Istriku

Aleena masih merangkul erat lengan kiri Noha. Saat pria itu mulai beranjak dari tempat duduknya, hingga berjalan ke luar rumah. Pegangan tangan gadis cantik itu semakin kuat, saat mereka sudah berada di dekat pintu truk yang sudah membawa mereka semua ke tempat itu.

Aleena hanya diam, namun tangannya semakin erat merangkul lengan kiri kakak lelakinya. Tidak terdengar isak tangis dari gadis tersebut, namun ke dua matanya sudah berkaca-kaca. Aleena seolah tidak ingin ditinggalkan oleh kakak lelakinya. Langkah kaki Noha terhenti tepat di depan pintu truk.

"Saat ini, seharusnya kau bergelayut manja dengan pemuda itu nyonya Adam."

Aleena mencubit lengan kakak lelakinya, hingga pria itu meringis dan menampilkan beberapa deretan gigi putihnya. Gadis itu mulai melepaskan tangannya perlahan. Aleena sadar bahwa sang kakak masih harus melaksanakan tugas negara yang selalu ada di pundaknya. Noha kembali melihat ke arah Adam yang masih berdiri di belakang Aleena.

"Jangan sampai aku mendengar keluhannya tentang dirimu. Bersiaplah kehilangan setiap anggota tubuh mu, jika kau berani berkata kasar kepadanya. Dan jangan pernah kau angkat tanganmu untuk menyakiti fisiknya. Sekalipun kau seorang tuan muda, aku selalu bisa menguliti mu hidup-hidup."

Adam susah payah menelan ludahnya, setelah mendengar ucapan sang kakak ipar.

"Dan kau nyonya Adam. Mulai sekarang berlindung lah di balik punggung suamimu jika kau merasa takut. Sandarkan kepala mu di bahunya jika kau merasa lelah. Dan jangan lupa dengarkan semua keluh kesahnya. Peringatkan dia, jika apa yang dilakukannya salah. Jadilah seorang Aisyah untuk nya."

Noha mengecup kening Aleena yang hanya mengangguk, setelah mendengar semua ucapannya. Pria itu tersenyum kecil dan melambaikan tangannya, setelah rekannya mulai menjalankan truk.

Jauh di dalam hati Noha, ia begitu merasa tenang. Sejak mereka tiba di kamp tersebut, pria itu sudah mencari berbagai jenis informasi mengenai pria yang disebut sebagai tuan muda Altan company tersebut. Semua informasi yang di dapatkannya, membuatnya tidak memiliki keraguan sedikitpun untuk menikahkan adiknya dengan pria tersebut.

Namun bisakah Aleena membuka hatinya untuk pria tersebut. Noha begitu mengetahui bagaimana sifat dan karakter adik perempuannya yang begitu pendiam serta tidak pandai dalam bergaul. Hanya pernikahan yang mungkin bisa membuat keduanya lebih saling mengenal, karena saat ini tidak ada waktu jika hanya untuk sekedar mengenal melalui proses ta'aruf. Dengan pernikahan, Noha merasa lebih tenang. Setidaknya ada seseorang yang akan selalu bersama dengan adik perempuannya.

Setelah truk yang membawa Noha sudah tidak lagi terlihat. Beni meminta kepada semuanya untuk naik ke dalam mini bus yang sudah ia persiapkan.

"Silahkan nyonya muda."

Aleena sedikit heran dengan panggilan semua rekannya yang tiba-tiba berubah untuk dirinya. Lagi-lagi gadis itu hanya menghembuskan nafasnya kasar, dan mulai masuk ke dalam mini bus yang sudah tersedia. Sejenak Aleena memandang semua yang ada di dalam bus tersebut, sebelum memilih tempat duduk.

Isi di dalam mini bus tersebut tidak terlihat sama dengan bus umumnya yang hanya ada tempat duduk. Di dalam mini bus tersebut selain tempat duduk yang hampir keseluruhannya single sit, yang bisa juga untuk tidur. Juga dilengkapi dengan meja kecil di hadapannya. Di bagian belakang terdapat dua buah ruangan, yang satu terlihat lebih luas. Sementara yang lainnya kecil.

"Ruangan kecil itu adalah kamar mandi. Sementara yang besar adalah kamar anda nyonya. Anda bisa istirahat di sana."

Ucapan Beni yang masih berdiri di belakang Aleena, menghentikan mata gadis itu yang masih melihat keseluruhan dari tempat tersebut. Aleena bergegas duduk di salah satu kursi yang dekat dengan jendela.

Satu-satunya tempat duduk yang bukan merupakan single sit, melainkan bisa di tempati oleh dua orang. Nadeen serta yang lainnya mulai memilih tempat duduk masing-masing. Begitupun Green dan juga Oby. Kedua hewan tersebut serentak naik ke atas sebuah tempat duduk, hingga tidak ada lagi tempat yang tersisa.

Sementara Shadow sudah meringkuk di atas karpet tebalnya. Adam mulai duduk di samping Aleena, karena sudah tidak ada lagi bangku yang kosong. Hal itu membuat Aleena sedikit terkejut. Dengan cepat gadis itu sedikit menggeser tubuhnya hingga benar-benar menempel pada jendela.

"Tidak ada tempat duduk lagi, semuanya sudah penuh."

Adam berucap datar saat ke dua mata mereka bertemu. Aleena hanya terdiam. Gadis itu mulai berpikir jika dirinya harus membiasakan diri dengan statusnya saat ini. Seorang istri dari pria yang kini duduk di sebelahnya.

Handphone yang ada di saku celana Adam tiba-tiba bergetar. Pria itu merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih tersebut. Hanya beberapa kata yang terucap dari mulutnya.

"Iya benar. Cepat selesaikan semuanya. Bagikan kue atau bingkisan kepada setiap karyawan di pusat maupun cabang. Putar video itu di depan semua pemegang saham saja. Untuk karyawan berikan kartu ucapan saja di dalam bingkisannya."

Adam mengakhiri panggilan tersebut. Aleena hanya diam saat mendengar ucapan suaminya dengan seseorang di sebrang sana. Gadis itu beralih menggeser kaca jendela di sampingnya, hingga membuat angin segar mulai menerpa wajahnya yang masih tertutup kain. Gadis itu bersandar dan mulai menikmati angin yang berhembus perlahan dari kaca jendela yang sedikit di gesernya.

Ke dua matanya mulai terpejam. Angin yang berhembus perlahan membuatnya tertidur pulas. Menyadari seseorang di sampingnya tertidur, Adam menekan salah satu tombol yang tertempel pada bagian bawah kursi. Hingga membuat posisi Aleena lebih nyaman dengan sedikit terbaring. Penyangga kaki pun sudah di naikan.

Aleena hanya sedikit menggeliat dan masih tetap tertidur. Sementara pandangan Adam saat ini beralih menatap kelopak mata istrinya yang terpejam. Dengan bulu mata yang panjang dan lentik, alis mata yang terukir rapi. Ditambah garis hidung dan sedikit terlihat, membuat pria itu sedikit kesulitan untuk menelan saliva nya.

Meskipun hanya melihat setengah dari wajah wanita yang ada di sampingnya. Membuatnya yakin, bahwa wanita yang telah berstatus resmi sebagai istrinya tersebut memiliki wajah yang rupawan.

Adam mensejajarkan kursi mereka, pria itu pun berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya. Baru sesaat ia memejamkan mata. Harum wangi tubuh wanita yang kembali menggeliat di sampingnya itu tercium oleh Indra pernafasannya.

Aroma itu membuatnya begitu nyaman, dan pria itu semakin mendekatkan wajahnya pada wajah sang istri. Seolah tidak ingin khilaf, Adam memilih untuk memejamkan matanya. Keduanya mulai terlelap hingga tanpa sadar, kepala keduanya sudah saling bersandar satu sama lain.

Adam kembali terbangun karena getaran pada ponselnya yang masih ada di dalam sakunya. Terdengar suara seorang pria dari sebrang sana.

"Selesai tuan."

"Baik, terimakasih."

Adam kembali melihat layar ponsel yang masih dipegangnya. Terdapat beberapa gambar dari sebuah buku nikah serta semua isi didalamnya. Termasuk tempat keduanya harus membubuhkan tanda tangan yang bisa dilakukan melalui layar ponsel tersebut.

Adam kembali beralih melihat wajah wanita di sampingnya yang masih terlelap. Dari kaca jendela yang masih terbuka, terasa hembusan angin yang semakin kencang. Hingga terpaan angin tersebut membuat masker hijab yang menutupi sebagian wajah Aleena tersingkap.

Adam berusaha keras untuk menelan kembali saliva nya. Saat melihat wajah cantik istrinya yang tanpa menggunakan make up sedikit pun. Hidung mancung serta bibir mungil yang begitu indah.

"Keberuntungan apa yang telah kau berikan pada hamba mu ini ya tuhan. Dia bagaikan bidadari dari surga mu."

Adam hanya bisa bergumam dalam hati, seraya menutup kembali jendela yang tadinya masih terbuka dan memilih untuk menyalakan pendingin ruangan. Pria itu merasakan degupan jantungnya yang seolah semakin berpacu, saat gadis di sampingnya kembali menggeliat dan tertidur di bahunya. Aleena yang tidak bisa diam saat ia tertidur, adalah hal yang biasa bagi dua hewan yang selalu bersamanya. Namun ini adalah pengalaman pertama bagi Adam. Duduk berdampingan dengan seorang wanita dengan begitu dekat pun baru kali ini ia rasakan.

"Semoga tuhan selalu melindungi mu istriku."

Adam kembali bergumam dan mencoba untuk kembali memejamkan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!