Clarissa mendengar nama Nikita Bryan terkejut, Arta Fashion musuh bagi itu artis. "Kenapa harus putrinya?"
"Beberapa direksi menyetujuinya, ku berharap semoga putrinya tidak seperti ibunya," jawab Devan.
"Ya, semoga saja."
"Karena aku masih ingat dengan perlakuan Tante Martha dan Nikita kepada kita," ujar Devan.
"Aku paham dengan kegundahan hatimu, Van. Tapi, siapa yang akan mengurus masalah kontrak dan lainnya?"
"Ku menyerahkan urusan ini kepada Yuno, aku tak mau jika Darren yang mengurusnya."
"Kamu takut putra kita menyukainya?" tanya Clarissa.
Devan mengangguk.
"Oh, ya sayang. Aku penasaran dengan gadis yang namanya hampir mirip denganku," ujar Clarissa.
"Ya, dia desainer baru di Arta Fashion. Tapi, aku dengar dari beberapa karyawan Darren memperlakukannya tidak baik."
"Kenapa?"
"Entahlah, mungkin karena gadis itu bermasalah dengan Darren."
"Memangnya Darren melakukan apa?"
"Kata Yuno, dia mempekerjakan gadis itu sampai larut malam. Darren juga datang ke ruang kerja desain hanya untuk mengganggunya tidur," jawab Devan.
Clarissa mengulum senyum.
"Kenapa tersenyum? Apa ada yang lucu?"
"Akhirnya putra kita berani bicara dengan seorang wanita, Van."
"Memangnya selama ini dia tak pernah mengobrol dengan wanita, dirimu dan Raisa juga wanita."
"Iya, tapi bercanda dan usil seperti itu tidak pernah dilakukan Darren. Apa jangan-jangan putra kita menyukainya?" tanya Clarissa tersenyum.
"Aku tidak percaya jika Darren menyukai gadis itu, ku lihat-lihat dia hampir sama denganmu," jawab Devan.
"Nah, bisa jadi kalau putra kita memiliki rasa padanya."
"Darren itu sulit jatuh cinta, Rissa."
"Sama seperti dirimu!" Clarissa menggoda suaminya. "Dingin, ketus, cuek dan cerewet!" lanjutnya.
"Tapi, kau menyukainya 'kan?" Devan menoel hidung istrinya.
"Suka sekali," Clarissa tersenyum. "Menurutmu, yang akan mengejar Darren atau gadis itu?" lanjutnya bertanya.
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
"Darren tidak akan mengejar siapapun apalagi gadis aneh itu!"
Clarissa dan Devan menoleh ke arah suara lalu kemudian mengulum senyum melihat putranya ada di belakang mereka.
"Seperti tidak ada wanita lain saja, kenapa harus gadis gila itu?"
"Kata Papa, dia gadis yang pintar dan pekerja keras buktinya kamu suruh bekerja sampai lembur dia mau," jawab Clarissa.
"Ya, karena dia karyawan baru dan kami harus mengejar target produksi," jelas Darren.
"Benarkah begitu? Apa kamu sangat tidak menyukainya sampai mendatangi ruang kerjanya dan mengganggunya tidur?" cecar Clarissa.
"Mama, kenapa bisa tahu?" tanya Darren.
"Papa kamu yang memberitahunya," jawab Clarissa melirik suaminya.
"Papa tahu dari Yuno," Devan tak mau disalahkan.
Darren mendengus kesal.
Clarissa malah tertawa meledek. "Kamu sangat lucu jika ketahuan begitu," ujarnya.
"Darren mau tidur saja, Mama tak asyik!" ia pun berlalu.
"Lihatkan, sayang. Putramu itu malu kalau kita bahas tentang wanita," ujar Clarissa.
"Kau itu suka sekali mengganggunya!"
"Bagiku dia itu masih anak laki-laki kecil ku."
...----------------...
Yuno bertemu dengan manajer sekaligus artis Natasha Daniel. Ia berusaha menampilkan senyumnya padahal dirinya sangat gugup berhadapan dengan idola para lelaki itu.
"Ini surat kontraknya, silahkan dibaca!" ujar Yuno.
Manajer dan Natasha membacanya.
"Bagaimana kalian setuju?" tanya Yuno.
"Kenapa cuma sembilan bulan?" tanya Natasha.
"Saya hanya mengikuti perintah Presdir, Nona."
"Aku tidak mau, ini terlalu lama," tolak Natasha.
Yuno mengerutkan keningnya, biasanya artis lain ingin perpanjang kontrak tapi gadis ini meminta kurang.
"Tasha, Arta Fashion perusahaan besar semua artis ingin menjadi brand ambassador. Tak apa kalau kontraknya sembilan bulan," jelas manajer.
