Ayumi Charista, nama gadis yang membuat Darren terlihat kesal. Ia berjalan memasuki rumah peninggalan ayahnya dengan wajah ditekuk.
"Kenapa sudah pulang? Apa kamu diterima?" Cecar Elisa tak sabar.
"Aku terlambat, Bu. Jadi mereka tidak mau menerima lamaran ku," Rista mengencangkan tangisannya.
"Hei, sudah. Jangan menangis, nanti di dengar tetangga. Mungkin belum rejekimu bekerja di sana," Elisa menenangkan putrinya.
"Padahal aku sangat ingin jadi desainer, Bu."
"Kerja yang lain saja, kalau ada lowongan di perusahaan fashion kamu melamar saja lagi," ujar Elisa.
Rista menghapus air matanya. "Maafkan aku, Bu!"
"Maaf, kamu tidak melakukan kesalahan. Ini cuma tentang tidak keberuntungan saja, Nak."
"Aku tidak bisa meminta foto Clarissa Ayumi untuk Ibu," Rista berusaha agar air matanya tidak jatuh.
"Sudahlah tidak masalah bagi Ibu," ujar Elisa.
"Ibu tidak bisa pamer dong sama tetangga kita yang sombong itu!"
"Orang yang seperti tetangga kita itu tidak perlu dianggap, hanya membuat pusing saja," jelas Elisa.
...----------------...
Keesokan harinya, Devan memeriksa beberapa rancangan pakaian yang akan dikirim ke bagian produksi. Darren juga turut membantunya.
"Sepertinya kita membutuhkan beberapa orang desainer baru," ujar Devan.
"Memangnya kenapa dengan yang sekarang, Pa?"
"Sangat tidak menarik," jawab Devan.
"Apa kita perlu bantuan Mama atau Kak Raisa untuk memilih calon desainer?"
"Ini sekarang jadi tugasmu," jawab Devan.
"Aku, Pa." Darren menunjuk diri sendiri.
"Selain memilih brand ambassador, kamu juga mencari desainer terbaik. Sebelum mereka menjualnya kepada perusahaan lain," jelas Devan.
"Bagaimana aku mencarinya, Pa?"
"Astaga, Darren. Buat iklan atau apalah, coba berpikir. Jangan semua Papa, perusahaan ini harus segera dilepas kepadamu," jawab Devan.
"Nanti Darren akan mencari ide untuk merekrut desainer terbaik," janjinya.
Yuno bergegas berdiri menghampiri Darren yang keluar dari ruangan, dia juga memberikan laporan tentang karyawan baru.
"Yuno, apa kau tahu di mana kita bisa merekrut desainer terbaik?"
"Kalau terbaik tentunya mahal dengan honornya, mereka pasti punya nama yang besar," jawab Yuno.
"Di mana aku harus mencarinya? Papa merepotkan saja," gumamnya.
"Bagaimana jika Tuan membuka audisi untuk para desainer baru?"
"Audisi?"
"Kita akan menemukan desainer baru dengan honor tidak terlalu mahal tapi kita mendapatkan hasil yang bagus dan baik," jawab Yuno.
"Ya, ide yang kau tawarkan cukup menarik," Darren setuju dengan ucapan sekretarisnya.
"Tentunya, Tuan." Tersenyum bangga.
"Baiklah, nanti aku akan bicarakan ini kepada Presdir," ujar Darren.
......................
Beberapa hari kemudian...
Darren menikmati waktu sore hari di sebuah kafe. Sambil bekerja dan menyesap secangkir teh matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk seorang diri tak jauh darinya.
Rista tampak melihat orang-orang berjalan di depannya dengan tangannya mencoret-coret kertas yang dipegangnya.
"Apa yang dilakukannya?" Batin Darren.
Tatapannya matanya terus memperhatikan gadis yang menguncir rambutnya ke atas hingga masih tersisa helaian rambut yang menutupi wajah.
Entah kenapa Darren begitu penasaran dengan gadis yang melempar mobilnya dengan botol minuman.
Teman Rista yang baru saja duduk di samping melihat ke arah Darren. "Sepertinya pria itu terus menatap ke sini, apa kau mengenalnya?"
Rista pun mengikuti pandangan temannya. "Ayo, kita pergi dari sini!" Ia pun berdiri kemudian berlalu.
Darren melihat Rista pergi bergegas menutup laptopnya lalu mengikuti langkah gadis itu.
Rista berjalan tergopoh-gopoh menjauhi kafe sampai ia menabrak orang lain membuat isi tasnya berserakan.
Darren yang berada dibelakangnya, melihat kertas bertebaran penuh dengan gambar desain pakaian. Ia hendak mengambil satu kertas namun tangannya ditepis.
"Jangan menyentuh punyaku!" Sentaknya.
Darren segera menyemprotkan anti kuman ke tangan yang disentuh Rista. Hal itu membuat dua gadis yang ada dihadapannya merasa heran.
Rista dan temannya bergegas mengumpulkan kertas dan barang-barang yang berserakan itu.
Darren pun meninggalkan kafe dengan langkah cepat.
"Dia sungguh pria yang aneh!" Celetuk Rista.
"Ya, apa kita begitu menjijikkan sampai dia menyemprotkan cairan itu ke tangannya?" Tanya temannya.
"Entahlah," jawab Rista.
Sambil berjalan terburu-buru ke mobilnya, Darren berkali mengelap punggung tangannya dengan tisu padahal ia sudah menyemprotkan cairan.
Begitu sampai di mobil, ia teringat dengan kertas yang berserakan itu. "Kenapa desainnya begitu bagus?" bertanya dalam hati.
Darren bergegas turun dari mobil mencari keberadaan Rista tapi gadis itu tidak ia temukan. "Harusnya tadi aku bertanya padanya, apa itu asli karyanya atau tidak?" gumamnya.
-
-
Kediaman Artama
Darren menghampiri orang tuanya yang sedang mengobrol di balkon rumah selepas makan malam.
"Pa, aku ada ide. Sebenarnya dari Yuno, sih!" ujar Darren.
"Ide apa dari dia, Nak?" tanya Clarissa.
"Yuno menyarankan perusahaan membuka audisi untuk desainer baru," jawab Darren.
"Begitu juga boleh," Devan menerima usulan putranya.
"Kapan kita akan membuka audisi tersebut?" tanya Darren lagi.
"Secepatnya, karena kita butuh desainer muda dan selalu mengikuti perkembangan zaman," jawab Devan.
"Baik, Pa. Besok kita akan kembali rapatkan," ujar Darren.
...----------------...
Seminggu setelah lamaran pekerjaannya ditolak karyawan Arta Fashion. Rista kembali ke kota A untuk mencari keberuntungan.
Ayumi Charista atau biasa dipanggil Rista selama di kota A bukan hanya untuk mencari pekerjaan tapi juga untuk berlibur dan senang-senang sebelum waktunya dihabiskan dalam bekerja.
Ya, pagi ini ia pergi ke toko buah dan sayur untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dirinya selama menumpang hidup di rumah temannya.
Seperti biasa, ia sengaja memutar jalan lebih jauh ke toko agar dapat melihat gedung besar Arta Fashion. Dia berharap bisa bekerja dan bergabung di perusahaan itu.
Ini adalah kali ketiga selama di Kota A, ia melewati gedung tersebut. Namun, pagi ini suasana gedung lebih ramai. Sebuah mobil mewah berwarna putih memasuki perkarangan dengan beberapa orang mengelilinginya.
Rista yang dari kejauhan sejenak berhenti melihat kerumunan orang-orang.
Ya, Clarissa pagi ini datang ke Arta Fashion bersama suaminya dan putranya.
Melihat kedatangan Clarissa Ayumi, gadis itu berlari mengejar sang artis untuk sekedar berfoto dan tanda tangan.
Belum sampai, Rista sudah dihadang penjaga keamanan. "Mau ke mana, Nona?"
"Saya ingin meminta foto pada wanita itu!" Rista menunjuk ke arah Clarissa.
"Tidak bisa, anda dilarang mendekatinya."
"Kenapa?" tanya Rista.
"Karena dia tidak ingin diganggu," jawab penjaga keamanan.
"Bukan Nyonya yang tidak mau bertemu tapi suaminya yang melarang mendekati istrinya," ujar penjaga keamanan yang satunya lagi bersuara pelan.
"Anda tidak boleh mendekatinya apalagi meminta foto, pekerjaan kami jadi taruhannya," jelas penjaga keamanan bertubuh lebih kurus daripada temannya yang satunya lagi berbadan besar dan sedikit gendut.
"Nyonya Clarissa Ayumi!" teriak Rista.
Clarissa, suami dan putranya menoleh ke arah suara.
"Ibuku mengidolakanmu!" Rista berkata dengan suara keras dari kejauhan.
Clarissa tersenyum lalu melambaikan tangannya.
"Bolehkah aku berfoto denganmu?" teriaknya lagi.
Clarissa menatap suaminya meminta izin.
Darren memperhatikan gadis yang berteriak memanggil nama mamanya. "Bukankah itu dia?" batinnya bertanya.
Clarissa berjalan mendekati Rista, sementara itu suami dan putranya memilih lebih dahulu masuk ke dalam gedung.
Empat orang pengawal berada disekeliling Clarissa, memberikan perlindungan kepada istri pemilik Arta Fashion itu.
Rista yang dihampiri oleh Clarissa tersenyum bahagia, ia mengambil kamera lalu berfoto bersama tak lupa ia mengeluarkan sebuah buku tulis yang lembarannya ada kosong, kemudian meminta tanda tangan. "Terima kasih, Nyonya!"
"Apa ada lagi?" tawar Clarissa.
"Tidak, Nyonya. Sekali lagi, terima kasih!"
Clarissa tersenyum," Sama-sama, sampaikan salam dariku untuk ibumu."
"Dengan senang hati, Nyonya."
Clarissa melanjutkan langkahnya ke arah gedung.
Rista memandang foto dirinya dan sang artis di ponselnya. "Pasti ibu senang, aku mendapatkan ini!"
Begitu Clarissa berada di dekat suaminya dan putranya, Yuno segera menyodorkan penyemprot anti kuman.
Clarissa sedikit heran dan menatap bingung sekretaris putranya.
"Tuan Darren yang menyuruhnya, Nyonya!" jelas Yuno tanpa diminta.
Clarissa pun menyodorkan kedua telapak tangannya untuk disemprot Yuno. "Papa dan anak sama saja!" gerutunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
여보❥⃝•ꨄ︎࿐
Like father like son 👍🏻😂
2022-07-05
1