Syuting dan pemotretan dilakukan pagi ini juga, Natasha terpaksa mengundurkan jadwal iklannya di perusahaan lain.
Rista juga sedang mendadani Natasha dengan pakaian yang dirancangnya.
"Bagian dada sangat sempit," keluh Natasha.
"Begitu, ya Nona. Sepertinya pakaian ini cocok bagi tubuh yang sedikit lebih kurus dari Nona Tasha," ujar Rista.
"Jadi, menurutmu aku terlalu gemuk!" cetusnya.
"Tidak, Nona. Tubuh anda sangat bagus dan seksi," puji Rista.
"Kau juga, tubuhmu seperti model," Natasha balas memuji.
"Nona, bisa saja memujinya!" Rista tersenyum malu.
"Memang benar apa yang aku katakan," ujar Natasha.
-
-
Pukul 11 pagi, pemotretan dan syuting berakhir. Selesai berberes, para tim kembali pulang. Darren satu mobil dengan Yuno dan Rista.
Hanya dua pria yang berada di depannya saja yang berbicara, Rista cukup menjadi pendengar. Tak ada obrolan menarik keduanya yang hanya membahas masalah kantor dan pembicaraan pun cukup singkat.
Begitu memasuki Kota A, Yuno berkata kepada Darren. "Tuan, kita antar Nona Rista terlebih dahulu, ya!" izinnya.
"Ya," jawabnya singkat.
Mobil melaju ke alamat tempat tinggal Rista. Begitu sampai wanita itu pun turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada kedua pria yang duduk di depan.
Elisa yang sedang berdiri menunggu kepulangan putrinya, menyambutnya dengan pelukan.
"Kau sering mengantarnya pulang?" tanya Darren saat mobil yang dikemudikan Yuno melaju.
"Hanya sekali saja," jawabnya.
"Apa itu ibunya?"
"Sepertinya wanita tadi ibunya, kelihatan sangat mirip," jawab Yuno.
"Apa kau belum tahu ibunya?"
"Belum, kemarin ketika aku mengantarnya pulang dia hanya berkata tinggal sendiri," jelasnya.
"Oh, begitu."
"Kenapa kau bertanya tentangnya?"
"Tidak ada, sekedar ingin tahu saja."
Yuno mengulum senyumnya mendengar alasan temannya itu.
-
Begitu sampai dikediamannya, kedua orang tuanya tidak berada di rumah.
"Ke mana Papa dan Mama?" tanya Darren kepada pelayan rumahnya.
"Ke rumah sakit, Tuan. Nona Raisa akan melahirkan."
"Baiklah, aku akan menyusul mereka ke sana!" Darren membersihkan diri lalu pergi ke rumah sakit.
Hampir 15 menit perjalanannya ke rumah sakit, ia melangkah cepat menemui kedua orang tuanya.
"Darren!" Clarissa memanggil putranya.
Pemuda itu pun bergegas menghampirinya. "Bagaimana dengan Kak Raisa, Ma?"
"Dokter sedang menanganinya," jawab Clarissa.
Devan terduduk dengan wajah cemas, hal ini yang ditakutinya. Apalagi Raisa ada putri kesayangannya.
Begitu Dokter bersama timnya keluar Devan berdiri.
"Bayi Nona Raisa sehat, silahkan masuk untuk melihatnya," ujar Dokter.
"Terima kasih, Dok!" ucap Clarissa.
Ketiganya pun masuk melihat kondisi Raisa yang masih lemas.
Devan mencium kening putrinya, "Papa sangat khawatir dengan kondisimu!"
"Pa, Raisa baik-baik saja." Ia pun tersenyum.
Eza menyerahkan bayinya kepada Devan, pria paruh baya itu berkali-kali mencium pipi cucu pertamanya setelah 5 tahun menunggu.
"Aku mau menggendongnya!" pinta Clarissa.
Devan pun memberikan cucu laki-lakinya itu kepada istrinya.
"Tampan sekali," Clarissa memujinya.
Raisa dan suaminya hanya tersenyum.
Darren hanya melihat keponakannya saja, tak berani menggendongnya.
"Kamu tidak ingin menciumnya?" tanya Clarissa.
Darren mendekat dan mencium kening bayi laki-laki itu.
"Oma harap jangan seperti Opa dan Paman Darren, ya!" celetuk Raisa.
"Memangnya kenapa seperti kami?" Devan dan putranya serentak bertanya.
"Karena sangat merepotkan!" jawab Clarissa jujur.
"Walaupun begitu, Oma kamu tetap senang kami buat repot," ujar Devan mencium ujung kepala istrinya.
"Ya, benar. Tapi mereka sangat menyayangi, Oma," Clarissa menatap bayi mungil yang matanya masih terpejam.
...----------------...
Kabar kelahiran generasi keempat penerus Arta Fashion tersebar di media. Para pencari berita dari kemarin malam sudah menunggu di halaman rumah sakit. Namun, pihak keluarga belum memberikan pernyataan apapun.
Akhirnya pukul 10 pagi diadakan konferensi pers di ruang rapat rumah sakit yang diwakilkan oleh Lita, mantan manajer Eza Mandala.
Wanita yang kini berusia 45 tahun itu menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan.
"Kenapa wajah bayinya tidak ditunjukkan kepada media?"
"Tuan Devan Artama tidak ingin mempublikasikan cucunya, takut disalahgunakan fotonya."
"Kenapa bukan Eza dan istrinya yang berbicara pada media?"
"Nona Raisa masih sangat lelah, saya bicara di sini menjumpai kalian agar tidak terlalu lama menunggu kabar bahagia ini," jelas Lita.
"Kapan mereka akan merilis wajah bayinya?"
"Itu saya tidak tahu, cukup ya!" Lita pun berdiri. "Terima kasih, teman-teman semua!" ia pun meninggalkan ruangan.
-
-
Gedung Arta Fashion heboh dengan kelahiran cucu pertama Devan Artama mereka saling mengobrol membahasnya.
Ya, hari ini Darren tidak ke kantor karena ia menemani kedua orang tuanya di rumah sakit karena kakaknya belum dibolehkan pulang.
"Kira-kira cucu Tuan Devan mirip siapa, ya?"
"Pasti mirip papanya, secara Tuan Eza Mandala sangat tampan dan Nona Raisa juga cantik."
"Tuan Devan juga tampan."
"Hei, Rista kau tidak ikut membicarakan keponakan Tuan Darren?" ajak temannya.
"Aku sudah membaca beritanya," ucap Rista.
"Sungguh beruntung, ya. Bisa masuk ke dalam keluarga besar Artama," celetuk yang lainnya.
"Beruntungnya apa?" tanya Rista.
"Mendapatkan mertua seperti Nyonya Clarissa yang cantik dan baik hati."
"Mungkin menantu pilihan saja yang terpilih," ucap Rista.
"Ya, paling tidak dia seorang model. Tapi aku dengar-dengar kalau Tuan Devan tak mau punya menantu seorang artis lagi."
"Kenapa?" tanya yang lain.
"Dia tak mau kehidupan keluarganya dikejar-kejar media."
"Itu artinya kita masih punya kesempatan mendapatkan hati Tuan Darren," celetuk teman kerja wanita disambut tawa lainnya.
"Bisa saja, termasuk kau Rista!"
"Aku?" Rista menunjuk dirinya.
"Iya, kau dan Tuan Darren cukup dekat. Sering bolak balik ke ruangan kerjanya padahal karyawan lain belum pernah masuk ke ruang itu."
Rista tersenyum tipis, "Itu hanya kebetulan dan urusan pekerjaan!"
"Bagaimana kalau memang Presdir menyukaimu?"
"Tolong, jangan buat aku berharap. Semoga saja Tuan Darren bertemu dengan wanita yang benar-benar pantas untuknya," jawab Rista. "Ayo lanjut kerja lagi sebelum kita ditegur karena menggosip!" lanjutnya.
-
-
Sore ini Raisa pulang dari rumah sakit, keluarga besarnya menjemputnya. Bayi mereka digendong oleh perawat sementara Eza mendorong kursi roda istrinya.
Beberapa pengawal dan pihak keamanan rumah sakit telah disiagakan untuk mencegah wartawan dan para penggemar Eza mendekat. Mereka hanya boleh mengambil foto dari jarak jauh.
Perawat menutupi wajah cucu Devan Artama agar tidak diketahui publik. Wanita itu berjalan lebih cepat lalu menyerahkannya kepada Clarissa yang sudah menunggu di mobil.
Eza dan Raisa masih menyapa para penggemar dan wartawan dengan lambaian tangan dan senyuman.
"Terima kasih semua!" Eza mengatupkan kedua tangannya.
Lalu ia mendorong kursi roda ke arah mobil yang sudah menunggunya.
Mobil pun melesat ke kediaman Raisa dan suaminya.
Devan dan istrinya satu mobil dengan cucunya.
Sementara itu Raisa dan Eza bersama dengan Darren.
...----------------...
Keesokan paginya bukan hanya berita kelahiran Raisa saja yang menjadi pembicaraan namun tampang rupawan Darren Artama turut diberitakan.
"Sekarang kau jadi ikutan terkenal juga," celetuk Yuno di ruang kerja Presdir.
"Ada banyak wartawan dan penggemar yang datang ke rumah sakit," ujar Darren.
"Sepertinya kau akan dapat pekerjaan tambahan," sindir Yuno.
"Maksudnya jadi artis?"
"Ya."
"Aku tidak mau menjadi artis yang ada mereka akan memeluk, mencium bahkan mencubit. Itu sangat menggangguku," jelas Darren.
"Aku juga tidak bisa bayangkan bila menjadi kekasih seorang artis," ujar Yuno.
"Ya, karena wartawan dan penggemar itu selalu di mana-mana. Begitulah yang dirasakan Papa dan Kak Raisa yang memiliki pasangan seorang terkenal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments