Yuno tertawa tipis mendengar nama Rista disebut Darren.
"Kenapa tertawa?"
"Aneh saja, tidak biasanya kau membicarakan seorang wanita," jawab Yuno.
"Ya, menurutku dia sedikit aneh saja."
"Aneh, bagaimana?"
"Berani membantah ucapanku dan ketika dia berani menyiramkan air di depan papaku," jawab Darren.
"Ya, memang dia sangat berani dan cerdas makanya Paman Devan memilihnya menjadi salah satu desainer di Arta Fashion."
"Tapi, entah kenapa kalau melihat wajahnya rasanya sangat kesal," ungkap Darren.
"Aku juga heran dengan sikapmu, padahal itu perempuan tidak melakukan kesalahan apapun. Dia melakukan semua pekerjaan yang kau beri dengan baik. Apa jangan-jangan kau menyukainya?" Yuno menatap mata temannya itu.
"Aku tidak suka dengannya!" Darren menjawab cepat. "Aku belum mau memiliki hubungan apa-apa dengan wanita, sangat ribet dan merepotkan," lanjutnya.
"Hati-hati dengan ucapanmu itu, bisa jadi suatu saat kau yang akan mengejarnya!"
"Tidak akan!" Darren berkata tegas.
"Baiklah kita lihat saja nanti," Yuno mengulum senyum.
-
-
Yuno menyerahkan hasil foto-foto Natasha kepada Darren.
"Cukup menarik!"
"Sangat cantik, kan?" tanya Yuno.
"Menurutku biasa saja, karena setiap wanita memang cantik," jawab Darren. "Tunggu dulu, apa kau mengaguminya?" ia lalu bertanya.
Yuno menggelengkan kepalanya.
"Aku pikir kau menyukainya," ujar Darren.
"Dia juga aneh," celetuknya.
"Benarkah?" Darren penasaran.
"Ya."
"Ternyata kita sama-sama menemukan wanita aneh," ucap Darren. "Papa juga pernah bilang, kalau Mama itu wanita sangat aneh yang selalu mengejar dirinya," lanjutnya.
"Mamaku juga mengatakan hal itu," sambung Yuno.
"Benarkah?"
"Kata Mamaku kalau Bibi Clarissa sudah menyukai Paman Devan saat menjadi model di sini," jawab Yuno.
"Ternyata Mamaku dulu memang tidak tahu malu," ceplos Darren.
"Tapi kau lihat sekarang, Paman Devan begitu sangat menyayanginya dan mencintainya," ujar Yuno.
"Ya, mereka saling mencintai. Aku bangga melihatnya," puji Darren.
"Apa kau ingin seperti mereka?" Yuno menaikkan kedua alisnya.
"Mau, sih. Tapi, tidak dalam waktu dekat ini. Karena aku belum siap mendengar omelan wanita saat datang bulan," jawab Darren.
"Datang bulan, itu apa?" tanya Yuno.
Darren menepuk jidatnya. "Kau tidak tahu jadwal bulanan untuk para wanita?"
Yuno menggelengkan kepalanya.
"Awalnya aku juga tidak tahu, baru paham ketika Mama menjelaskannya. Karena tiap bulan Kak Raisa selalu marah-marah, terus ketika belanja dia selalu membeli sesuatu yang katanya buat perempuan."
"Oh, begitu." Yuno mengangguk paham.
"Itu salah satu alasan aku tidak mau jatuh cinta, apalagi ku tak suka wanita yang jorok!"
......................
Seminggu setelah pemotretan, mereka kebanjiran orderan. Produk yang digunakan Natasha laris di pasaran. Ada tiga karya dari desainer berbeda yang ditampilkan masyarakat semuanya suka.
Hal itu membuat Rista sebagai salah satu desainer merasa senang, apalagi mendengar karyawan senior mengatakan jika hasil karya kita laku keras bonus mengalir ke kantong.
"Semoga saja, bonus itu memang benar. Dan aku bisa beli rumah di kota ini," ucapnya dalam hati.
Sementara itu Yuno memberikan laporan kepada Darren tentang penjualan yang semakin meningkat.
"Ternyata tidak salah, Paman Devan meminta Rista memberikan alasan kenapa memilih Natasha," tutur Yuno.
"Kau ingin memuji wanita aneh itu sangat cerdas," celetuk Darren.
"Ya, kau benar. Dia sepertinya keberuntungan bagi Arta Fashion," ujar Yuno.
"Itu hanya kebetulan saja!"
"Kau malu mengakui kehebatannya?"
"Jika dia mendengarnya, nanti akan besar kepala. Aku rasa juga ini karena Natasha, dia mempunyai penggemar yang sangat setia. Hingga mereka rela membeli produk yang di mana idolanya menjadi bintang iklannya."
"Ya, Natasha juga ikut andil dalam keberhasilan iklan ini." Yuno tersenyum tipis.
Di lain tempat, saat makan siang dikediaman sang artis. Natasha tersenyum ketika membaca pesan dari manajernya kalau produk yang dibintanginya sukses di pasaran.
"Kenapa senyum-senyum saja?" tanya Nikita lembut.
"Produk Arta Fashion laku keras, Ma."
"Syukurlah," sahut Daniel.
Nikita tersenyum sekedarnya.
"Kenapa Oma merasa tidak senang mendengarnya," celetuk Martha.
"Ma, sudahlah. Itu masa lalu, jangan diungkit lagi," Nikita menasehati mamanya.
"Oma, menurutku keluarga besar Artama adalah orang-orang yang baik. Buktinya aku diberikan kesempatan menjadi brand ambassador di perusahaannya," ungkap Natasha.
"Itu karena kamu artis yang sedang naik daun dan berprestasi," ujar Martha.
"Ma, apa yang dikatakan Natasha benar. Pesaing dia untuk menjadi brand ambassador cukup kuat, ada yang bintang film bahkan penyanyi Internasional," jelas Nikita.
"Mama tidak percaya, pasti ada maksud dan tujuan mereka merekrut kamu!" Martha berdiri lalu meninggalkan meja makan.
Nikita menghela nafas, sementara suaminya hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments