Tuan muda Altan company

Matahari masih belum menampakkan diri, bahkan rembulan pun masih terlihat jelas di atas sana. Namun saat ini, suasana mencekam begitu terasa di sekitar wilayah perbatasan.

Aleena bergegas pergi ke dalam ruangan tempat anak-anak serta para orang tua yang di bawanya. Setelah ia terbangun karena mendengar suara gemuruh meriam yang sedang ditembakkan berulang kali. Oby dan Green juga mengikuti pergerakan cepat Aleena.

Tanah yang mereka pijak saat ini pun terasa sedikit bergetar. Nadeen dan Jimmy bergegas melangkah mengikuti pergerakan Aleena. Mereka memang bukan salah satu prajurit yang harus ikut ke medan pertempuran. Namun mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi, hingga mau merepotkan diri untuk tetap membantu masyarakat sipil sesuai dengan kemampuan mereka.

Beberapa anak mulai terlihat menangis. Meskipun tubuh mereka sedikit bergetar, serta air mata yang terus mengalir dari kedua matanya. Namun mereka berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Anak-anak itu masih mengingat semua pesan Aleena sebelumnya.

"Tenang semua. Mari duduk dan berkumpul ditengah. Tempat kita masih aman saat ini. Jadi tetap tenang."

Aleena mulai menenangkan anak-anak dan mengumpulkan mereka semua tepat di tengah ruangan. Saat ini mereka duduk di lantai dan saling berpelukan. Sesaat Aleena menatap Nadeen dan Jimmy yang sudah berdiri di depan pintu.

"Masih aman. Tenanglah."

Nadeen mengangguk perlahan, dia mengerti arti dari tatapan mata teman barunya tersebut. Sementara Jimmy yang berdiri sedikit lebih jauh di depan, hanya menunjukkan ibu jarinya seraya mengangguk perlahan.

Seorang pria berseragam terlihat mendekati Jimmy dan mengucapkan sesuatu.

"Bersiaplah, mereka tanggung jawab mu. Ada satu buah truk darurat yang bisa kalian pakai, jika keadaan mendesak. Bawa mereka menuju Azer. Lembaga perdamaian dunia menyediakan tempat untuk mereka di sana."

Jimmy hanya mengangguk seraya menerima sebuah gulungan kertas, kemudian ia menyimpan gulungan itu ke dalam saku bajunya.

"Tetap awasi keadaan. Aku akan mencari tambahan amunisi. Truk kita ada di sana."

Jimmy beralih melihat Nadeen yang berdiri di sedikit jauh di belakangnya, seraya mengarahkan telunjuknya ke satu tempat. Sementara Nadeen hanya mengangguk mengerti.

Anak-anak mulai tenang, Aleena beralih mendekati Nadeen yang masih berdiri dengan penuh kewaspadaan.

"Bagaimana?"

"Mereka bilang, keadaan masih terkendali. Jimmy masih mencari beberapa tambahan amunisi. Mereka menyediakan truk darurat untuk kita di sana."

Nadeen menunjuk satu tempat yang terlihat begitu gelap karena rimbunnya pepohonan.

"Kenapa disebut truk darurat?"

Aleena mengerutkan keningnya.

"Minim bahan bakar. Kau tahu kan, makanan lebih penting untuk diangkut. Jadi pasokan bahan bakar terbatas. Karena sebelumnya mereka sudah mengisi penuh tangki bahan bakar truk itu terlebih dahulu. Jadi bahan bakar tidak perlu lagi di angkut. Sementara jarak yang harus kita tempuh sangatlah jauh."

"Kemana?"

"Aku mendengar pria itu menyebut kota Azer. Salah satu wilayah yang berada di sekitar pegunungan perbatasan wilayah tanah merah."

Aleena hanya mengangguk mengerti. Dari kejauhan terlihat beberapa prajurit yang bersiap untuk segala situasi yang akan terjadi. Terlihat pula seorang pria tampan yang membawa beberapa senapan serta beberapa benda tajam lainnya, berjalan dengan sedikit berlari mendekati keduanya.

"Bagaimana. Apa yang kau dapatkan?"

Nadeen memperhatikan setiap barang yang di bawa oleh Jimmy.

"Keadaannya sudah mendesak. Dan aku tidak berhasil meyakinkan mereka, jika Aleena juga bisa memanggul senjata. Jadi mereka hanya memberikan dua senapan. Namun mereka mengijinkan ku membawa banyak benda ini."

Jimmy menunjukkan puluhan pisau kecil yang sudah tertata rapi di dalam tempatnya.

"Terimakasih Jimmy. Aku bisa menggunakan semua pisau ini."

Aleena mengambil pisau kecil yang sudah tertata rapi di dalam lembaran kain.

"Ayo bersiap."

Ketiganya mulai menyiapkan semua amunisi untuk keadaan darurat. Beberapa pisau kecil sudah masuk ke dalam saku celana Aleena, dan bahkan ada menempel pada betis dan lengannya.

"Waaooo.... Sepertinya kau cukup terlatih dengan benda itu."

Nadeen begitu kagum dengan penampilan Aleena saat ini. Sebuah senapan busur pun terlihat menggantung di punggung gadis tersebut.

Sebuah gelang hitam melingkar pada kedua pergelangan tangan Aleena. Itu adalah peralatan yang sudah direkomendasikan oleh Green, supaya gadis itu memakai semua pelindung yang ada di dalam tas kecilnya.

"Yang tidak bersuara itu lebih mematikan."

Senyum kecil tersinggung di bibir Aleena yang tertutup oleh kain hitam. Kini ia beralih pada tubuh Oby. Aleena memakaikan rompi hitam pada tubuh Oby, hingga menutupi bagian perut serta punggungnya. Gadis itu pun sudah mengerti kegunaan beberapa tombol yang ada pada rompi tersebut.

"You look so cool, big cat."

Jimmy mengagumi penampilan Oby saat ini. Aleena mengeluarkan dua ekor ikan segar dan memberikannya kepada Oby.

"Sepertinya kau memiliki tas ruang yang cukup bagus Aleena."

Nadeen tersenyum kecil saat memperhatikan tas kecil yang menggantung pada pinggang gadis tersebut. Aleena hanya diam dan membalas satu katapun. Ia beralih menatap Green yang masih terdiam sejak tadi.

"Aku tidak perlu apapun Aleena. Saat ini aku bahkan bisa menjadi perisai terakhir tubuh mu."

Green bersuara layaknya sebuah robot. Burung itu tahu, bahwa tidak mungkin menyembunyikan jati dirinya terlalu lama dari Nadeen dan juga Jimmy. Kedua orang ini sudah terlihat begitu akrab dengan Aleena. Bahkan sensor kejujuran yang ada pada tubuh Green, tidak mendeteksi adanya kebohongan ataupun kecurigaan yang berarti pada keduanya.

Nadeen dan Jimmy sempat terkejut dengan semua ucapan Green. Namun kini, perhatian mereka teralihkan pada iring iringan kendaraan besar yang mulai memasuki gerbang penjagaan.

"Truk pemasok bahan makanan. Mereka tiba."

Nadeen berucap lirih.

Terlihat beberapa orang mulai mengarahkan truk-truk tersebut ke beberapa bangunan. Diantaranya, gudang senjata, gedung pengobatan dan juga dapur.

"Kita harus meminta beberapa stok makanan dan obat untuk mereka."

Nadeen hanya mengangguk, menyetujui ucapan Jimmy. Belum sempat mereka bergerak meninggalkan tempat tersebut. Sebuah mini bus terlihat berhenti tidak jauh dari bangunan tempat mereka berdiri saat ini. Simbol Altan company tergambar jelas di salah satu sisi bus dan juga di bagian depan.

Suara nyaring seekor anjing yang baru saja keluar dari dalam mini bus tersebut mengalihkan perhatian beberapa orang yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Seekor anjing hitam berlari sekuat tenaga menuju ke tempat Aleena, Nadeen dan Jimmy berdiri. Oby menyambut lolongan anjing tersebut dengan suara auman yang cukup keras.

Oby berlari menyambut kedatangan anjing hitam yang juga bertubuh cukup besar. Keduanya mulai saling mencakar, menendang dan tidak jarang mereka saling menggigit. Keduanya masih terus berguling di tanah untuk saling mencengkeram dan menjatuhkan lawan.

"Tidak Oby berhenti."

Aleena sedikit berteriak dan mulai berlari mendekati kucing besarnya. Ujung jari Aleena menyentuh satu tombol kecil yang ada pada gelang hitamnya. Beberapa kerangka baja mulai menutupi kedua lengannya. Aleena melakukan semua itu tanpa menurunkan kecepatan berlarinya.

Sekuat tenaga Aleena mencoba menghentikan pergerakan Oby yang masih berusaha menggigit lawannya. Tanpa rasa takut sedikitpun, Aleena terus ikut berguling sesuai gerakan kedua hewan buas tersebut.

"Berhenti. Jangan saling menyakiti."

Kedua binatang buas tersebut mulai berhenti bergerak, saat mulut anjing besar tersebut sudah menggigit salah satu lengan Aleena yang sudah terbungkus lapisan baja. Sementara tangan Aleena yang lain, memegang erat tubuh Oby yang masih mencoba melawan.

Rooaarrr

Auman keras Oby kembali terdengar, saat kucing besar itu kembali melangkah sedikit ke hadapan Aleena. Dia seolah meminta kepada lawannya untuk melepaskan gigitannya.

Anjing hitam tersebut melepaskan gigitannya dan mulai mengusapkan kepalanya pada tubuh Oby yang memang lebih besar darinya.

"Kalian berteman?"

Aleena mulai memahami tindakan keduanya. Gadis itu sedikit tersenyum dan mulai mengusap tubuh anjing hitam yang masih berdiri di hadapannya.

"Jangan menjilat."

Aleena sedikit berteriak, karena anjing hitam tersebut mulai mengendus tubuhnya yang masih terduduk di tanah. Aleena kembali mengusap kepala anjing hitam tersebut, yang telah mengerti ucapannya.

"Maafkan anjing ku nona. Sepertinya dia hanya sedikit rindu dengan rekannya. Shadow kemari, jangan sampai kau membuat nona cantik ini jijik melihat mu."

Seorang pria tampan keluar dari dalam mini bus, dan berjalan mendekati Aleena.

"Kau sungguh pemberani nona. Perkenalkan, nama ku Adam dan ini Shadow rekanku."

Adam mengusap bulu lembut shadow.

"Aleena."

Pandangan Adam beralih pada Green yang hanya diam sejak tadi.

"Kenapa kau hanya diam Green?"

"Apakah aku harus melompat kegirangan karena telah bertemu kembali dengan tuan muda?"

"Di mana ayah? Kenapa sama sekali tidak ada sinyal dari dirinya. Pemindai ku hanya menemukan sinyal dari kalian berdua."

"Maaf. Kami gagal melindungi tuan profesor."

"Kau bilang apa? Kau tahu ini kan? hanya dengan menekannya maka kalian berdua akan musnah."

Adam menunjukkan sebuah benda persegi yang tidak begitu besar.

"Silahkan tekan, jika anda mau melakukannya."

Green menjawab santai. Terlihat lampu hijau pada permukaan benda persegi yang dipegang oleh Adam mulai menyala.

"Adam, pikirkan baik-baik sebelum bertindak."

Teriakkan seorang pria terdengar dari dalam bus.

"Mereka sudah melenceng dari tugasnya. Mereka harus mendapatkan balasannya."

Adam menekan tombol yang ada pada benda persegi yang dipegangnya. Namun tidak terjadi apapun pada Green maupun Oby.

"Kenapa tidak bekerja?"

Adam kembali menekan tombol. Namun keadaan Green dan juga Oby masih tetap sama.

"Zero one. Melapor."

Seorang pria muda keluar dari dalam bus dengan sedikit berteriak tegas.

"Zero one melaporkan bahwa sistem telah diubah oleh tuan profesor."

Green berucap tegas. Sementara dua pria dihadapannya membulatkan kedua matanya karena tidak percaya.

"Ucapan serta tindakan kalian berdua tidak akan berpengaruh pada ku."

Green menjeda ucapannya.

"Kami di serang, saat aku masih dalam tahap pemulihan setelah di program ulang oleh tuan profesor. Sementara Oby masih tidak sadarkan diri karena baru saja di suntikan anti racun. Tuan profesor pun mengikatnya dengan rantai tunggal. Sehingga kami tidak bisa berbuat apapun, saat tubuh tuan profesor tenggelam ke dasar sungai dan terbawa arus."

Green menghentikan ucapannya, saat ke dua tangan Adam sudah mencekik lehernya.

"Apa kau bilang?"

"Semua yang kau dengar adalah kenyataan. Sampai saat ini aku juga belum menemukan keberadaan sinyal dari tuan profesor."

Green kembali berbicara, setelah Adam melepaskan cekikikan dari lehernya. Pria itu terlihat menunduk beberapa saat, kemudian beralih menatap Aleena yang sudah berdiri di samping Oby.

"Jangan coba-coba menyentuh Aleena."

Green kembali berucap seraya terbang ke bahu Aleena. Sementara Oby mulai memasang tubuhnya di hadapan gadis cantik itu. Keduanya seolah ingin melindungi Aleena dari bahaya apapun. Termasuk pelampiasan emosi dari tuan muda Altan company.

"Aku akan mengembalikan semua milik tuan profesor, jika anda menginginkannya."

Aleena berusaha melepas tas kecil yang masih melekat di tubuhnya.

"Tidak Aleena. Kau yang menyelamatkan kami, jadi kau berhak atas semua itu."

Green merentangkan sebelah sayapnya. Bersiap menyerang Adam, jika pria itu benar-benar ingin mendekat ataupun menyakiti Aleena.

"Apakah aku tidak boleh mengenal Dewi penolong kalian?"

Green melihat kejujuran dari sorotan mata maupun gestur tubuh pria dihadapannya. Burung beo tersebut kembali bersikap normal. Namun tidak dengan Oby. Kucing besar itu masih selalu waspada di samping Aleena.

"Kau wanita pemberani. Terimakasih sudah menyelamatkan dua hewan menyebalkan itu. Pakailah ini, lengan robot mu akan lebih sempurna dengan benda ini."

Adam menyerahkan sebuah kotak kaca kecil kepada Aleena.

"Pakailah nona..."

"Aleena."

Aleena menerima kotak kaca pemberian Adam. Dari kejauhan terlihat Jimmy berjalan mendekati mereka.

"Komandan meminta kita untuk segera bergerak Aleena."

"Baik."

Aleena mengikuti langkah Jimmy. Sementara di kejauhan, terlihat Nadeen berjalan beriringan dengan anak-anak menuju truk yang sudah disiapkan.

"Tunggu. Kalian mau ke mana?"

Adam mengikuti langkah kaki Aleena yang mulai sedikit lebih cepat.

"Membawa mereka ke tempat yang lebih aman."

Aleena menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku ikut."

Adam menjawab seraya memberikan kode kepada rekannya yang masih berdiri di samping mini bus. Rekan Adam mengarahkan sinar hijau dari sebuah benda persegi, hingga membuat mini bus tersebut lenyap seketika.

Komandan pangkalan terlihat membantu menaikkan anak-anak ke dalam truk.

""Beberapa bahan makanan sudah ada di dalam. Namun tidak dengan bahan bakar. Jadi berusahalah mencari tempat pengisian bahan bakar."

Nadeen hanya mengangguk cepat, setelah mendengar ucapan sang komandan. Seorang pria berseragam sudah duduk di samping pengemudi. Jimmy bergegas naik ke bagian depan, saat melihat masih ada bangku kosong untuk satu orang.

Nadeen dan Aleena duduk bersama anak-anak dan orang tua, serta dua orang pria bersenjata lainnya. Adam serta satu orang rekannya ikut naik ke atas truk. Komandan pangkalan bahkan sempat berterima kasih serta sedikit berbasa-basi dengan tuan muda dari Altan company tersebut.

Semua orang dewasa duduk rapi pada bangku panjang yang terdapat di kanan serta kiri truk. Aleena menggelar sebuah karpet yang tidak begitu besar di bagian tengah yang sedikit lebih lebar. Beberapa anak kecil sudah kembali tertidur di atas karpet tersebut. Oby dan Shadow pun duduk tenang di antara anak-anak tersebut.

Dua pria berseragam serta bersenjata lengkap yang duduk di bangku paling belakang, menatap tajam kepada tiga binatang yang ikut masuk ke dalam truk tersebut. Bahkan semua anak-anak seolah sama sekali tidak takut pada ke dua binatang buas tersebut.

"Tenanglah tuan. Kucing ku tidak akan menggigit anda."

Aleena mengerti tatapan mata yang terarah kepada kucing besarnya.

"Pastikan kau memegang rantainya dengan benar nona."

Aleena hanya tersenyum kecil mendengar ucapan pria tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!