"Kak, waktu segitu sangat lama. Aku mau buat album lagi, ku takut semua berantakan," ungkap Natasha.
"Nona, kontrak tidak bisa diubah. Jadi tolonglah, jangan mempersulit saya," ujar Yuno.
"Mempersulit anda? Tidak salah? Kenapa dari awal tak mengatakan kalau kontrak sembilan bulan?" cecar Natasha menatap Yuno.
"Nona, kontrak ini waktunya paling sedikit. Biasanya kami mengontrak seorang artis sampai satu tahun," jelasnya.
"Baiklah, aku terpaksa mengambil kontrak ini," Natasha menandatanganinya.
Yuno tersenyum senang.
Natasha dan manajernya berdiri, Yuno mengulurkan tangannya tanda kerja sama namun sang artis memilih berlalu.
"Maafkan artis saya, Tuan!" ucap Manajer.
"Tidak apa, Nona. Besok pagi jam sepuluh diharapkan datang ke perusahaan untuk melihat produk sebelum melakukan pemotretan. Saya harap, jangan terlambat," ujar Yuno.
"Baik, Tuan." Keduanya pun meninggalkan kafe.
Manajer mendekati artisnya lalu menegurnya. "Kenapa sikapmu seperti ini, Tasha?"
"Ku tak mau bekerja sama dengan perusahaan itu."
"Ini kesempatan bagus untuk mengembangkan karirmu, namamu akan semakin terkenal jika menjadi brand ambassador apalagi honor yang ditawarkan cukup tinggi," jelas Manajer.
"Jika mamaku tahu aku mengambil pekerjaan di sana, bagaimana?"
"Kamu jelaskan saja."
"Kak, keluarga kami itu bermusuhan dengan keluarga besar Artama. Jadi, mereka akan berpikir buruk kalau Arta Fashion merekrut aku itu artinya ada maksud tertentu," tutur Natasha.
"Semoga saja tidak," harap Manajer.
Sementara itu, Yuno masuk ke dalam mobilnya. "Sombong sekali dia, aku tahu dirinya cantik. Apa salahnya sedikit bersikap sopan? Jangan sampai aku menyukainya," omelnya.
Yuno melesat ke gedung Arta Fashion memberikan laporan kepada Darren.
Begitu sampai dia lantas memberikannya kepada calon Presdir di tempatnya bekerja.
"Yuno," panggil Darren saat sekretarisnya itu hendak keluar ruangan.
"Ya, Tuan."
"Panggil gadis aneh itu!" ucapnya.
"Gadis aneh mana, Tuan?" Yuno terlihat bingung.
"Karyawan baru di bagian desain."
"Oh, maksud anda Nona Ayumi Charista?"
"Ya, benar."
"Baiklah, Tuan!" Yuno pun pamit memanggil Rista.
Tak lama kemudian, Rista datang ke ruangan Presdir tetap mengikuti prosedur saat memasuki ruangan itu.
"Ada apa Tuan memanggilku?"
"Besok Natasha akan datang, aku harap kau dan Yuno yang akan menemaninya ke ruangan produksi karena desainmu juga dipakainya," jawab Darren.
"Baik, Tuan."
"Lalu pergilah ke pabrik, katakan padanya untuk memperbanyak produksi pakaian yang kau desain," titah Darren.
"Wah, senang rasanya hasil desain saya disukai masyarakat," ucapnya bangga.
"Biasa saja, jelek begitu dibanggakan," celetuk Darren.
"Buktinya produksi ditambah," ujar Rista.
"Iya, itu karena perintah Papa saja. Kalau tidak kau akan ku tendang dari sini!"
"Tuan, jangan terlalu benci padaku. Nanti dirimu suka, kan jadi repot," Rista berkata percaya diri.
"Aku suka dengan kamu, jangan bermimpi!"
"Mimpi saja, tidak masalah 'kan?"
"Terserah kau saja, sudah sana pergi ke pabrik!"
"Kenapa tidak Tuan saja?"
"Aku menyuruhmu, biar kau tidak makan gaji buta," jawab Darren.
"Tuan, saya bukannya duduk-duduk di sini."
"Kau membantah saja, cepat pergi ke sana!" usir Darren. "Dan satu lagi, tambahkan warna lain!" lanjutnya.
"Tambahkan warna apa, Tuan?"
"Dress yang kau buat hanya ada warna cokelat, aku mau buat jadi tiga warna. Itu agar masyarakat bisa memilihnya."
"Iya, saya tahu. Tapi, anda mau warna apa?"
"Merah dan kuning."
"Sepertinya itu sangat jelek, Tuan."
"Kau meminta aku memilih warna, sekarang kau bilang jelek," omel Darren.
"Ternyata, selera anda sangat buruk!"
Darren mendengus kesal dan berusaha menahan emosinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments