Beberapa hari kemudian, Yuno memberikan laporan kalau salah satu karyawan perusahaan yang menyediakan bahan kain telah berbuat curang. Ia mengganti kualitas nomor satu yang biasanya di pesan perusahaan Arta Fashion dengan nomor tiga.
"Apa mereka mau mengganti kerugian?" tanya Darren.
"Mereka bersedia menggantinya," jawab Yuno.
"Baguslah," ucap Darren. "Tolong, panggilkan Rista!" perintahnya.
"Dia tidak masuk hari ini."
"Kenapa?"
"Sakit."
"Sakit apa? Dan dirawat di mana?"
"Aku tidak tahu," jawabnya.
"Kenapa kau tidak tahu?"
"Karyawan masuk atau tidak bukan urusanku, Darren. Kau kenapa begitu panik mendengarnya sakit? Apa benih-benih cinta sudah tumbuh di hatimu?"
"Kau bicara apa, sih? Ya, aku bertanya karena dia karyawanku. Tidak salahkan kalau tahu keadaannya," Darren berkata terbata.
"Tidak salah, sih. Cuma heran saja, kau begitu khawatir dengannya," ujar Yuno.
"Mungkin itu perasaanmu saja," Darren berusaha tetap tenang.
"Ya, mungkin. Kalau begitu, aku kembali ke ruangan," Yuno pun berlalu.
Darren duduk di kursi, pikirannya tertuju pada Rista. "Semoga hanya sakit biasa," harapnya. "Tapi kenapa aku begitu mengkhawatirkannya?" berbicara sendiri.
-
-
Sepulang kerja, Darren sengaja melewati tempat tinggal Rista. Mobilnya berhenti tak jauh dari rumah karyawannya itu.
Darren terus menatap bangunan yang tidak terlalu besar namun sangat sejuk karena halamannya dipenuhi bunga-bunga yang cantik.
Tak lama ia memperhatikannya, seorang pria baru saja keluar bersama Rista dari dalam rumah. Tampak wajah wanita itu pucat dengan bibir kering. Pemuda yang ditaksir berusia sebaya dengannya mencium punggung tangan ibunya Rista.
Rista tersenyum lebar ke arah pria itu, kelihatan kalau ketiganya sangat akrab.
"Apa pria itu kekasihnya?" tanyanya lirih.
Darren hendak turun namun ia urungkan. "Kenapa aku harus repot menjenguknya?"
...----------------...
Keesokan harinya Rista sudah kembali bekerja walaupun tubuhnya belum terlalu sehat, namun ia paksakan agar tidak mendapatkan teguran dari atasannya.
"Kebetulan kita jumpa di sini," ujar Yuno di lift karyawan.
"Ada apa, Tuan?"
"Presdir mencarimu," jawabnya.
"Saya akan ke sana," Rista pun berlalu.
Sesampainya di sana, Presdir sedang menelepon seseorang sesekali ia tertawa membuat pria itu semakin tampan.
Rista menarik sudut bibirnya, melihat senyuman Presdir Arta Fashion itu namun seketika senyumnya menghilang mengingat perlakuan buruk Darren kepadanya.
Darren menutup teleponnya, lalu menatap Rista. "Kemarin kau ke mana?"
"Sakit, Tuan."
"Sakit apa?"
"Hanya kelelahan saja."
"Apa tugas yang aku berikan terlalu berat?"
"Ya."
"Memangnya aku memberikan tugas apa?"
"Tuan pikirkan saja sendiri."
"Kenapa harus aku yang berpikir?"
"Coba ingat-ingat, tugas yang Tuan berikan pada saya!"
"Aku tidak ingat," ujar Darren.
Rista menghela nafas pasrah.
"Aku ada tugas untukmu!" titah Darren.
"Apa itu, Tuan?"
"Pergi ke lokasi di mana kita akan membuat pameran busana," jawab Darren.
"Kenapa saya, Tuan?" Saya di sini hanya desainer," ujar Rista.
"Tapi, di sini aku adalah atasanmu. Jadi, turuti perintahku!"
"Baiklah, Tuan. Kapan saya ke sana? Dan di mana alamatnya?"
"Kau akan pergi denganku!"
"Kita pergi berdua?" Rista mengerakkan jemarinya ke arah Darren dan dirinya.
"Iya, kau tidak mau pergi denganku? Atau kau ingin pergi menggunakan kendaraan umum?"
"Saya akan pergi dengan anda!"
"Baguslah," Darren tersenyum senang. "Kita akan pergi hari ini!" lanjutnya.
"Hari ini?"
"Kenapa kau selalu bertanya balik? Apa kata-kata ku tidak jelas?"
"Sangat jelas, Tuan."
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang!" ajak Darren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
여보❥⃝•ꨄ︎࿐
Ciee,,, udah mulai khawatir nihh 🤭🤭
2022-07-08
1