Setelah semuanya selesai, mereka kembali menaiki truk. Terlihat ada beberapa matras tipis serta tempat duduk yang sedikit lebih nyaman dari pada sebelumnya.
Aleena meminta anak-anak untuk duduk di atas matras, sementara yang lainnya duduk di kursi yang sudah tersedia. Kali ini mereka bisa bersandar dan mungkin juga bisa tertidur dengan posisi duduk.
Kali ini Ben duduk di depan, bersama dengan Jimmy dan seorang tentara yang memang bertugas untuk menyetir truk tersebut sejak dari pangkalan perbatasan. Sementara Henna duduk di bangku belakang truk, berhadapan dengan Noha.
"Aleena, apa kau sudah mengerti cara mengaktifkan liontin pemberian ku tadi?"
Aleena mengangguk perlahan seraya menunjukkan sebuah liontin yang menggantung di lehernya. Sebelumnya memang Adam telah menjelaskan fungsi dari liontin yang diberikannya. Seluruh produk dari Altan company adalah hal baru bagi Aleena yang hanya seorang gadis desa.
"Apa sebelumnya kucing besar ini menyulitkan mu?"
Adam mengusap lembut kepala Oby.
"Tidak."
"Apa dia masih susah jika di suruh untuk membersihkan tubuhnya?"
"Iya."
Aleena hanya menjawab singkat semua ucapan Adam.
"Ku harap ayah baik-baik saja."
Adam menghela nafas panjang.
"Maaf."
"Itu bukan salah mu. Mungkin semua itu adalah takdir. Entah bagaimana keadaannya saat ini. Semoga dia baik-baik saja."
"Hm."
Aleena hanya mengangguk.
"Green, tolong tunjukkan jalur perjalanan kita kali ini."
Adam beralih menatap Green yang hanya diam. Burung beo tersebut mulai menunjukkan sebuah diagram transparan yang terlihat seperti peta.
"Tanda merah adalah tempat pasukan bersenjata. Sensor ku yang menunjukkan hal itu."
Green berbicara layaknya suara seekor burung.
"Tidak di ketahui mereka berasal dari mana. Aku hanya mendeteksi sensor senjata api."
Green kembali berucap, sebelum Adam sempat bertanya.
"Bagaimana Ben?"
Adam beralih menatap ke tempat kemudi.
"Sudah di mengerti."
Beni terlihat mengacungkan jempol kirinya. Sementara matanya masih terus menatap layar laptop, dan jari-jari tangan kanannya masih bergerak lincah menekan beberapa huruf dan angka pada papan keyboard.
"Aku akan tutup pintunya dan kita bisa sedikit tertidur."
Adam menekan satu tombol hingga membuat sebuah benda pipih turun dengan perlahan, hingga menutup pintu truk bagian belakang. Beberapa lampu mulai menyala, serta pendingin ruangan pun mulai bekerja. Meskipun hanya untuk membuat sirkulasi udara di dalam truk tetap nyaman.
Aleena mulai bersandar pada sandaran kursi, untuk membuat tubuhnya sedikit lebih nyaman. Oby dan black shadow terlihat tertidur di atas lantai truk. Sementara Green hanya diam di atas tempat duduk lainnya. Beni melihat ke samping, terlihat Jimmy sudah tertidur begitu pulas.
"Sepertinya hanya kita berdua yang terjaga."
Beni beralih menatap ke arah pengemudi.
"Tenanglah bos. Aku sudah terbiasa. Anak itu bisa menggantikan aku nanti."
Seorang pria berseragam terlihat begitu serius menatap ke arah depan. Memastikan jalan yang dilaluinya tidak melenceng dari petunjuk pada layar laptop.
"Bangunkan aku, jika aku tertidur terlalu lama."
"Siap bos."
Supir mengemudikan truk sesuai dengan jalur yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Hingga ia memberhentikan kendaraan besar tersebut sebelum persimpangan yang tiba-tiba menunjukkan beberapa titik berwarna merah.
"Ada apa?"
Jimmy terbangun dan bersiap dengan senjatanya.
"Titik-titik merah itu bergerak ke tempat ini. Kapten berikan perintah."
Ucapan tegas sang sopir membangunkan semua orang.
"Berikan perkiraan."
Suara Noha tidak kalah tegas. Pria itu mulai menyiapkan senjatanya. Ben kembali mengotak-atik laptop yang masih ada di hadapannya.
