Yuno berjalan ke ruangannya, berpapasan dengan Darren keluar dari ruang kerjanya.
"Kau dari mana saja?"
"Dari luar tadi bertemu seseorang," jawabnya.
"Siapa?"
"Natasha."
"Kalian jalan berdua?"
"Dia sedang bersama pria lain."
"Jadi kau cemburu dia dekat dengan pria lain?"
"Tidak juga, lalu?"
"Kau mau ke mana?" Yuno mengalihkan pertanyaan.
"Aku mau kita mengadakan rapat dengan para desainer, jam tiga sore ini," jawabnya.
"Baiklah, aku akan mengatakan padanya," ujar Yuno.
-
Jam 3 sore para desainer dan staf yang bertanggung jawab pada pameran busana sudah berkumpul. Darren mengedarkan pandangannya sekelilingnya, ia mencari keberadaan Rista.
"Di mana dia?"
"Dia siapa, Tuan?" tanya Yuno.
"Rista," jawabnya.
"Dia sedang izin keluar, Tuan." Jelas salah satu karyawan yang menjadi tim kerja wanita itu.
"Siapa yang memberikan dia izin?" tanya Darren.
"Saya, Tuan," jawab kepada pimpinan desainer.
"Apa alasannya dia izin?" tanya Darren lagi.
Suara ketukan pintu terdengar, Rista masuk dengan menampilkan senyum bersalah.
"Setelah rapat, temui aku di ruangan. Sekarang cepat duduk!" perintahnya.
Rista bergegas duduk dan mendengarkan isi rapat.
Akhirnya 30 menit, rapat selesai. Rista bergegas menemui Presdir.
"Kenapa kau pergi di saat jam kerja?"
"Saya izin mengambil obat untuk ibu, Tuan."
"Tapi kau tahu kalau ini masih jam kerja!"
"Ya, saya tahu. Maafkan, Tuan!"
"Sakit apa ibumu?"
"Demam, Tuan."
"Ya sudah, pergilah ke ruanganmu. Tapi ingat kau harus pulang lebih lama," ujar Darren.
"Iya, saya akan lembur tanpa di gaji yang penting Presdir senang!"
"Hei, aku tidak menyuruhmu lembur," protes Darren.
"Terserah, Presdir saja!" Rista pun pergi meninggalkan ruangan tanpa permisi.
-
-
Jam menunjukkan pukul 4 sore, Darren bersiap pulang.
Yuno sudah menunggunya di luar ruangan.
"Kau tunggu saja diparkiran," titahnya.
"Anda mau ke mana?" tanya Yuno.
"Aku ingin ke ruangan Rista," jawabnya.
"Mau apa ke sana?"
"Aku ingin memastikan kalau dia benar-benar tidak pulang tepat waktu," jawab Darren.
"Baiklah, aku akan menunggu di parkiran." Yuno pun berlalu.
Darren berjalan ke ruangan wanita itu, seluruh karyawan yang berpapasan dengannya menyapa dan menundukkan hormat.
Dia berhenti tepat di pintu ruang kerja Rista, lalu mendekati wanita itu yang lagi sibuk dengan desainnya.
"Tuan!" Rista lantas berdiri. "Anda tidak pulang?" tanyanya.
"Sebentar lagi aku pulang," jawab Darren.
"Lalu kenapa tidak pulang?"
"Saya ingin memastikan kalau kau masih bekerja," jawabnya.
"Ya, seperti anda lihat," Rista berjalan ke manaken, memakaikan patung itu dengan gaun rancangannya.
"Tunggu dulu!"
Rista berhenti, lalu melihat Darren berjalan mendekatinya. "Ada apa, Tuan?"
"Kenapa ada bercak darah di belakangmu?"
"Apa?" Rista mendelikkan matanya. Lalu melihat ke arah belakangnya, "Astaga!" ia menunduk malu.
"Kau sedang datang bulan?" tanya Darren.
Rista tersenyum nyengir.
"Segera ganti pakaianmu itu, jangan sampai lengket di kursi," ujar Darren.
"Tapi, Tuan?"
"Kenapa?"
"Saya tidak punya pembalut," jawabnya pelan.
"Lalu, apa hubungannya dengan aku?"
"Bisa, tolong belikan," jawab Rista asal.
"Apa? Kau menyuruhku membeli pembalut?"
"Bagaimana mungkin saya keluar seperti ini?" tanyanya. "Teman wanita di sini tidak ada," lanjutnya.
Darren lalu membuka ponselnya dan menghubungi seseorang. "Belikan pembalut wanita!"
"Apa?" Yuno yang menjawab telepon atasannya terkejut. "Aku tidak mengerti membeli hal seperti itu!" jelasnya.
"Kau harus membelinya!"
"Aku tidak mau, kau saja yang membelinya!" Yuno menolaknya lalu mematikan sambungan teleponnya.
Darren menatap ponselnya yang ditutup Yuno.
"Tuan!" Rista memanggilnya pelan.
"Kau tunggu di sini, biar aku yang membelikannya!" Darren pun pergi. Ia berjalan cepat menghampiri Yuno di parkiran. "Kita ke minimarket terdekat!" perintahnya pada asistennya itu.
Tak sampai 5 menit mereka pun tiba, Darren pun turun. Ia pun memilih produk yang sering dibeli kakaknya. Beruntung ia memakai masker saat berbelanja.
Kasir minimarket mengulum senyum, melihat seorang pria tinggi dengan kulit bersih berpakaian kantor yang rapi belanja pembalut.
Selesai membayarnya, Darren bergegas ke mobilnya. Sesampainya ia menyemprotkan tangannya dengan anti kuman.
Yuno tersenyum melihat sahabatnya itu belanja kebutuhan pribadi wanita. "Apa kau begitu menyukainya sampai rela seperti ini?"
"Tidak!"
"Baru kali ini aku melihat seorang Presdir Arta Fashion belanja pembalut," ujar Yuno mengulum senyum.
Darren pun berpikir kenapa dirinya bisa menuruti permintaan wanita itu.
-
-
Begitu sampai di ruangan kerja Rista, Darren menyodorkan plastik berisi pembalut. "Cepat ganti, setelah ini kau pulang saja. Aku akan mengantarmu!"
"Baiklah," Rista bergegas ke toilet.
Darren menunggu sambil memainkan ponselnya. Hampir 15 menit, Rista akhirnya muncul.
"Saya sudah selesai, Tuan!"
"Ayo kita pulang!" Darren berjalan lebih dahulu.
Yuno membukakan pintu belakang untuk Presdir.
"Kita antar dia pulang!" perintah Darren pada asistennya.
"Baik, Tuan!" Yuno kembali menutup pintu mobil setelah Presdir masuk.
Rista duduk di samping kemudi bersama Yuno. Ketiganya saling diam.
Mobil berhenti tepat di tempat tinggal Rista, wanita itu sebelum turun berucap, "Terima kasih!"
"Ya," sahut Darren di belakang tanpa menatap karyawannya itu.
Rista pun turun.
Yuno kembali tersenyum sembari melihat kaca spion.
"Kenapa kau senyum-senyum?"
"Aku berpikir jika kau memang lagi jatuh cinta padanya," tutur Yuno.
"Mana mungkin aku menyukai wanita seperti dia," ujar Darren.
"Sikap dan perhatian yang kau berikan sudah menjelaskan semuanya, Tuan Darren Artama!"
Darren hanya mengulas senyum tipis mendengar ucapan asistennya itu.
...----------------...
Menjelang pameran busana beberapa hari ini Arta Fashion sangat sibuk, Darren memerintahkan kepada Yuno untuk mengundang Natasha dalam acara tersebut sebagai tamu.
"Nona!" sapa Yuno.
"Ya," Natasha tersenyum.
"Ini ada undangan untuk anda!" Yuno menyodorkan kertas berwarna dengan tulisan indah.
Natasha membacanya sekilas, "Hari Minggu ini?"
"Ya."
"Baiklah, saya akan sempatkan waktu untuk datang!"
"Anda harus datang, karena brand ambassador Arta Fashion itu Nona Natasha."
"Baiklah, saya akan datang!" wanita itu tersenyum lalu melanjutkan pemotretan.
-
Rista dan beberapa desainer harus bekerja keras agar hasil rancangan mereka selesai tepat waktu.
"Apa para model telah dihubungi lagi?" tanya senior Rista.
"Sudah, Kak." Jawab Rista.
"Jika sudah di sini, suruh para model untuk mencoba gaun rancangan kita," ujar senior.
"Baik, Kak!" jawab desainer yang lainnya serentak.
Beberapa model sudah pada berdatangan, mereka mencoba rancangan para desainer.
Rista sibuk memilihkan gaun yang akan dikenakan para model.
"Rista, kata Tuan Yuno kau dipanggil Presdir," ucap salah satu karyawan.
"Baiklah, aku akan ke sana!" Rista pun pamit pergi setelah meminta izin pada modelnya.
Rista mendatangi ruang Presdir, "Apa anda tidak tahu kalau saya lagi sibuk!"
"Ya, aku tahu. Tapi, ku mau kau mendatangi lokasi pameran busana di sana!"
"Apa tidak karyawan yang lain yang bisa disuruh?"
"Kau ingin membantahku, Rista!"
"Tuan, para model sudah berdatangan," ujar Rista menjelaskan.
"Desainer lain sudah ada yang mengatur." Darren memakai jasnya lalu meraih kuncinya.
"Tapi, Tuan. Para model belum mencoba hasil rancangan saya," ucap Rista.
"Aku akan menyuruh mereka untuk melayani para modelmu itu!" Darren meraih tangan Rista dan membawanya keluar.
"Tuan, saya segan menyuruh mereka."
"Cukup turuti perintahku saja!"
Rista pun pasrah.
Presdir menemui senior Rista dan meminta izin membawanya lalu menyuruh untuk melanjutkan pekerjaan juniornya itu.
Darren membuka pintu mobil untuk Rista, wanita itu cukup terkejut dengan perlakuan atasannya.
Rista memakai sabuk pengaman sebelum Darren memberikan perintah.
Mobil pun melesat ke tempat tujuan, beberapa pekerja lagi bersiap membangun panggung.
"Tugas saya sekarang apa, Tuan?" tanya Rista.
"Temani aku saja!"
"Hah!"
"Tetaplah di sampingku, karena ku butuh sesuatu tinggal menyuruhmu!"
"Sebenarnya pekerjaan saya apa desainer atau asisten anda?"
"Keduanya."
"Anda harus memberikan saya gaji double."
Darren menyentil kening Rista, "Pikiranmu gaji saja!"
"Saya bekerja untuk mendapatkan uang bukan sukarela," ocehnya.
"Aku akan memberikan gaji yang pantas untukmu, apa kau ingin ku belikan mobil?"
"Tidak perlu, Tuan. Pekerjaan saya akan semakin banyak dan sulit jika anda memberikan saya mobil," jawabnya.
"Saya tidak mau kau terlambat dan berkeringatan saat tiba di kantor," ujar Darren.
"Tuan, perhatian sekali dengan saya!" Rista tersipu malu.
"Jangan berpikir berlebihan, kau bukan tipe ku!"
"Memangnya seperti apa kriteria, Tuan?"
"Aku mau wanita yang pembersih," jawabnya.
"Saya juga pembersih tapi tidak berlebihan seperti anda!"
"Menurutmu aku itu berlebihan?"
"Iya, sangat aneh!"
"Kau mau aku memotong gajimu lagi," ancam Darren.
"Jangan, Tuan!" Rasti mendekap lengan Presdir.
"Hei, lepaskan aku!" Darren mendelikkan matanya.
"Aku ingin membuktikan kalau tangan Tuan memerah atau tidak jika ku sentuh!"
"Hei, lepaskan!"
Rasti malah memeluk tubuh Presdir erat.
"Tuan, ini...." ucap salah satu pekerja. "Maaf mengganggu, Tuan. Nanti saja saya kembali lagi," lanjutnya kemudian meninggalkan Darren dan Rista.
Darren mendorong tubuh Rista beruntung wanita itu tak jatuh.
Rista tersenyum puas, "Ternyata tubuh Tuan tidak memerah, apa artinya kita berjodoh?"
"Jangan bermimpi, gadis aneh!"
"Berharap 'kan tidak apa-apa, Tuan!"
"Terserah kau saja!" ucapnya. "Susah sana tanyakan pada mereka, apa saja yang dibutuhkan," lanjutnya memerintah.
"Siap, Presdir!" menunjuk wajah semanis mungkin.
Darren melihat tubuhnya tidak menunjukkan reaksi apapun setelah disentuh Rista. "Apa dia jodohku?" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
여보❥⃝•ꨄ︎࿐
Takdir tidak ada yang tahu, tapy jlas kalian bakal jodoh 😂😂
2022-07-11
1