Nadeen membawa Aleena untuk menemui beberapa orang yang dulu pernah ia bantu untuk pergi ke tempat ini. Aleena hanya terus mengikuti kemanapun rekannya itu melangkah. Sementara yang lainnya masih sibuk dengan semua kegiatannya masing-masing.
Beberapa bangunan besar serta beberapa rumah penduduk telah mereka lewati. Aleena menolak saat Nadeen menawarkan untuk naik sepeda motor ataupun kendaraan lain, karena mereka bisa saja meminjamnya kepada Adam.
Aleena lebih memilih untuk berjalan perlahan, sembari melihat sekeliling tempat tersebut. Meskipun sebenarnya gadis itu begitu jenuh karena sudah terlalu lama berada di dalam kendaraan. Tubuhnya seolah terasa kaku, karena sama sekali tidak bergerak seperti yang biasanya ia lakukan.
Beberapa orang yang masih terjaga dan berbincang di teras rumah mereka, terlihat menyapa keduanya saat mereka melintas di dekat mereka. Banyak orang yang telah mengenal Nadeen. Seorang wanita yang selalu berusaha membantu mereka yang tertindas.
Nadeen selalu memberikan informasi semua bangunan besar yang mereka lewati. Perempuan itu memang pernah berada di tempat ini cukup lama sebelumnya. Diantaranya ada beberapa bangunan yang digunakan para tentara untuk tidur, mereka biasanya menyebutkannya barak militer.
Mereka juga melewati bangunan klinik, pos kesehatan satu-satunya yang ada di tempat tersebut. Beberapa tentara yang tidak bertugas pun menyapa keduanya, saat mereka saling bertatap muka. Akhirnya Nadeen mengajak Aleena untuk memasuki sebuah halaman rumah yang cukup luas dan tumbuh berbagai jenis tanaman di tempat tersebut.
Nadeen mengetuk pintu. Tanpa menunggu lama, seorang wanita tua membuka pintu itu perlahan. Sesaat terlihat senyum kecil pada wajah tua yang sudah mulai sedikit keriput. Ke dua tangan wanita itu terulur untuk merengkuh tubuh Nadeen. Gadis itu pun membalas pelukan hangat wanita tua yang ada di hadapannya. Suara parau wanita tua itu terdengar, setelah keduanya melepaskan pelukan.
"Aku sudah mendengar tentang kedatangan dua orang wanita yang menyelamatkan beberapa anak-anak. Aku yakin bahwa itu adalah kau Nadeen."
"Nenek Pam, aku merindukan kalian semua. Oh, perkenalkan ini teman ku Aleena."
Aleena menjabat tangan wanita dihadapannya serta mencium punggung tangan wanita tersebut.
"Ayo masuk."
Nadeen dan Aleena mengikuti langkah nyonya Pam hingga memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Keduanya dipersilahkan duduk dan di suguhkan dengan segelas coklat hangat. Usai menuangkan minuman, nyonya Pam mulai berucap.
"Suamiku sudah tertidur, mungkin karena terlalu lelah bekerja di kebun. Sementara Aurel pergi ke pos penjagaan, karena ada beberapa barang pesanan kami yang akan tiba malam ini. Bagaimana dengan keadaan mu Nadeen?"
"Saya baik-baik saja nenek."
"Berapa orang yang kau bawa kali ini?"
"Kurang lebih ada tuju orang dewasa dan enam anak-anak. Apa Aurel masih mengajar untuk anak-anak?"
"Gadis itu selalu melakukan semua yang ia bisa. Entah itu berkebun, mengajar, membantu klinik ataupun ikut berlatih bersama para tentara. Dia sungguh mirip denganmu Nadeen."
"Ku harap nenek dan kakek selalu menjaga kesehatan. Jangan risau akan keamanan tempat ini, karena mereka berjaga dengan baik."
"Aku tahu itu Nadeen. Jadi kau akan tidur di mana malam ini?"
"Kami sudah mendirikan beberapa tenda. Besok mungkin kami sudah mulai membangun sebuah rumah. Ini sudah larut, sebaiknya nenek segera tidur. Kami akan berkunjung lagi lain kali."
Keduanya menjabat tangan nyonya Pam dan mengecup punggung tangannya sesaat, sebelum mereka keluar dari dalam rumah tersebut. Keduanya kembali berjalan untuk pulang menuju tenda yang telah mereka dirikan. Sepanjang perjalanan, Nadeen bercerita tentang pertemuannya dengan nenek Pam bersama suaminya serta beberapa orang lainnya.
"Pada saat itu aku berjumpa dengan mereka di tengah hutan. Para orang tua serta anak-anak, berjalan bersama dengan saling menjaga. Meskipun tidak ada sekelompok tentara yang mengantarkan, namun mereka berniat untuk pergi ke tempat yang lebih baik. Hingga penyerangan terjadi, saat kami hampir tiba di perbatasan hutan. Peluru terakhirku berhasil menghancurkan pasukan musuh, namun aku tertembak. Aku bahkan pingsan karena hampir kehabisan darah. Mereka semua yang telah merawat ku, hingga tiba di kamp perbatasan. Bahkan hingga sampai ke tempat ini. Aku tinggal bersama dengan mereka di tempat ini selama beberapa bulan, hingga tubuh ku membaik. Aku sudah menganggap mereka semua keluarga ku."
Nadeen tersenyum kecil setelah menyelesaikan ceritanya. Kini mereka sudah berdiri di antara tenda yang berisikan para orang tua serta anak-anak yang telah mereka antar.
Beberapa kayu sudah tertancap pada beberapa titik yang di hubungkan dengan benang yang sudah terikat pada setiap ujung kayu tersebut. Aleena dan Nadeen hanya melihat semua kerja keras dari seluruh rekannya. Hingga terdengar suara Green yang diam berdiri di pintu truk.
"Kalian semua tidurlah. Kami yang akan berjaga. Dan bisa dipastikan, besok pagi kalian tinggal memasang batu bata itu."
Aleena yang mendengar suara ucapan Green, hanya mengusap lembut kepala burung beo nya seraya tersenyum kecil. Setelah sedikit membereskan beberapa barang, kedua perempuan itu mulai menyiapkan ranjang tidur mereka di bawah tenda yang terbuka yang tadinya telah mereka gunakan untuk memasak dan makan bersama.
"Aku sudah memasang beberapa alas tidur di dalam truk. Kalian berdua tidurlah di sana. Kami yang akan tidur di sini."
Jimmy berucap, seraya menunjuk ke arah truk. Aleena dan Nadeen hanya mengucapkan terimakasih, kemudian mereka berjalan mendekati truk yang tadi mereka naiki. Terlihat dua buah alas tidur yang cukup tebal di dalam truk tersebut. Adam pun terlihat sudah terlelap di sisi lainnya.
"Tidurlah kalian di sana, aku akan tidur di sini."
Noha berucap pelan saat ia juga ikut masuk ke dalam truk. Pria itu sudah mengetahui, jika Adam sudah terlelap sejak tadi di dalam truk tersebut. Ia hanya tidak ingin sesuatu terjadi pada adik kecilnya, saat ia masih bisa berada di sampingnya.
Aleena hanya mengangguk. Ke dua gadis itu mulai berbaring bersebelahan di atas alas tidur yang sudah di lengkapi dengan selimut tebalnya. Penjagaan di tempat itu sudah terbilang cukup aman. Jadi mereka semua memutuskan untuk beristirahat, supaya besok mereka bisa bekerja dengan baik untuk melanjutkan membangun rumah untuk para pengungsi.
Oby terduduk di bawah truk yang pintunya sudah tertutup. Sementara Shadow duduk tidak jauh dari perapian. Anjing hitam itu sesekali berkeliling untuk memastikan keadaan. Sementara Green terlihat sibuk mengendalikan para robot melalui layar transparan yang muncul di hadapannya.
Bukan hanya satu robot yang ia kendalikan. Melainkan lima robot yang saat ini sedang menggali tanah sebagai pondasi dari rumah yang akan mereka bangun. Mereka hanya membuat pondasi yang berbentuk persegi panjang, yang sudah di ukur dan di sesuaikan dengan kebutuhan.
Hanya butuh beberapa jam untuk menyelesaikan semua galian tersebut. Kini Green beralih mengoperasikan mesin pengaduk semen, pasir serta bebatuan kecil. Setelah para robot itu beralih memasang beberapa besi untuk memperkuat bangunan. Mereka mulai melakukan pengecoran. Semua itu berlangsung hingga ayam yang dipelihara oleh penduduk berkokok untuk sekian kalinya.
Hari memang masih gelap, namun beberapa penduduk sudah mulai terbangun untuk melakukan kewajiban mereka pada sang pencipta sebagai seorang muslim.
Noha dan Aleena pun sempat ikut sholat berjamaah pada musholla kecil yang ada tempat tersebut, begitupun rekan Noha dari kesatuannya. Terlihat pula Adam, Beny dan juga Nadeen. Namun Henna, Rocky dan Jimmy masih tertidur pulas di bawah selimut tebalnya.
Mereka bukanlah seorang muslim, mereka berasal dari negara lain yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani maupun penganut suatu kepercayaan. Meskipun demikian, mereka tetap bisa saling menghormati dan bahkan saling menjaga serta tak jarang mereka berani menjadi perisai bagi setiap rekannya.
Noha dan yang lainnya tersenyum puas dengan hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh Green. Hanya dalam waktu semalam, pondasi bangunan sudah terselesaikan. Kini mereka tinggal memasang batu bata sebagai tembok.
Sebelum melakukan semua itu, saat ini mereka berkumpul di dalam tenda untuk menikmati segelas kopi panas maupun coklat hangat yang tersedia. Aleena sudah mengeluarkan beberapa roti bakar yang baru saja selesai mereka buat. Aleena dan Nadeen membuat banyak sekali roti untuk mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments