Meskipun tertidur namun tubuh Aleena terkadang selalu bergerak. Adam yang kembali terbangun saat merasakan tubuh wanita di sampingnya itu bergerak, hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Pria itu menoleh kepada dua pasang mata yang selalu melihatnya. Oby sedikit menampilkan beberapa giginya, sementara Green terdengar sedikit tertawa. Sesaat kemudian burung beo itu berucap pelan.
"Aleena memang seperti itu kalau dia sedang tidur. Tidak jarang Oby mengunci tubuh gadis itu dengan ekornya."
Mendengar ucapan dari burung beo yang duduk di kursi sebelahnya. Adam bergegas berdiri dan mengangkat tubuh Aleena dari kursi tersebut, kemudian memindahkannya ke dalam kamar yang tersedia. Aleena bahkan tidak terbangun dari tidurnya karena ia masih merasa bahwa yang menggendongnya adalah kakak lelakinya.
Adam kembali duduk di kursinya setelah meletakkan tubuh mungil istrinya di atas tempat tidur. Dengan nada datar, pria itu berucap pelan.
"Apa ada kabar dari kantor pusat Ben?"
"Iya. Ibu suri menelfon kantor pusat, yang intinya akan ada seseorang yang datang untuk mencari kebenaran tentang DNA tuan muda."
Beni menjawab dengan penuh kehati-hatian. Majikannya itu sangat sensitif dengan seseorang yang disebutnya ibu suri. Adam hanya berwajah datar, dan hanya bergumam perlahan.
"Apalagi yang di perbuat oleh wanita itu."
Tak berselang lama, handphone yang ada di sakunya bergetar.
"Ada apa?"
Terdengar suara seorang pria yang sudah dikenal oleh Adam.
"Seorang utusan dari keluarga bangsawan akan datang untuk memastikan tentang DNA anda tuan muda."
"Apakah harus?"
"Maaf tuan. Tapi mereka adalah salah satu keluarga yang berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Mereka juga menjanjikan dana yang besar untuk Altan company, jika apa yang mereka tebak itu adalah benar."
"Apa yang benar?"
"Menurut ibu suri. Anda adalah keturunan putra pertama mereka yang sempat meraka asing kan."
"Sudah ku duga. Ujungnya pasti harta. Lalu kenapa aku harus mengakui mereka, jika mereka saja membuang ayah kandung ku."
"Ta .. Tapi tuan. Utusan mereka akan datang beberapa hari lagi."
"Butuh waktu cukup lama untuk tiba di kantor pusat. Katakan saja pada mereka untuk menunggu, jika mereka mau."
Adam menutup panggilan tersebut, dan beralih berbicara kembali dengan Beni yang duduk di samping kursi kemudi.
"Kau sudah menyelidiki mereka?"
"Sudah."
Beni menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Adam. Meskipun mata pria itu membaca tulisan yang ada pada setiap lembaran kertas tersebut, bibirnya masih bisa bertanya kepada orang kepercayaan tersebut.
"Ada kabar apa lagi?"
"Kabar tentang anda yang sudah menikah, sudah diterima oleh semua pemegang saham. Serta bingkisan sudah mulai di kirim ke seluruh kantor cabang."
"Ya sudah. Kita langsung ke kantor pusat. Haah... Dari data ini, sepertinya mereka bisa saja menggulingkan Altan company."
Adam menghela nafas panjang, kemudian ia meletakkan lembaran kertas yang tadi di bacanya. Pria itu kembali berbicara dengan menatap lurus ke depan.
"Bagaimana rumor tentang bangsawan ini?"
"Johnson Duwey. Hanya memiliki dua orang anak. Yang pertama adalah Aries Duwey. Orang ini yang diperkirakan sebagai ayah biologis anda. Yang ke dua adalah Jean Duwey. Dia seorang wanita yang saat ini sudah dipastikan menderita penyakit mandul. Karena dia sudah menikah lebih dari lima kali dan tidak kunjung hamil. Jadi..."
Ucapan terakhir Beni sedikit menggantung. Karena Adam kembali menghela nafas panjang.
"Jadi mereka kembali mencari keturunan dari putra tertua setelah membuangnya. Hebat."
Beni kembali melanjutkan ulasan yang telah di bacanya.
"Tuan Aries Duwey di usir dari rumah karena telah menikah tanpa sepengetahuan dari keluarganya. Dan mereka tidak menerimanya, termasuk juga istrinya. Yaitu ibu suri."
Adam hanya menunduk dan kembali bergumam.
"Jersey Duwey. Jadi itulah asal dari nama belakang yang telah kau buang ibu. Sekarang apa yang telah mereka tawarkan kepada mu untuk itu semua. Kenapa kau tidak pernah membiarkan aku menjalani hidup ini dengan tenang ibu."
Adam meremas kertas yang tadi sempat ia baca.
"Ibu suri juga sudah menyiapkan seorang wanita yang akan menjadi calon is..."
Ucapan Beni kembali menggantung. Karena entah sejak kapan, Aleena sudah berdiri di depan pintu kamar dan terlihat sedang menyimak perbincangan mereka. Pandangan Adam pun beralih ke belakang. Pria itu melihat ke arah yang sama dengan yang di lihat oleh Beni.
"Kenapa berhenti. Lanjutkan."
Aleena kembali duduk di kursinya, setelah Adam sedikit menggeser posisi duduknya. Beni hanya bisa menelan ludahnya kasar. Aleena kembali berbicara.
"Berikan profil wanita pilihan ibu suri."
Aleena hendak mengambil kertas pemberian dari Beni. Namun Adam sedikit menghalangi.
"Kau kenapa. Aku hanya ingin melihat sosok menantu idaman ibu yang kalian sebut sebagai ibu suri. Lagi pula suamiku yang tampan ini masih memerlukan izin dari ku untuk menikah kembali. Aku mungkin bisa memberikan izin itu."
"Kau memang bisa memberikan izin itu. Tapi belum tentu, aku bisa selamat dari kakak ipar."
Adam hendak mengambil kertas tersebut, namun gerakan Aleena lebih cepat. Gadis itu mulai memperhatikan foto seorang wanita yang terpampang jelas di sana.
"Waoo.. Seorang wanita cantik, seksi dan berpenampilan layaknya seorang super model. Jadi suamiku ini menyukai seorang wanita yang berpakaian kurang bahan seperti ini ya."
Aleena terdiam sejenak saat melihat foto gadis berpakaian seksi tersebut.
"Bisakah aku memilih beberapa pakaian seperti ini. Sepertinya bagus juga."
"Si... Silahkan nyonya. Mereka akan mengirimkannya ke kantor pusat nantinya."
Dengan tergagap, Beni memberikan handphone miliknya yang sudah ia buka di salah satu toko online. Aleena menerima handphone tersebut dan mulai memilih.
"Sudah cukup untuk saat ini. Mungkin lagi lain kali."
Aleena kembali menyerahkan handphone tersebut. Saat ini giliran Adam yang menyerahkan handphone miliknya.
"Kau akan tetap berpakaian seperti ini. Ini pilihlah mana yang kau suka. Atau borong sekalian tokonya. Aku tidak mau seorangpun melihat bibir mungil, serta wajah cantik mu. Apalagi melihat bagian yang lain. Hanya aku yang boleh. Cepat pilih."
Aleena menerima handphone tersebut.
"Jadi ada yang mengintip wajah ku saat aku tertidur?"
Wajah Adam berubah semu.
"Sudahlah, cepat pilih. Lagi pula aku berhak untuk itu. Bahkan lebih dari itu."
Aleena tertunduk dan mulai memilih banyak pakaian. Hatinya sedikit kesal karena ucapan Adam barusan.
"Kenapa dia berucap sekeras itu. Aku kan jadi malu."
Aleena hanya menggerutu dalam hati. Hingga tanpa sadar, jarinya sudah memilih bermacam-macam pakaian.
"Semoga kau tidak akan bangkrut."
Aleena mengembalikan handphone Adam.
"Sekalipun kau membeli sebuah pulau. Itu tidak akan membuatku bangkrut."
"Iya-iya. Sebagai istri yang baik, aku akan selalu mendoakan mu sukses dunia dan akhirat."
"Terimakasih istriku."
Tanpa sadar, Adam mengecup kening Aleena. Hingga membuat gadis itu salah tingkah dan begitu malu. Karena semua mata sedang tertuju pada keduanya.
"Perjalanan kita akan sangat lama. Jadi tidurlah di kamar itu.
"Oo... Jadi tuan Adam yang terhormat tidak mau duduk bersama dengan ku?"
Aleena sudah kembali berdiri.
"Tidak Humairah ku. Duduklah lagi."
Wajah Aleena bersemu merah. Jika tidak tertutup oleh kain cadar, entah bagaimana dia akan menyembunyikan rona merah di wajahnya itu. Degup jantungnya seakan ikut lomba maraton, saat Adam menyebutnya sebagai Humairah. Ia hanya kembali duduk dan melihat ke luar jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments