Truk sudah melaju jauh meninggalkan pos penjagaan. Aleena masih tetap duduk di atas truk.
"Dia lagi."
Aleena bergumam perlahan. Sejak mereka berangkat dari kamp perbatasan. Ada seorang pria yang tidak luput dari perhatian Aleena. Meskipun ia tidak pernah memperdulikannya, namun saat ini, pria itu terlihat mengalami kesulitan.
"Tuan muda Altan. Sepertinya salah satu orangmu mengalami kesulitan."
Suara Aleena terdengar hingga ke dalam truk.
"Siapa yang kau maksud. Semua orangku ada di sini."
Adam menyahut pelan.
"Apakah harus ku perjelas. Dia menjadi target saat ini. Haruskah aku menolongnya."
Adam hanya terdiam. Sementara Noha tersenyum kecut.
"Dia memang hanya gadis desa. Namun kemampuannya hampir sama dengan tentara terlatih seperti ku. Jika adikku saja bisa menyadari sosok itu, apalagi aku."
Suara Aleena kembali terdengar, setelah mendengarkan ucapan kakaknya.
"Dia benar-benar kesulitan saat ini. Jika dalam hitungan ke tiga dia bisa lolos, berarti dia benar-benar orang yang bisa diperhitungkan."
Aleena mulai menghitung.
"Satu.. Dua.. Tiga.."
Pada hitungan ke tiga, terdengar suara tembakan yang telah meledakkan ban sepeda motor. hingga bersuara cukup keras.
"Keren. Dia berhasil menghindar. Baik akan ku bantu."
Aleena mulai membidikkan senapan panahnya. Panah Aleena melesat nyaris tidak bersuara ke arah pepohonan. Beberapa orang mulai terlihat terkapar. Seorang pria beralih menatap keberadaan Aleena yang masih memegang busur panahnya.
Semua kejadian itu terpampang nyata dalam layar yang menampilkan semua kejadian di sekitar truk. Aleena kembali menembakkan busurnya. Namun kali ini disertai tali dari besi kecil yang cukup kuat. Panah Aleena menancap pada sebuah cabang pohon.
"Pertahankan kecepatan Jimmy. Biarkan pria itu lewat terlebih dahulu."
Jimmy mengerti dengan ucapan Aleena. Dia pun mempertahankan kecepatannya.
Sementara pria asing itupun mengerti akan maksud sang pemanah yang tidak dikenalnya. Ia segera meluncur melalui tali yang ujung lainnya sudah di kaitkan dengan badan truk. Kini pria asing itu sudah melompat dan duduk di samping Aleena.
"Terimakasih."
Ucap pria itu singkat.
"Kau seorang sniper. Namun kenapa justru dirimu sendiri yang menjadi target."
Aleena tersenyum kecut di balik cadarnya.
"Aku sudah menggagalkan rencana mereka. Ya jadinya, aku yang mereka incar sekarang."
"Kau terlihat seperti amatir."
Aleena hanya membuang muka, saat pria itu beralih menatap dirinya dan terlihat begitu kesal dengan ucapan gadis tersebut.
"Ka.. Kau.."
"Cepat obati lukamu. Jangan sampai terjadi infeksi. Dan jangan terlalu dekat dengan ku. Menjauh Lah. Atau lebih baik kau masuk ke dalam."
Aleena sedikit menggeser tubuhnya, karena tempat itu tidak lah begitu luas. Adam mendengar perdebatan yang terjadi di atas sana. Dia pun meminta anak buahnya itu untuk turun.
"Rocky. Turun dan obati lukamu."
Aleena menunjuk lubang yang ada dibelakangnya dengan menggunakan ibu jari. Seolah mempersilahkan pria itu untuk turun dan masuk ke dalam truk. Dengan wajah kesal, pria yang dipanggil Rocky itupun turun dari atap dan masuk ke dalam truk.
"Apa yang terjadi?"
Adam mulai berucap setelah Rocky selesai membalut lukanya.
"Ada yang menargetkan kalian. Aku bisa menggagalkannya. Namun, pergerakan ku diketahui oleh mereka. Jadi mereka beralih mengejar ku."
"Bagaimana dengan Anbus?"
"Tewas."
Aleena mendengar semua penuturan pria yang baru saja ditolongnya. Dia pun ikut berkomentar.
"Apakah jumlah mereka begitu banyak dan terlalu kuat, atau memang kau yang masih amatir."
"Dasar gadis aneh. Ka... Kau.."
Rocky tidak melanjutkan umpatannya, saat lengannya di pegang oleh Adam. Dan bahkan seorang pria yang ada di hadapannya saat ini menodongkan sebuah pistol kecil pada perutnya seraya berucap.
"Jika kau berani menyentuhnya. Maka kau harus siap untuk mati menyusul rekan mu."
Noha berucap lirih, namun wajahnya menunjukkan ketegasan yang luar biasa.
"Haiis .. Siapa sebenarnya gadis itu?"
Tidak ada yang menjawab ucapan Rocky. Namun Oby menunjukkan deretan giginya yang tajam serta sedikit menggeram.
"Okay.. Tenang Oby. Aku mengerti, dia milikmu."
Rocky hanya menggeleng perlahan. Sesaat kemudian terdengar suara Aleena yang sedikit keras.
"Baru kamp tiga. Lanjut Jimmy."
Dari gambar diagram transparan yang ada di salah satu dinding truk, terlihat sebuah kamp besar. Beberapa bangunan besar terlihat di tempat tersebut.
"Kamp ke empat berbatasan dengan hutan. Jadi sebaiknya kau turun dari sana All."
Aleena tidak menjawab ucapan Noha barusan. Namun gadis itu bergegas turun ke dalam truk. Karena rintik hujan mulai turun.
"Green aktifkan semua sensor mu."
"Selalu nona All."
Aleena berucap setelah duduk dengan benar di samping burung beo nya. Sementara Green menirukan gaya bicara Noha.
"Kau ini."
Aleena sedikit menggerutu, kemudian tangannya mengusap lembut kepala kucing besarnya. Tangannya bergegas mengeluarkan beberapa ikan segar dari dalam tas kecilnya. Gadis itu menyuapkan ikan tersebut satu persatu ke dalam mulut kucing besarnya. Semua mata hanya memandang kagum dengan keberanian gadis bertubuh mungil tersebut.
Sepuluh ikan sudah cukup untuk membuat kucing besarnya merasa kenyang. Kemudian ia beralih mengeluarkan sebuah nampan persegi yang cukup lebar, beserta pisau dan juga beberapa potong daging segar. Alena mencincang semua daging itu dan memberikannya kepada black shadow. Anjing hitam itu makan dengan lahap.
"Apa kau juga mau daging Bi?"
Oby memalingkan wajahnya, kucing besar tersebut sudah cukup dengan beberapa ikan saja.
Setelah selesai dengan kedua hewan itu. Aleena membersihkan tangannya dan beralih mengeluarkan beberapa roti dari dalam lemari penghangat, dan membagikannya kepada semua orang.
Ditempat ini, terkadang malam hari hanya berlangsung selama beberapa jam. Mulut Aleena sudah menguap, gadis itu mengeluarkan sebuah alas tidur kecil dan menggelarnya di samping kucing besarnya. Dengkuran halus mulai terdengar, saat mata gadis itu mulai terpejam. Sebelah tangannya terlihat melingkar di atas punggung Oby. Sementara kucing besar itu juga terlihat mulai tertidur.
"Dasar gadis aneh. Bisa-bisanya dia tidur bersama dengan seekor leopard."
Rocky menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Apa kau sendiri berani melakukan hal itu?"
Adam menantang nyali sniper nya yang dikatakan amatir oleh Aleena. Rocky terlihat hanya menggelengkan kepalanya.
Hari bahkan belum berganti. Matahari masih terlihat jelas di atas sana. Namun Aleena dan Oby tertidur dengan begitu pulas. Dengan adanya Noha, gadis itu merasa semakin aman dan cenderung tidak perduli dengan keadaan sekitarnya.
Semua anak-anak pun terlihat tenang. Ada yang tidur dan ada pula yang bermain dengan mainan yang didapatnya dari para pelayan saat mereka berada di gedung cabang Altan company.
Truk sudah melaju memasuki hutan. Meskipun masih berjalan di atas jalan beraspal. Namun suasana hutan yang ditumbuhi pepohonan besar dan tinggi, membuat Jimmy tetap waspada. Begitupun Noha dan rekannya yang tengah duduk di samping Jimmy yang masih berkonsentrasi pada jalurnya.
Hutan yang mereka lewati memang tidak begitu luas. Karena sebagian pohonnya telah di tebang sebagai salah satu bahan bangunan untuk membuat beberapa rumah bagi penduduk, ataupun pengungsi. Serta pembukaan lahan bagi para pengungsi maupun penduduk setempat.
Sebagian pengungsi mengisi kegiatan sehari-hari mereka dengan bertani, berternak dan juga berkebun. Meskipun mereka masih mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun mereka masih tetap berusaha untuk menjadi orang yang berguna serta tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Bahkan sebagian dari mereka, sudah membangun sendiri rumah mereka dan menggarap lahan yang memang sudah tersedia.
Beberapa perumahan penduduk mulai terlihat, setelah truk keluar dari hutan. Sebuah bangunan besar bertuliskan kamp empat mulai terlihat. Jimmy mulai berbelok untuk masuk ke wilayah kamp, dan berhenti tepat pada pos penjagaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments