuan muda."

Aleena kembali berucap tanpa melihat ke arah Adam. Kembali pria itu mengeluarkan beberapa jenis tempat duduk yang ada di dalam tempat penyimpanannya. Sementara Henna dan Rocky mulai membangun beberapa tenda, karena sebentar lagi malam akan tiba.

Beberapa orang berseragam serta para penduduk terlihat berjalan mendekati tempat tersebut. Mereka terlihat membawa beberapa kayu bakar serta benda lainnya.

"Selamat datang di kamp ke empat tetangga baru."

Seorang pria tua tersenyum lebar, menampilkan beberapa giginya yang sudah tidak ada lagi.

"Terimakasih kakek."

Aleena menyambut mereka semua. Mereka semua mulai membantu membuat perapian untuk sekedar menghangatkan tubuh. Karena saat malam hari, tempat itu akan terasa sangat dingin. Sementara para pria berseragam membantu mendirikan tenda. Setelah semuanya selesai, mereka pun meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumah masing-masing. Adam pun mulai mengumpulkan semuanya dan berkata.

"Dengarkan aku. Kita akan mulai membangun malam ini juga. Untuk pertama, kita akan membuat sumber air kemudian kamar mandi umum. Setidaknya harus ada satu. Kalian paham?"

"Baik tuan muda."

Noha, Rocky dan bahkan Adam sendiri mulai ikut menyambung beberapa pipa, yang nantinya akan digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air terdekat.

"Sungai di sana cukup besar dan bersih. Kita bisa menggunakannya. Ayo bergegas."

Mereka mulai meletakkan pipa-pipa tersebut hingga mencapai sumber air. Setelah memastikan airnya bisa mengalir melalui pipa tersebut dengan baik. Mulai di buatlah beberapa kran kecil yang saling terhubung.

Adam mengeluarkan sebuah robot mesin penggali. Benny mulai mengoperasikan robot tersebut untuk membuat sebuah lubang yang cukup dalam dan besar untuk membuat sebuah tempat penampungan tinja. Mereka masih tetap bekerja meskipun hari sudah mulai gelap.

Dengan di bantu beberapa robot, pekerjaan mereka tidak terlalu melelahkan. Akhirnya hanya dalam beberapa jam, empat buah kamar mandi sudah siap untuk di gunakan.

"Ayo kita istirahat dan bicarakan tentang rumah yang akan kita bangun."

Noha dan yang lainnya mulai berkumpul di dalam tenda terbuka yang tadinya mereka gunakan untuk memasak. Sementara semua anak-anak dan orang tua sudah masuk ke dalam tenda masing-masing.

"Benny sudah membuat rancangannya."

Adam mulai membuka pembicaraan seraya meminum coklat panas yang sudah di siapkan oleh Aleena dan Nadeen.

"Bangunan ini tidak perlu bertingkat, namun harus cukup luas untuk setiap kamarnya. Supaya bisa di huni oleh beberapa orang sekaligus."

Noha berucap seraya melihat layar laptop yang menunjukkan skema gambar bangunan yang akan mereka buat.

"Pertama kita akan membuat dasarnya terlebih dahulu. Dengan menggunakan sistem pengecoran. Kemudian dinding dan atap. Selanjutnya baru kita akan membuat beberapa sekat."

Benny sedikit memberikan penjelasan. Noha dan yang lainnya hanya mengangguk.

"Ayo kita lakukan pengukuran. Besok kita tinggal memulai semuanya."

Semua pria itu berdiri hampir bersamaan, setelah mendengar ucapan Benny kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!