"Kira-kira kurang dari sepuluh orang bersenjata dari sisi kiri. Dan lebih dari sepuluh orang dari sisi yang lain."
Beni berucap sedikit lebih keras.
"Mundur. Mereka berlainan pihak. Bisa saja terjadi pertempuran di antara mereka."
Noha mulai berpikir dan memberikan perintah.
"Kita sudah terlalu dekat. Suara deru kendaraan ini akan terdengar oleh mereka."
Pengemudi kembali berucap.
"Matikan semua daya. Lakukan kamuflase."
Adam yang menguasai tentang kendaraan yang mereka gunakan saat ini memberikan solusi. Beni kembali bekerja dengan benda pipih yang ada di hadapannya. Kemudian ia menekan beberapa tombol diantara setir kemudi.
Noha membuka sedikit pintu truk dan berguling keluar. Pria itu mulai memeriksa sekitarnya.
"Ada tempat yang sedikit luas di sisi kiri. Hidupkan truk kembali saat mereka mulai saling tembak."
Noha berucap tepat di samping pintu kemudi. Dan kembali mengendap perlahan di antara pepohonan. Jimmy berniat untuk turun dari truk untuk membantu sang kapten, namun sang pengemudi melarangnya.
"Hanya dia yang terlatih selain aku di tempat ini. Cukup kau lindungi dia dari sini."
Jimmy hanya mengangguk dan mulai mengarahkan senjatanya. Tidak terlalu lama terdengar suara tembakan. Noha terlihat mengangkat sebelah tangannya. pengemudi kembali menghidupkan mesin dan segera mundur dan bergerak ke sisi kiri, sesuai arahan Jimmy yang kini sudah keluar dari dalam truk.
Henna pun ikut membantu mengarahkan jalannya truk, karena banyaknya pepohonan. Semua berlangsung sangat cepat, karena suara tembakan pun sudah tidak terdengar kembali. Mesin kendaraan pun kembali dimatikan.
Noha memberikan sinyal dengan tangan. Dengan cepat Henna dan Jimmy merapat ke beberapa pepohonan. Terlihat beberapa orang berseragam berlari ke arah mereka. Semua mengenali seragam yang mereka kenakan bukanlah berasal dari kesatuan orang yang membela negri tanah merah ini.
Tanpa suara sedikitpun, ke tiga orang yang tadinya berlari kencang. Tiba-tiba terkapar tidak berdaya. Pada setiap leher masing-masing orang, tertancap sebuah pisau kecil.
Jimmy dan Noha bergegas menarik tubuh semuanya ke dalam semak-semak. Noha menunjukkan ibu jarinya kepada seseorang yang masih berdiri di samping sebuah pohon besar. Menyerang tanpa bersuara, itu adalah salah satu keahlian Aleena.
Beberapa orang berseragam terlihat mulai waspada. Mereka menyadari beberapa rekannya yang telah hilang. Noha dan yang lainnya menyadari hal itu. Aleena melihat ke arah Oby yang ada di samping truk.
"Sekarang Oby."
Rooaarr...
Geraman Oby berhasil membuat semua orang berbalik arah. Tempat itu kembali sepi. Beni kembali memeriksa layar laptopnya.
"Mereka berjaga di depan. Kita harus cari jalur lain."
Noha berucap dari samping pintu kemudi.
"Semuanya naik. Aku menemukan jalan yang bisa di lalui truk ini."
Green yang hanya diam sejak tadi, kini mulai bersuara disertai beberapa diagram transparan yang muncul di hadapannya. Burung beo tersebut mulai mentransfer beberapa data kepada laptop yang masih dalam pangkuan Beni.
"Zero one memang bukan tumpukan besi kaleng-kaleng."
Beni tersenyum kecil melihat semua data yang masuk. Noha kembali masuk ke dalam truk, begitupun dengan yang lainnya. Green kembali berucap.
"Ingat. Merah adalah senjata, pink keberadaan panas tubuh seseorang. Silver adalah logam. Aku sudah memasukkan beberapa data dari jenis pohon yang ada di tempat ini. Semua sudah tergambar dengan jelas."
Sebuah diagram transparan masih terpampang jelas pada dinding truk. Semuanya bisa melihatnya dengan jelas.
"Ayo lanjutkan perjalanan."
Adam mulai memberikan perintah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments