Rista harus berlari kencang karena ia sudah terlambat 10 menit ke kantor. Begitu sampai Darren juga baru tiba tanpa sengaja mereka saling bertabrakan.
Darren menatap kesal wanita yang telah menabraknya. "Kau lagi!" geramnya.
"Maafkan saya, Tuan!" Rista menundukkan kepalanya.
Darren melihat arlojinya, "Kau terlambat lima belas menit!"
"Tuan, juga terlambat!" ucap Rista asal.
"Aku di sini adalah atasan, jadi jangan mencoba mengatur jadwal kerjaku!" merapatkan giginya.
"Ya, maaf!"
"Ke ruangan ku sekarang juga!" perintahnya. Darren berjalan lebih dahulu.
Rista menepuk jidatnya, "Masalah baru lagi!"
Begitu sampai di ruangan Presdir, Rista berdiri dengan kepala menunduk sesekali ia melirik pria yang ada dihadapannya.
Darren memeriksa gambar-gambar gaun yang dibuat Rista. "Cukup bagus!" pujinya
"Terima kasih, Tuan!" sahut Rista.
"Aku tidak menyuruhmu berbicara!"
Rista kembali menundukkan kepalanya.
"Karena kau terlambat gajimu aku potong sepuluh persen!"
"Apa!" Rista menaikkan kepalanya menatap Darren.
"Kenapa besar sekali, Tuan?"
"Kalau begitu lima belas persen."
"Kenapa jadi naik, Tuan?"
"Dua puluh persen."
"Baiklah, saya terima dengan ikhlas!" Rista berkata pasrah.
"Aku akan menghubungi bagian karyawan untuk memotong gajimu," ujar Darren.
Mata Rista tampak berkaca-kaca.
"Sekarang kau boleh keluar!" usirnya.
Tanpa permisi Rista lantas pergi meninggalkan ruangan Presdir. Begitu sampai di meja kerjanya ia melipat kedua tangannya dan menjatuhkan kepalanya diatasnya.
"Hei, kau kenapa?" tanya teman kerja pria Rista.
Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu menangis.
"Kenapa menangis?" tanya teman kerja wanita.
"Gajiku dipotong dua puluh persen!" jawabnya sambil menghapus air matanya.
"Kenapa bisa?"
"Kemarin aku terlambat lima menit ketika memberikan laporan hasil desain dan tadi ku telat lima belas menit," jawab Rista.
"Aku pernah terlambat sekali sepuluh menit tapi tidak mendapatkan potongan gaji hanya peringatan saja," jelas teman kerja pria.
"Benarkah? Tapi kenapa aku diancam dipotong?" tanya Rista.
"Mungkin Presdir membencimu!" teman kerjanya yang wanita menjawab asal.
"Apa alasan dia membenciku?" tanya Rista lagi.
Ketiga temannya menaikkan bahunya tanda tak tahu.
Tubuh Rista seakan lemas, ia menghela nafas pasrah.
-
Jam istirahat Rista keluar makan siang bersama teman-temannya, dari kejauhan ia melihat Presdir juga lagi berjalan ke pintu utama gedung. Rista memperlambat langkahnya agar tidak berpapasan dengan pria itu.
Langkah kaki teman-teman Rista sudah mulai menjauh hampir mendekati Darren.
"Di mana dia?"
"Dia masih di belakang kita," jawab salah satu teman Rista.
Teman yang lain berteriak memanggil nama Rista.
Darren mengedarkan pandangannya mengikuti arah suara. Dari kejauhan ia melihat Rista, namun gadis itu membuang wajahnya.
"Kenapa dia jadi berbalik arah?" tanya teman Rista heran.
"Entahlah, tadi dia begitu semangat," ujar teman yang lainnya.
Darren melanjutkan langkah kakinya meninggalkan gedung menuju restoran.
Setelah melihat Presdir menaiki mobil dan berlalu, Rista melangkah cepat menghampiri teman-temannya.
"Kenapa kau tadi berbalik?"
"Dompetku ketinggalan," jawabnya berbohong.
"Oh, begitu!"
"Ya," Rista memaksakan tersenyum.
-
Darren menikmati makan siang bersama Yuno, keduanya sudah berteman dari kecil karena ibu mereka bersahabat.
"Bagaimana dengan hasil-hasil fotonya?" tanya Darren.
"Bagus semua, dua hari lagi kita akan posting di media sosial dan muncul di media cetak," jawab Yuno.
"Aku belum melihatnya," ujar Darren.
"Nanti aku akan serahkan padamu!" ucap Yuno.
Darren mengangguk paham, ia lalu bertanya. "Menurutmu, Rista itu orangnya bagaimana?"
"Maksudmu Ayumi Charista?" Yuno balik bertanya.
"Ya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments