Rista menutup wajahnya, kesempatannya bekerja di Arta Fashion harus gagal lagi. Dia berdiri dengan mengepalkan tangannya, "Aku akan memberikan pelajaran untuknya!" geramnya.
"Yang sabar, Rista. Kita akan coba lagi," Sella berusaha menenangkan temannya itu.
"Pria itu memang sangat menyebalkan, Sella."
"Ayo kita pulang!" ajak Sella dan temannya itu mengiyakan.
Rista melihat Darren dengan seorang pria paruh baya di sebelahnya berjalan ke arah pintu utama berjalan cepat menghampirinya tanpa berpikir ia membuka tutup botol minuman yang digenggamnya lalu menyiramkannya ke jas Darren.
Pria yang mendapatkan serangan air mendadak terkejut seketika rahangnya mengeras.
"Itu pantas buat anda!" Rista berkata lantang.
Devan juga terkejut melihat putranya mendapatkan serangan dari seorang gadis.
"Apa salahku, gadis gila?" Darren mencoba menahan emosinya.
Beberapa pengawal hendak memegang tubuh gadis yang menyerang atasannya itu, namun Devan mencegahnya.
"Nona, apa yang telah dilakukan putraku?"
"Karena dia sudah membuatku gagal mengikuti audisi," jawab Rista.
"Kenapa aku yang kau salahkan, memangnya apa yang ku buat?" tanya Darren.
"Kau menyetir mobil terlalu kencang membuat pakaian ku basah," Rista menunjuk roknya.
"Maafkan putra saya, Nona!" ucap Devan.
"Papa aku tidak salah, dianya saja yang jalan tidak hati-hati," protes Darren.
"Darren, cepat minta maaf!" titah Devan.
"Aku tidak mau, Pa." Darren memilih berjalan terlebih dahulu.
"Hei, kau mau ke mana?" Rista mengejar langkah Darren. "Kau harus bertanggung jawab," teriaknya.
Darren membalikkan badannya, "Tanggung jawab apa?"
"Kau harus membayar waktuku terbuang kemari, karena dirimu aku gagal bekerja di sini!" jawabnya.
"Kau tidak akan pernah bekerja di sini!" Darren menekankan kata-katanya, kemudian melanjutkan melangkah.
Devan mendekati Rista, "Saya bisa bantu kamu bekerja di sini!"
"Benarkah, Tuan?" Rista begitu senang mendengarnya.
Devan mengangguk, lalu memanggil salah satu karyawannya, "Aku dengar dia gagal mengikuti audisi, beri kesempatannya lagi," titahnya.
"Baik , Tuan."
"Terima kasih banyak, Tuan." Rista menundukkan sedikit kepalanya tersenyum senang.
Devan tersenyum tipis lalu menyusul putranya ke mobil. "Lain kali kalau menyetir liat ke kanan dan kiri, jangan sampai karena ulah yang kamu buat merugikan orang lain," nasehatnya.
"Dia saja yang jalan terlalu ke pinggir, harusnya kalau ada genangan air yang dihindari," Darren tak mau kalah.
"Papa memberikan kesempatan untuk dia melakukan audisi itu, jadi jika memang gadis itu berpotensi kamu jangan berbuat curang," mengingatkan putranya.
"Iya, Pa," ucap Darren padahal dalam hati ia ingin memberikan pelajaran padanya.
-
-
Rista selesai mengikuti audisi, tim juri senang dengan penjelasannya dan hasil desainnya. Dengan perasaan bahagia ia memeluk sahabatnya.
"Apa kau sudah lulus?"
"Juri menyukai hasil karyaku, tinggal keputusan dari pimpinan perusahaan ini," jawab Rista.
"Semoga kau terpilih, ya!" doa Sella.
"Ya, semoga saja!" harapnya.
...----------------...
Beberapa hari kemudian....
Rapat penentuan pemenang lomba dilaksanakan, salah satu karyawan menunjukkan hasil karya gadis yang diajukan Devan.
"Ini hasil karya desain dari Nona Ayumi Charista, Tuan!"
"Kenapa namanya hampir mirip dengan istriku?" tanyanya tersenyum.
"Mungkin ibunya penggemar Nyonya Clarissa," jawabnya dengan senyuman.
"Mungkin saja," ujar Devan.
Darren mendengar nama gadis yang menyiram dirinya dengan air mineral itu merasa kesal.
Devan melihat hasil karya Rista dengan senyum, "Cukup bagus!" pujinya.
"Sepertinya Nona Rista memang sangat berbakat, karena dia juga lulusan fashion desain," jelas tim juri. "Dia juga pernah magang di perusahaan AZ Fashion," lanjutnya.
"Perusahaan itu cukup terkenal, aku setuju jika dia bergabung di perusahaan ini," ucap Devan. "Menurutmu bagaimana?" Ia mengalihkan pandangannya kepada putranya.
"Aku tidak setuju," jawabnya tegas.
"Kenapa?" tanya Devan.
Beberapa juri dan direksi juga saling berpandangan.
"Dia masih terlalu muda, pengalamannya tidak banyak. Jadi untuk membuat desain yang akan dipakai brand ambassador kita tidak cocok," Darren memberikan alasan.
"Desain dia sesuai dengan perkembangan zaman saat ini," ujar Devan.
"Tapi Pa, ini sangat jelek," ungkap Darren.
"Papa akan mengambil keputusan sendiri kalau karya Ayumi Charista terbaik diantara yang lainnya," Devan berkata kepada seluruh karyawan yang hadir di ruang rapat. "Kalian setuju, kan?" tanyanya lagi.
"Setuju, Presdir!" jawab karyawan serempak.
"Besok dia sudah mulai bekerja!" Devan memberikan perintah. Lalu ia meninggalkan ruangan rapat disusul putranya.
"Pa, kenapa menerima gadis itu?" Darren bertanya setelah memasuki ruangan kerjanya.
"Dia berbakat dan pantas berada di sini," jawab Devan.
"Pa, tapi aku tidak suka," ujar Darren.
"Apa karena dia memiliki masalah denganmu?"
"Iya, Pa."
"Darren, kamu harus bedakan pekerjaan dengan masalah pribadi. Karya dia cukup bagus, kalau kita lepas yang ada kita merugi. Bagaimana jika perusahaan lainnya merekrutnya?"
"Pa, masih banyak peserta yang ikut dan mereka cukup potensial," jawab Darren.
"Darren, Papa tahu tapi yang hampir mendekati dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini itu adalah hasil karyanya," jelas Devan.
"Papa memberikan jabatan ini kepadaku tapi aku tak diberikan kesempatan untuk memilih," Darren pun meninggalkan ruangan.
Devan menggelengkan kepalanya melihat sikap putranya.
-
-
Saat makan malam Darren memilih diam, hal itu membuat Clarissa heran dan bertanya. "Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa, Ma."
"Dia marah padaku karena memilih seorang gadis untuk bergabung di Arta Fashion," sahut Devan.
Darren tak ingin memotong pembicaraan Papa Devan atau membela diri, dia tetap memilih tidak bersuara.
"Memangnya kenapa dengan gadis itu?" tanya Clarissa.
"Gadis itu kemarin menyiram air ke pakaian Darren, tapi hari ini aku dan beberapa direksi memilih dia sebagai desainer di perusahaan," jawab Devan.
"Oh, begitu!" ucap Clarissa lalu ia menatap putranya. "Jangan terlalu membencinya, nanti kamu jatuh cinta padanya," ledeknya.
Devan hanya mengulum senyum melihat istrinya menggoda putranya.
"Aku pun tidak mau dengannya, walau hanya dia gadis yang tersisa di dunia ini," Darren akhirnya bicara.
"Kita lihat saja nanti," tantang Clarissa. "Apa dia gadis yang manis, Van?" tanyanya pada suaminya.
"Ya, dia cantik tapi tetap kau yang paling cantik dan manis," jawab Devan tersenyum.
"Oh, suamiku. Kau sungguh manis sekali, aku mencintaimu!" Clarissa memeluk tubuh suaminya yang ada disampingnya.
Darren menatap Clarissa kemudian memiringkan senyumnya.
...----------------...
Gedung Arta Fashion
Darren dan Devan berjalan beriringan memasuki gedung. Rista yang juga berada dibelakangnya menghampiri ayah dan anak itu.
"Selamat pagi, Tuan!" sapanya tersenyum dengan sedikit menunduk kepalanya.
"Pagi juga," ucap Devan.
"Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan berkarir di sini," ujar Rista.
"Sama-sama," Devan tersenyum tipis.
Darren memilih jalan lebih dahulu dengan tangan dimasukkan ke kantongnya.
Rista kini berada di ruangan kerjanya, beberapa karyawan membantunya beradaptasi dengan lingkungan.
"Siapkan gambarmu hari ini juga, jika sudah selesai beri kepada Tuan Yuno agar diteruskan kepada Presdir," jelas salah satu staf.
"Baik, Kak."
Rista pun membuat desain yang diminta oleh pimpinan perusahaan karena esok hari akan diproduksi.
Menjelang makan siang, Rista mengantar hasil pekerjaannya kepada Yuno. "Tuan, ini gambar yang diminta Presdir!"
"Baik, Nona. Nanti saya akan sampaikan kepada Presdir," ucapnya.
"Terima kasih, Tuan."
"Ya."
Yuno menyerahkan hasil karya Rista kepada Darren karena Devan yang menyuruhnya untuk memberikannya kepada putranya.
"Kenapa harus aku yang menanganinya?" Darren menatap bingung.
"Mulai sekarang belajarlah mengambil keputusan," jawab Devan.
"Beri sampel kepadaku sebelum diproduksi," ucap Darren.
"Baik, Tuan." Yuno pun meninggalkan ruangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like, komen dan vote...
Selamat Membaca 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
여보❥⃝•ꨄ︎࿐
Jangan terlalu membenci.... nanty Bucin kebangetan lohh
2022-07-05
1