Rapat pertama bagi Darren Artama dilakukan pagi ini bersama beberapa jajaran direksi. Clarissa menunggu keduanya di ruangan khusus tamu Presdir bersama dua asisten wanita sang artis yang masih muda.
Darren akan membahas ide pencarian desain muda dan berbakat melalui audisi. Mereka yang hadir setuju dengan usulan yang diberikan oleh calon Presdir Arta Fashion itu.
"Baiklah, kita akan membuka pendaftaran selama dua hari dan audisi akan dimulai hari berikutnya," jelas Darren.
"Kami setuju dengan ide anda, Tuan." Ujar salah satu direksi.
"Terima kasih, semua!" Darren tersenyum senang.
Begitu rapat selesai, Darren dan papanya menemui mamanya. Sebelumnya ia berbicara kepada Yuno untuk menyampaikan hal ini kepada pihak terkait.
Clarissa tersenyum ketika putranya menjemputnya di ruang tamu khusus, wanita paruh baya itu berdiri. "Bagaimana? Berjalan lancar, kan?"
"Mereka semua setuju, Ma."
"Syukurlah," Clarissa mengalungkan tangannya di lengan putranya.
-
-
Sore harinya Rista mendengar kabar bahwa Arta Fashion membuka audisi untuk desainer muda berbakat dari salah satu tetangga temannya tempat dirinya menginap yang kebetulan bekerja di perusahaan itu sebagai sopir salah satu direksi.
Penuh semangat ia pun ingin mengikuti audisi tersebut. Sebelum mendaftar ia menyampaikan niat baiknya kepada sang ibu untuk memohon restu.
Elisa yang mendengar keinginan putrinya mengikuti audisi menjadi desainer di Arta Fashion sangat senang. Apalagi putrinya itu mengirimkan fotonya bersama Clarissa Ayumi membuat dirinya semakin tersenyum.
Teman Rista bernama Sella membantunya mempersiapkan apa-apa saja syarat yang diminta oleh Arta Fashion.
"Semoga keinginanmu bekerja di sana terwujud," harapnya.
"Mudah-mudahan, Sell."
...----------------...
Pendaftaran pun dibuka hingga pukul 12 siang saja sudah ada mendaftar sekitar 30 orang termasuk Rista.
Begitu melewati pintu keluar gedung dari kejauhan Sella melihat Darren masuk ke dalam mobil mewah. "Rista, bukankah itu pria yang kita temui di kafe beberapa hari yang lalu?"
"Iya, kau benar. Apa mungkin dia bekerja di sini?" tanyanya.
"Bisa saja dia bekerja di sini, tapi di bagian apa secara dia sangat aneh begitu," ujar Sella.
"Dari tampangnya dan ia duduk di kursi pengemudi pasti dia hanya sopir dari bos besar di sini," tebak Rista.
"Tidak mungkin, Rista. Menurutku wajahnya keren dan tampan begitu, pasti dia berada di petinggi perusahaan atau jangan-jangan dia salah satu model di sini," Sella menerka-nerka.
"Aku tidak percaya dia salah satu petinggi di sini," ujar Rista. "Sudahlah kita pulang, kenapa bahas dia?" lanjutnya lagi.
"Ya sudah, ayo!"
-
Darren mengendarai mobilnya seorang diri menuju restoran. Siang ini mereka sekeluarga akan makan bersama. Devan lebih dahulu pulang untuk menjemput sang istri.
Begitu sampai, di restoran Raisa memeluknya erat. "Aku rindu sekali denganmu adikku," ia mencubit pipi pria yang kini berusia 25 tahun.
"Kakak sakit sekali!" protesnya.
"Sayang, jangan mencubitnya terlalu kuat pipinya jadi merah," ujar Eza.
"Aku begitu merindukan dia, sayang. Apalagi sekarang dirinya akan menjadi Presdir," ungkap Raisa.
"Kakak, apa ingin calon bayi kalian seperti aku?" Darren menatap sang kakak.
Raisa menurunkan tangannya dari pipi adiknya. "Aku tidak mau, kamu sama papa aneh," tuturnya.
"Apa kamu bilang, Papa aneh?" Devan ikut bicara setelah namanya disebut.
"Ya, kalian memang aneh. Ke mana-mana bawa penyemprot anti kuman, pakai masker, semua serba bersih," ungkap Clarissa.
"Jadi kau tidak menyukaiku begitu, kenapa baru bicara sekarang?" Devan menatap istrinya.
"Itulah keunikan dari dirimu, suamiku. Daya tarikmu begitu, makanya ku mengejarmu," Clarissa tersenyum manis membuat Devan tak bisa memarahinya.
"Kita kapan makan, dari tadi mengobrol saja," celetuk Darren.
"Kamu duduk, Nak. Kita akan makan siang bersama, kami dari tadi memang menunggumu," jelas Clarissa.
Selesai makan siang, mereka kembali mengobrol. "Bagaimana dengan pekerjaanmu, Darren?" tanya Raisa.
"Ya, begitulah. Masih di bantu Papa menjalankannya," jawab Darren.
"Oh, begitu." Raisa tersenyum.
"Kamu nanti lahiran di sini, kan?" tanya Clarissa pada putrinya.
"Iya, Ma. Raisa ingin dekat dengan kalian," jawabnya.
"Ya, Papa juga ingin ada disaat kamu melahirkan nanti," sahut Devan.
"Kapan kata Dokter melahirkannya?" tanya Clarissa.
"Kemungkinan pertengahan bulan depan, Ma," jawab Raisa.
"Berarti Papa sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisa menemani kamu melahirkan," ujar Clarissa.
"Jangan begitulah, Pa. Beri waktu untuk Darren dua bulan lagi menjalankan perusahaan," pinta putra bungsu Devan.
"Sayang, kamu harus berani menjalankan perusahaan. Jangan seperti anak kecil yang terus berada di dekat papa," nasehat Clarissa.
"Iya, adikku. Kamu itu sudah dewasa, harus siap menjadi pemimpin begitu saat menjadi kepala rumah tangga," sambung Raisa.
"Kenapa bahas rumah tangga?" Darren tak suka.
"Nak, cepat atau lambat kamu pasti akan menikah," jawab Clarissa.
"Kakak tak bisa bayangkan bagaimana calon istrimu kelak," ujar Raisa.
"Papa tidak mau dia dari kalangan artis," sahut Devan.
"Kenapa, Pa?" tanya Raisa.
"Kamu pasti tahu alasan Papa menolak hubungan kalian," jawab Devan sembari menatap anak dan menantunya itu.
Eza menghela nafas lalu kemudian tersenyum. Dirinya paham atas kekhawatiran papa mertuanya.
"Bagaimana kalau Darren menyukai seorang artis, Pa?"
tanya Raisa.
"Sebelum itu terjadi Papa mengingatkannya," jawab Devan.
"Kalian membahas tentang jodohku, ku tak mau jatuh cinta saat ini. Sangat ribet, harus ada waktu berdua. Belum lagi kalau wanitanya merajuk, semua buat pusing kepala saja," ungkap Darren.
"Kamu belum pernah merasakannya, Nak. Coba tanya papa dan kakak ipar kamu ketika jatuh cinta kepada kami, mereka tak mau lepas," ucap Clarissa tersenyum bangga.
"Kau selalu saja memuji dirimu, Rissa!" Devan membalas senyuman istrinya itu.
"Kan, memang benar!" Clarissa menaikkan kedua alisnya.
"Iya, Darren. Apa yang dikatakan Mama kamu benar," ujar Devan.
"Hentikan pembahasan itu, jangan bebankan aku dengan kata pernikahan," tutur Darren.
"Dia belum merasakannya," sahut Eza.
"Kakak doakan kamu yang akan mengejarnya," celetuk Raisa.
"Semoga saja tidak," Darren menampilkan senyum percaya diri.
...----------------...
Hari audisi pun dimulai beberapa peserta sudah memenuhi halaman parkir gedung Arta Fashion. Beberapa orang peserta dipanggil satu persatu bertemu dengan juri.
Selain menunjukkan gambar, mereka juga akan ditanya tentang bahan kain.
Dua jam yang lalu, Rista sudah bersiap akan berangkat namun saat menunggu bus, pakaiannya basah terkena cipratan kendaraan yang melintas dan terpaksa harus menggantinya.
Begitu selesai, ia kembali menunggu bus hampir sejam kendaraan roda empat itu juga tak muncul belum lagi hujan turun sangat lebat akhirnya ia tunda sampai langit cerah.
Begitu hujan reda Rista dan sahabatnya berjalan menuju gedung Arta Fashion. Lagi-lagi kesialan ia dapatkan, sebuah mobil mewah melaju kencang hingga membuat air yang tergenang di jalanan mengenai pakaiannya.
Rista menatap geram mobil tersebut.
"Tidak mungkin kau seperti ini ke sana?" tanya Sella.
"Jika kita kembali yang ada akan terlambat," jawab Rista.
"Apa kau yakin ke sana dengan pakaian ini?" tanya Sella lagi.
"Iya," jawab Rista dengan pakaian ujung roknya ke atas sebelah kanan basah. Hingga tertempel bercak sedikit lumpur.
Dengan berjalan cepat, Rista menuju gedung Arta Fashion. Begitu sampai ia melihat pria turun dari mobil mewah yang membuat bajunya basah.
Tak mau berdebat karena mengejar waktu juga ia memilih bergegas ke tempat audisi. Namun, harapannya kembali hancur. Panitia menolaknya karena pakaian yang digunakannya sangat tidak rapi dan kotor belum lagi tim juri sudah selesai menyeleksi peserta.
"Tolong berikan saya kesempatan lagi, Tuan!" mohonnya dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf, Nona. Tim juri sudah selesai dan mereka sedang beristirahat," jelasnya.
"Saya mohon, Tuan. Izinkan mengikuti audisi ini!" Rista mengatupkan kedua tangannya.
"Nona, coba lihat dengan pakaian yang ada gunakan. Juri tidak menyukai penampilan anda begini," jelasnya lagi.
"Tuan, tadi kami ke sini telah rapi cuma ada pengendara mobil yang membuat pakaian yang digunakan teman saya ini basah," Sella turut memberikan penjelasan.
"Saya tidak peduli dengan alasan yang kalian beri, waktu audisi sudah habis. Maaf!" karyawan tersebut kemudian berlalu meninggalkan Rista dan temannya di depan ruang audisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
여보❥⃝•ꨄ︎࿐
Pasti si Darren tuhh 🤔
2022-07-05
1